Integrasi keilmuan yang dicanangkan di lingkungan Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) tidak sekadar ayatisasi atau menambahkan teks Al-Qur’an dalam sebuah alur kerja penelitian maupun dalam konten pengajaran di kampus. Jika hanya ini yang terjadi, maka sesunggunya teks agama hanyalah tempelan saja, tidak terkait dengan sistem keilmuan tertentu yang sudah mapan.
“Saya bertanya (kepada peneliti), kalau ayat ini diambil apakah berpengaruh bagi penelitian saudara? Ternyata tidak berpengaruh, hanya tempelan saja,” kata Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya Akh Muzakki pada sesi Tadarus Litapdimas Seri ke-8, Selasa (19/05/2020). Tadarus pamungkas di bulan Ramadhan 1441 yang mengambil tema “Masa Depan Penelitian dI PTKI Pasca Covid-19” mengungkapkan bahwa minat para peneliti PTKI terkait isu integrasi keilmuan ini cukup tinggi.
Direktur PTKI Arskal Salim menyatakan, pihaknya semakin optimis bahwa tren tersebut menunjukkan integrasi keilmuan yang menjadi salah satu mandat utama PTKI akan terwujud. “Telebih kalau kita melihat transformasi IAIN ke UIN, mandatnya adalah integrasi keilmuan itu,” ujarnya.
Namun metodologi penelitian terkait isu integrasi keilmuan ini belum mapan. “Ini merupakan tantangan bagi dosen dari berbagai penelitian, mungkin bisa disusun konsep metodologis, pendekatan integrasi keilmuan,” kata Arskal.
Dalam tadarus yang berlangsung secara daring itu diungkapkan, integrasi keilmuan di lingkungan PTKI sebenarnya tidak hanya antara ilmu-ilmu keislaman dengan sains yang digencarkan setelah era reformasi. Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jajang Jahroni mengatakan, proyek integrasi keilmuan di lingkungan PTKI dimulai dengan integrasi ilmu-ilmu keislaman dengan ilmu sosial Barat pada tahun 1980-an.
Integrasi keilmuan juga dicanangkan di bidang ekonomi. Namun Akh Muzakki mengatakan, dalam diskursus dan praktik ekonomi Islam atau ekonomi syariah, misalnya, yang terjadi sebenarnya hanyalah sistem ekonomi konvensional yang dilihat dari sisi Islam, bukan praktik ekonomi Islam itu sendiri yang dirumuskan dan dirunut sejarahnya dari masa ke masa.
Tadarus yang berlangsung cukup cair dipandu oleh Mahrus El-Mawa, kasi Penelitian dan Pengelolaan Haki itu sedianya membincang soal “Masa Depan Penelitian dI PTKI Pasca Covid-19”. Diskusi mengkrucut ke soal integrasi keilmuan setelah ia mengungkapkan data tren pilihan minat para dosen atau peneliti pada soal integrasi keilmuan yang mencapai persentase sebesar 20% dari total jumlah peserta tadarus yang mencapai 8.785 orang dalam tujuh seri.
Jumlah ini dianggap cukup besar jika dibandingkan dengan tema-tema besar lain seperti studi islam (15 %), sosial humaniora (25%), saintek (24%), moderasi beragama (16%) yang masing-masing masih terbagi dalam tema-tema kecil yang lebih spesifik. Artinya integrasi keilmuan saat ini tampil sebagai tema tersendiri yang diminati banyak dosen dan peneliti di lingkungan PTKI. [Anam]