Fenomena alam gerhana matahari diperkirakan kembali terjadi di sejumlah wilayah Indonesia. Berdasarkan data astronomis, ada 31 provinsi di Indonesia yang dapat mengamati Gerhana Matahari Sebagian pada ini, Minggu 21 Juni 2020 bertepatan 29 Syawal 1441H.
“Ada 31 Provinsi yang secara astronomis dapat mengamati gerhana matahari ini,” terang Dirjen Bimas Islam Kemenag Kamaruddin Amin sebagaimana dilansir pada laman www.kemenag.go.id
Titik dan waktu Salat Kusuf di 31 provinsi dapat dilihat dalam berita Arrahim.ID “Gerhana Matahari, Kemenag Imbau Daerah Aman Covid Gelar Salat Kusuf”.
Dalil Salat Sunnah Gerhana Matahari
Umat Islam dianjurkan mengerjakan salat kusuf saat terjadi gerhana matahari. Ada beberapa dasar disunnahmuakkadkan Salat Gerhana, antara lain:
Dalil Alquran
Firman Allah yang berbunyi:
وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
Artinya: “Dan dari sebagian tanda-tanda-Nya adalah adanya malam dan siang serta adanya matahari dan bulan. Janganla kamu sujud kepada matahari atau bulan tetapi sujudlah kepada Allah Yang Menciptakan keduanya”. (Q.S. Fushshilat: 37)
Maksud dari perintah Allah SWT untuk bersujud kepada Yang Menciptakan matahari dan bulan adalah perintah untuk mengerjakan salat gerhana matahari dan gerhana bulan.
Dalil Sunnah Nabi
Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَادْعُوا اللَّهَ وَصَلُّوا حَتَّى يَنْجَلِيَ
Sesungguhnya matahari dan bulan adalah sebuah tanda dari tanda-tanda Allah. Keduanya tidak menjadi gerhana disebabkan kematian seseorang atau kelahirannya. Jika kalian mendapati gerhana, maka lakukanlah salat dan berdoalah hingga selesai fenomena itu. (HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad).
Salat Gerhana ini utamanya dilakukan secara berjemaah di masjid. Oleh karenanya, Kemenag menganjurkan salat ini dikerjakan di daerah aman COVID-19 dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. “Salat gerhana sunah dilakukan di masjid secara berjemaah. akan tetapi boleh juga dilakukan seorang diri,” kata Kamarudddin Amin mengutip Kitab al-Mughnī karya Ibnu Qudāmah.
Tata Cara Teknis Salat Gerhana
Adapun teknis dari salat gerhana, para ulama menerangkan berdasarkan dalil-dalil syar’i sebagai berikut:
1. Niat
Berikut bacaan niat salat gerhana matahari:
أُصَلِّيْ سُنَّةً لِكُسُوْفِ الشَّمْسِ اِمَامًا / مَأْمُوْمًا لِلّهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatan-likhusuufi-syamsi imaaman/makmuman lillali ta’ala
Artinya: Saya berniat mengerjakan salat sunah Gerhana Matahari sebagai imam/makmum karena Allah semata.
Bila dilakukan sendirian, berikut niat salat gerhana matahari:
أُصَلِّي سُنَّةَ الكُسُوفِ رَكْعَتَيْنِ لله تَعَالَى
Ushalli sunnatal khusuufi rak‘ataini lillali ta’ala
2. Takbiratul ihram seperti salat biasa
3. Membaca doa iftitah dan berta’awudz, kemudian membaca surah al-Fatihah dan membaca surat yang panjang dengan dikeraskan (perdengarkan) suaranya.
4. Bacaan Alquran Setelah Al-Fatihah
Salat gerhana termasuk jenis salat sunnah yang panjang dan lama durasinya. Di dalam hadis sahih disebutkan tentang betapa lama dan panjang salat yang dilakukan oleh Rasulullah.
Dari Ibnu Abbas, dia berkata bahwa telah terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah SAW. Maka Rasulullah SAW melakukan salat bersama-sama dengan orang banyak. Beliau berdiri cukup lama sekira panjang surah Al-Baqarah, kemudian beliau SAW rukū‘ cukup lama, kemudian bangun cukup lama, namun tidak selama berdirinya yang pertama. Kemudian beliau rukū‘ lagi dengan cukup lama tetapi tidak selama rukū‘ yang pertama. (HR. Bukhari dan Muslim).
Jika dimungkinkan pada rakaat setelah al-Fatihah, membaca surah yang agak panjang seperti al-Baqarah. Sedangkan berdiri yang kedua masih pada rakaat pertama dibaca surah dengan kadar sekitar 200-an ayat, seperti Ali Imran.
Sedangkan pada rakaat kedua pada berdiri yang pertama dibaca surah yang panjangnya sekitar 250-an ayat, seperti An-Nisa. Pada berdiri yang kedua dianjurkan membaca ayat yang panjangnya sekitar 150-an ayat seperti Al-Maidah.
5. Kemudian rukū‘ sambil memanjangkannya
Disunnahkan untuk memanjangkan rukū‘ dan sujud dengan bertasbih kepada Allah SWT, baik pada dua rukū‘ dan sujud rakaat pertama maupun pada dua rukū‘ dan sujud pada rakaat kedua.
Yang dimaksud dengan panjang disini memang sangat panjang, sebab bila dikadarkan dengan ukuran bacaan ayat Alquran, bisa dibandingkan dengan membaca 100, 80, 70 dan 50 ayat surah al-Baqarah.
6. Bangkit dari rukū‘ (i’tidal)
7. Setelah I’tidal ini tidak langsung sujud, tapi dilanjutkan dengan membaca surat Al-Fatihah dan surat yang panjang (berdiri yang kedua lebih singkat dari pertama).
8. Rukū‘ kembali (rukū‘ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari rukū‘ sebelumnya.
9. Bangkit dari rukū‘ (i’tidal)
10. Sujud yang panjangnya sebagaimana rukū‘, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali.
11. Bangkit dari sujud lalu mengerjakan rakaat kedua sebagaimana rakaat pertama (bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya).
11. Tasyahud
12. Salam.
Hikmah Dibalik Salat Gerhana Matahari
Terjadinya gerhana seharusnya mampu menambah keimanan kita dengan melakukan banyak kebaikan seperti berdoa, salat, dan bersedekah. Di samping itu, di antara hikmah dari salat gerhana adalah sebagai berikut:
Mengingat Keagungan Allah
Melihat gerhana matahari dan bulan secara langsung. Artinya, kita melihat kebesaran Allah atas peristiwa semesta alam. Dengan begitu, seharusnya seorang muslim semakin percaya atas kuasa-Nya yang begitu besar sehingga bisa menciptakan gerhana matahari sedemikian hebat.
Kita bisa menjadikan fenomena gerhana matahari ini sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah dan menyadari betapa kecilnya seorang manusia karena hanya kepada-Nya kita bisa berlindung.
Ajang Berbagi dan Berdoa bersama
Pada peristiwa gerhana matahari terjadi, dianjurkan oleh Nabi SAW untuk melakukan banyak kebaikan, salah satunya dengan salat sunah berjemaah.
Tanda hari Kiamat
Fenomena alam gerhana matahari, merupakan salah satu tanda datangnya kiamat kelak. Abu Musa al-Asy’ari RA menuturkan, ”Pernah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah SAW. Nabi lantas berdiri takut karena khawatir akan terjadi hari kiamat.” (HR Muslim).