
Momentum 10 hari terakhir pada bulan Ramadan banyak dijadikan sebagai waktu bagi umat Muslim untuk berdiam diri di dalam masjid pada malam hari, atau yang dikenal dengan istilah i’tikaf. Tujuan dari i’tikaf adalah untuk mendapatkan malam Lailatulqadar, yang dalam Al-Qur’an disebut lebih baik daripada seribu bulan. Selain itu, i’tikaf juga bertujuan untuk menjernihkan hati dengan cara bermuraqabah kepada Allah, memusatkan diri untuk beribadah dalam waktu-waktu luang, berkonsentrasi pada ibadah, dan melepaskan diri dari kesibukan duniawi.
Berkaitan dengan dua tujuan i’tikaf di atas, yakni menjemput Lailatulqadar dan bermuraqabah kepada Allah Swt., tentu harus dilakukan dengan cara yang baik. Terlebih lagi, tempat yang digunakan untuk i’tikaf adalah masjid. Wahbah Az-Zuhaili dalam kitabnya Fiqhul Islam wa Adillatuhu telah menjelaskan secara rinci mengenai i’tikaf, mulai dari hukum, tempat, waktu, tata cara, hingga etika dalam melaksanakan i’tikaf. Bahkan, beliau juga mencantumkan pendapat empat mazhab dalam kitabnya.
Berikut ini adalah etika i’tikaf dalam kitab Fiqhul Islam wa Adillatuhu:
Melakukan i’tikaf pada 10 malam terakhir bulan Ramadan dengan berbagai amalan, baik yang wajib maupun yang sunah, merupakan perbuatan yang sangat dianjurkan. Namun, ibadah ini tidak akan sempurna jika etika-etika dalam i’tikaf tidak dijaga. Misalnya, mengajak orang lain berbicara hanya untuk menghilangkan rasa kantuk, yang dapat mengganggu orang lain. Daripada berbicara, lebih baik tidur sejenak agar saat terbangun dapat kembali siap beribadah.
Selain itu, menjaga etika dalam beri’tikaf juga merupakan bentuk penghormatan dan ketaatan kita kepada Allah Swt. Sebab, selain dilakukan di masjid, untuk “bertemu” dengan Sang Tuan Rumah (Allah), kita harus bersikap sopan dan mengikuti tata krama, sebagaimana halnya ketika kita bertamu ke rumah orang lain.
Semoga kita dapat istiqamah dalam melaksanakan i’tikaf pada 10 malam terakhir ini dan mendapatkan malam yang istimewa tersebut.
Aamiin ya rabbal ‘aalamiin.
Wallahu a‘lam.
Mahasiswa sekaligus santri Pondok Pesantren Nurul Ihsan Yogyakarta