Gratia Wing Artha Alumnus Progam Magister Sosiologi UNAIR

Urgensi Analisis Historis dalam Disiplin Sosiologi

3 min read

sosiologi

Sosiologi sebagai salah satu disiplin ilmu sosial berupaya untuk menganalisis dinamika sosial yang ada di masyarakat. Dalam hal ini, sosiologi memiliki mandat yang sangat penting dalam memberi masukan pemerintah dalam hal pembuatan kebijakan sosial.

Tentunya, sosiologi tidak dapat berdiri sendiri, terutama dalam menganalisis dinamika-dinamika sosial yang terjadi pada masyarakat yang tengah berkembang dengan sangat pesat. Para sosiolog awal seperti Karl Marx—dalam mengkaji perkembangan penguasaan kelas borjuis atas kelas proletar dan konflik antarkelas sosial—mempelajari sejarah pertentangan kelas dan penguasaan kelas melalui catatan-catatan sejarah perbudakan atau akar-akar penindasan hingga terciptanya kelas penguasa dan kelas yang dikuasai.

Dari situ dapat diketahui bahwa ilmu sejarah sangat penting untuk melihat akar dinamika sosial yang tengah terjadi sekarang ini atau di masa yang akan datang. Hal ini pernah diungkapkan oleh sejarawan Nancy K. Florida: “Menyurat yang silam, menggugat yang menjelang”.

Sejarawan Aminuddin Kasdi menegaskan bahwa makna ungkapan Florida adalah ilmu sejarah menjadi teropong yang dapat digunakan oleh para sosiolog untuk melihat peristiwa masa lampau historis yang menghasilkan dampak dinamika sosial sekarang dan kelak.

Maka dari itu, pendekatan sejarah sangat diperlukan oleh disiplin sosiologi sebagai pijakan dalam melihat dinamika sosial atau perubahan sosial serta masalah-masalah sosial sekarang ini sebagai akibat dinamika sosial yang terjadi pada masa sebelumnya.

Akan tetapi, yang menjadi persoalan yang cukup dilematis adalah sebagian besar akademisi sosiologi di Indonesia kurang mengkaji sejarah sosial untuk melihat gejala dan dinamika sosial atau kemasyarakatan.

Sejarawan dan sosiolog University of Sussex di Amerika Serikat menegaskan bahwa sekarang ini sosiologi di Amerika Serikat berupaya untuk melihat dinamika sosial terkait masalah sosial, perubahan sosial, dan gejala sosial yang muncul dewasa ini melalui akar historis.

Baca Juga  Beberapa Persoalan Menuju Muktamar dan 100 Abad NU

Dengan menelusuri akar-akar dinamika sosial secara historis, para sosiolog termudahkan dalam menganalisis solusi dari masalah dan dinamika sosial yang tengah terjadi. Sementara itu, di Indonesia sekitar dua dekade yang lalu para ilmuwan sosial progresif seperti mendiang Harsja W. Bachtiar, mendiang Arief Budiman, mendiang Hermawan Sulistyo, mendiang Soetandyo Wignjosoebroto, Taufik Abdullah, dan sejumlah ilmuwan sosial lainnya—yang tergabung dalam Himpunan Para Ilmuwan Sosial Indonesia yang bernama HIPPIES—sangat kurang puas terhadap kecenderungan “ilmu-ilmu sosial ahistoris yang tengah berkembang di Indonesia”.

Dalam hal ini, problemnya ialah kurangnya dialog antara realitas sosial dan ide serta antara gejala sosial dan teori. Senyatanya, dari dialog ini, ilmu sosial memperoleh pengetahuan. Di sini yang ditekankan oleh para ilmuwan sosial yang tergabung dalam HIPPIES ialah bahwa ilmu sosial mesti kembali mempelajari sejarah sosial guna meningkatkan analisis para ilmuwan sosial di Indonesia agar lebih kritis dalam melihat proses-proses gejala sosial yang sekarang ini terjadi dan menguat sebagai kausalitas dinamika sosial di masa lampau.

Yang perlu dilihat adalah bahwa ilmu sosial selalu selaras dengan peristiwa atau dinamika empiris. Ilmu sosial memang terlahir dari dinamika-dinamika sosial, yang dalam menganalisis gejala-gejala sosial yang tengah terjadi harus melihat dinamika sosial kesejarahan yang terus mengalami perubahan.

Dari pengamatan saya pribadi, sebagian besar akademisi dalam disiplin sosiologi yang saya lihat baik di tempat saya belajar, yaitu Departemen sosiologi Universitas Airlangga Surabaya, maupun Departemen sosiologi universitas-universitas swasta dan negeri yang saya kunjungi di Malang, Surabaya, Jember, Yogya, Solo, sangat jarang mengajarkan analisis historis.

Hal itu berbeda dengan universitas-universitas di Amerika, Australia, dan Eropa yang sangat menekankan analisis sosial berlandaskan pada kajian historis. Dalam hal ini, sungguh disayangkan bahwa pengajaran sosiologi di universitas-universitas di Indonesia kurang menaruh perhatian pada analisis historis sebagai teropong untuk melihat dinamika sosial di masa lalu yang menghasilkan akibat pada dinamika sosial yang tengah terjadi sekarang ini dan dinamika sosial yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Baca Juga  Teori Dramaturgi di Media Sosial terhadap Pembentukan Identitas Pribadi

Sebenarnya, analisis historis dalam sosiologi sangat ditekankan oleh para sosiolog kritis di Indonesia, misalnya oleh guru besar bidang sosiologi di UI, yakni Harsja W. Bachtiar—yang dalam tulisan-tulisannya membahas mengenai pembangunan dan modernitas.

Harsja W. Bachtiar menganalisis pembangunan dan modernitas di Indonesia melalui tilikan historis pembangunan Indonesia mulai dari masa Hindia Belanda, awal kemerdekaan, hingga pembangunan dan modernitas yang sedang gencar-gencarnya dilakukan oleh pemerintahan Soeharto.

Dari sini dapat dilihat bahwa seorang sosiolog ternama Harsja W. Bachtiar—yang memperoleh gelar doktoral dalam bidang sosiologi dengan disertasinya yang terkenal “The Formation of Indonesia Nation”—sangat menekankan landasan hostoris atau kesejarahan dalam menganalisis dinamika sosial yang tengah berkembang.

Mungkin, alangkah baiknya bila para sosiolog di Indonesia mulai mempelajari kajian sosiohistoris untuk memperkuat analisis sosial. Hal ini dikarenakan bila sosiologi tidak dibarengi dengan analisis historis terhadap dinamika sosial yang tengah terjadi sekarang ini, maka analisis yang dihasilkan akan terasa kurang kritis.

Perlu diketahui bahwa para Indonesianis (para ilmuwan sosial yang mengkaji Indonesia) sangat mengandalkan sejarah sebagai aspek yang penting dalam analisis sosial mereka. Hal ini dapat dilihat dari karya-karya J. H. Booke dan Benjamin Higgins, P.E. Josselin den Jong Jingga, Cliford Geertz, James C. Scott, dan yang lainnya.

Mereka yang mengkaji Indonesia sangatlah menekankan landasan historis untuk melihat dinamika sosial serta segala gejala sosial yang tengah terjadi di masyarakat melalui kausalitas sejarah.

Seperti yang pernah disampaikan oleh seorang sosiolog Universitas Amsterdam bernama Saskia Wieringa, ilmu sosial dan sosiologi harus memiliki landasan kuat terhadap analisis historis untuk dapat melihat dinamika dan masalah sosial yang tengah terjadi sekarang ini sebagai konstruksi masa lalu.

Baca Juga  Rahasia Dibalik Kalimat Takbir

Dari pernyataan Wieringga tersebut dapat diambil pelajaran bahwa sudah saatnya para sosiolog di Indonesia untuk mempelajari sejarah sosial sebagai teropong analisis dinamika sosial, sebagai teropong gejala sosial, dan sebagai teropong masalah sosial yang tengah terjadi saat ini sebagai akibat konstruksi masa lalu atau hukum sejarah. [AR]

Gratia Wing Artha Alumnus Progam Magister Sosiologi UNAIR