Muhammad Irfan Helmy Dosen dan Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) IAIN Salatiga

Obituari: M. Nursamad Kamba, Teladan yang Menginspirasi

3 min read

Foto almarhum sebelah kiri
Foto almarhum sebelah kiri

Inna lillahi wa Inna Ilaihi raji’un. Sabtu, 20 Juni 2020 salah seorang putra terbaik negeri ini wafat kembali ke hadirat Allah SWT, Dr. Muhammad Nursamad Kamba, M.A. Tidak hanya alumni al-Azhar yang merasa kehilangan beliau, tapi juga banyak kalangan di luar Azhariyin termasuk para aktivis tasawuf di berbagai belahan negeri ini.

Semenjak kembali ke tanah air dari berbagai tugas-tugasnya di luar negeri, almarhum aktif berkecimpung dalam forum-forum tasawuf termasuk dengan kajian Maiyyah yang digawangi oleh Cak Nun—sapaan akrab Emha Ainun Najib.

Sebagai bukti kecintaan dan apresiasi atas jasa-jasa almarhum, OIAA Indonesia menyelenggarakan acara ‘Azaa dan Doa’ bertajuk “Sejati Baktinya, Hakiki Ilmunya, Sufi Jalannya” untuk almarhum. Ini sangat beralasan karena bagi mahasiswa Indonesia di Mesir almarhum tidak hanya senior tetapi juga guru.

Kecerdasannya dalam memahami literatur-literatur klasik keislaman, terutama bidang Akidah dan Filsafat, menjadikannya sebagai marja’ para mahasiswa di Mesir untuk berguru kepada beliau di samping kuliah yang mereka dapatkan di ruang-ruang kelas di Universitas al-Azhar Mesir.

Dalam acara ‘Aza dan Doa’ yang berjalan khidmat dan dipenuhi dengan suasana kontemplatif, terungkap betapa almarhum adalah sosok yang layak menjadi teladan bagi siapapun. Kisah suksesnya sebagai mahasiswa al-Azhar yang berhasil meraih gelar doktor  bidang Akidah dan Filsafat ditambah sepak terjang beliau setelah kembali ke tanah air dalam berbagai posisi di pemerintahan adalah cerita penuh teladan dan inspirasi bagi siapa saja yang menelah sirah kehidupannya.

Para Azhariyin dan tokoh yang pada acara ini didaulat memberikan kesan dan kisah pengalaman hidupnya dengan almarhum sepakat bahwa almarhum adalah figur yang hidupnya sarat dengan keteladanan dan inspirasi bagi generasi setelahnya. Aspek keteladanan ini yang dalam paparan ketua OIAA Indonesia TGB Dr. M. Zainul Majdi menjadi kekuatan almarhum yang layak dicontoh.

Baca Juga  Spirit Ke-Negarawan-an Kiai Ageng Muhammad Besari

Dari penuturan sejawatnya saat almarhum bertugas di Kementerian Agama Republik Indonesia, Dr. Muchlis M. Hanafi (Sekjen OIAA Indonesia) mengungkapkan betapa almarhum begitu cakap dalam berkomunikasi dengan semua level di Kementerian Agama. Hal ini yang kemudian mendorog Menteri Agama pada saat almarhum bertugas sering menugaskannya untuk menyelesaikan masalah-masalah melalui komunikasi yang baik dengan berbagai pihak.

Puncaknya, kecerdasan dan kepiawaian almarhum berkomunikasi terbukti saat beliau bertugas di Konsulat Jenderal Haji Indonesia di Arab Saudi. Kefasihan bahasa Arabnya dan kepiawaiannya dalam berkomunikasi menjadikan urusan-urusan terkait penyelenggaraan Haji Indonesia dapat diselesaikan dengan baik termasuk urusan penyewaan hotel bagi pemondokan jamaah haji Indonesia yang merupakan salah satu pekerjaan yang tidak ringan dalam penyelenggaraan Haji Indonesia.

Saat studi di Jurusan Akidah dan Filsafat Universitas al-Azhar Kairo, almarhum diakui oleh semua kalangan sebagai mahasiswa yang cerdas dan mumpuni dalam meraih predikat terbaik dalam setiap jenjang mulai Licence sampai Doktor. Almarhum berhasil meraih Gelar Doktor bidang Akidah dan Filsafat dengan yudisium tertinggi di Universitas Al-Azhar.

Dalam bahasa Syarifuddin Abdullah, teman almarhum saat studi di al-Azhar, almarhum adalah mahasiswa yang khatam dan paham dalam mempelajari ilmu-ilmu yang berkaitan dengan akidah, filsafat dan tasawuf karena telah berhasil dengan sangat cemerlang memahami referensi-referensi utama yang diwajibkan oleh al-Azhar kepada mahasiswa jurusan Akidah dan Filsafat.

Karena itu materi yang bagi kebanyakan mahasiswa dirasa sulit, dapat dijelaskan secara terang benderang oleh almarhum. Setidaknya inilah yang dialami oleh Syarifuddin Abdullah diplomat KBRI Denhaag yang merupakan teman alamrhum saat studi di Al-Azhar era 80-an. Pelajaran yang dapat diambil dari pengalaman almarhum adalah bahwa siapa saja yang menggeluti satu disiplin ilmu dia harus khatam membaca dan paham isi referensi utama dalam disiplin ilmu tersebut.

Baca Juga  Catatan Singkat Jamal al-Banna tentang Hasan al-Banna dan Organisasi Ikhwanul Muslimin

Almarhum tidak hanya cerdas dan piawai dalam ilmu akidah, filsafat dan tasawuf, tetapi juga mempunyai ide dan pikiran yang revolusioner. Ini dialami oleh Prof. Rosihon Anwar Wakil Rektor I UIN Sunan Gunung Djati Bandung dimana almarhum bertugas sebagai pengajar sampai akhir hayatnya. Saat Fakultas Ushuluddin sepi peminat, almarhum melontarkan ide pembukaan program studi Tasawuf dan Psikoterapi di Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Meski pada awalnya banyak mendapatkan penolakan karena dianggap melenceng dari nomenklatur yang ada, pembukaan prodi baru ini berhasil mendongkrak jumlah mahasiswa Fakultas Ushuluddin UIN Bandung. Tidak sampai disitu, sampai menjelang akhir hayatnya almarhum setia merawat program studi ini dan menjadi pengajarnya dengan penuh tanggung jawab. Semoga semua kontribusinya dicatat Allah sebagi amal saleh baginya sebagai bekal menghadap sang Khaliq yang Mahakuasa.

Salah satu kunci sukses almarhum saat studi sejak pendidikan dasar sampai jenjang Doktor di Universitas al-Azhar adalah kesadaran memanfaatkan kesempatan emas yang telah diperoleh. Menjadi mahasiswa Al-Azhar sebagai utusan dari Darud Da’wah wal Irsyad Sulawesi Selatan jelas kesempatan emas untuk mendapatkan ilmu dan pengalaman terbaik dalam hidup dan ini tidak pernah disia-siakan oleh almarhum.

Terbukti dengan kesuksesan almarhum meraih gelar Doktor yang sangat ketat proses pencapaiannya. Tidak hanya memerlukah kecerdasan intelektual tapi juga keseimbangan emosional dan spiritual. Hanya mahasiswa-mahasiswa istimewa yang mampu meraihnya dan almarhum adalah salah satunya. Demikian diungkapkan oleh Prof. Dr. Andi Syamsul Bahri Galigo, Lc., M.A. teman sejawat almarhum saat studi di Al-Azhar yang saat ini merupakan ketua Umum PB DDI.

Pengalaman cemerlang almarhum studi di Universitas al-Azhar ini juga yang tampaknya mengantarkan almarhum berkiprah sebagai Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kairo. Kisah sukses sebagai diplomat di Mesir juga menjadi bagian dari teladan dan inspirasi bagi generasi berikutnya.

Baca Juga  Mengenal Nawal El Saadawi, Pejuang Feminis Mesir Melalui Sastra

Dr. Usman Syihab Atdikbud KBRI Kairo saat ini, mengakui keunggulan almarhum dalam kepiawaiannya melakukan negosiasi dan komunikasi dengan beragam pihak di Pemerintahan Mesir. Berbekal pengalaman sebagai alumni Al-Azhar dengan kemampuan intelektualitas dan komunikasi bahasa Arab yang paripurna hampir tidak ada kendala yang dialami almarhum dalam menjalankan tugasnya sebagai Atdikbud.

Betapa pun, kepergian almarhum jelas meninggalkan duka mendalam bagi keluarga terutama istri almarhum Kak Fatin Hamama dan kedua putra putrinya. Dengan menahan kesedihan yang masih menyelimuti dirinya Kak Fatin mengungkapkan dengan bahasa puitis yang sangat dalam bahwa ia telah kehilangan “kamus besar” dalam hidupnya. Sebuah istilah yang sungguh mendalam maknanya apalagi bagi seorang istri almarhum.

Dengan tetap tegar ia menyatakan bahwa almarhum adalah sosok yang merupakan guru kehidupan selama 31 tahun usia pernikahan dengan almarhum. Almarhum lah yang telah memberikan ruang gerak yang luas baginya untuk mengekspresikan pikiran-pikirannya dalam bait-bait syair dan puisi.

Sebagai seorang penyair Kak Fatin menemukan sosok yang sangat memahami dirinya dan selalu memompa semangat pada saat rasa lelah dan bosan mendera. Dari penuturannya terlukis betapa almarhum adalah sosok yang tak tergantikan baginya. Saat ini hanya karya-karya almarhum yang dapat mengobati kerinduannya kepada almarhum. Karya yang oleh almarhum disebut sebagai sumber bagi siapa saja yang akan mempelajari tasawuf secara mendalam.

Selamat Jalan Dr. Nursamad Kamba, M.A. Terimakasih atas semua darma baktimu bagi negeri dan generasi. Semoga Allah SWT menerima semua amal kebaikanmu dan menempatkanmu di tempat termulia di sisi-Nya. Amin.

[Penulis Mahasiswa Fak Ushuluddin al-Azhar 1992-1996]

Muhammad Irfan Helmy Dosen dan Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) IAIN Salatiga