Silvyana Arum Putri Asih Mahasiswi UIN Raden Mas Said Surakarta

Pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib dan Kontribusinya

2 min read

sumber: katakini.com

Terpilihnya Ali sebagai khalifah kali ini tidak berjalan semulus tiga khalifah sebelumnya, karena pemilihan tersebut dilakukan pada saat berkabung atas wafatnya Khalifah Utsman.

Ali menolak menjadi khalifah karena saat itu ia ingin masalah ini harus diselesaikan melalui musyawarah dan harus mendapatkan persetujuan dari sahabat senior utama. Namun, para Muhajirin dan Ansar terus bersikeras agar Ali menjadi khalifah menggantikan khalifah Utsman.

Setelah berjalannya waktu, masyarakat berpendapat bahwa umat Islam membutuhkan seorang pemimpin segera agar tidak menimbulkan kekacauan lebih lanjut, dan akhirnya Ali dibaiat menjadi khalifah.

Salah satu yang menolak untuk membaiat Ali adalah Muawiyah bin Abi Sufyan, anggota keluarga Utsman dan merupakan seorang gubernur dari Syam dengan alasan Ali bertanggung jawab atas terbunuhnya khalifah Ustman.

Ali bin Abi Thalib, khalifah keempat dalam sejarah Islam, adalah salah satu pemimpin yang paling dihormati dalam masyarakat Islam. Ali yang merupakan menantu Nabi Muhammad SAW sekaligus sahabat karibnya, mempunyai peranan penting dalam perkembangan sistem pemerintahan Islam.

Seorang pria yang adil, bijaksana, dan sederhana, Ali bin Abi Thalib dikenal sepanjang sejarah Islam sebagai simbol kepemimpinan yang adil dan berintegritas. Ali mengembangkan sistem pemerintahan yang memperjelas hukum Islam dan memastikan keadilan di seluruh   umat Islam.

Selain itu, Ali juga mengembangkan sistem pemerintahan yang berbasis pada syura (musyawarah). Masa pemerintahannya dicirikan peradilannya yang ketat, dan ia selalu berusaha untuk menerapkan keadilan dan kesejahteraan bagi umat Islam.

Sebagai pemimpin umat Islam, Ali secara konsisten berupaya menjunjung tinggi keutuhan masyarakat dan melindungi hak-hak warganya. Keadilan adalah landasan utama pemerintahannya, dan Ali memastikan bahwa hukum Islam ditegakkan secara adil di seluruh wilayah kekuasaannya.

Baca Juga  Kiai Taufiqul Hakim: Sang Kiai Penyair

Sebagai sahabat karib Nabi Muhammad SAW, Ali bin Abi Thalib pun menerapkan prinsip-prinsip yang diajarkan Rasulullah pada prinsip kepemimpinannya. Ali memiliki hubungan yang baik dengan rakyatnya dan peduli terhadap kesejahteraan mereka secara keseluruhan. Integritas dan kepemimpinan Ali turut memperkuat sistem pemerintahan pada masa pemerintahannya.

Dalam masa pemerintahannya, Ali bin Abi Thalib mengarang ilmu nahwu yang dijadikan sebagai pedoman dasar dalam mempelajari bahasa Al-Qur’an. Dengan adanya ilmu nahwu, orang-orang yang bukan berasal dari masyarakat Arab akan mendapatkan kemudahan dalam membaca dan memahami sumber ajaran Islam.

Salah satu kontribusi terpenting Ali bin Abi Thalib terhadap sistem pemerintahan Islam adalah penerapan keadilan sosial. Ali memastikan tidak ada diskriminasi dalam berhubungan dengan masyarakat dan selalu berupaya memerangi kesenjangan sosial di masyarakat.

Ali bin Abi Thalib juga dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana. Keputusan penting yang diambilnya selalu didasarkan pada pertimbangan matang dan mempertimbangkan kepentingan seluruh masyarakat.

Untuk memperkuat pemerintahannya, Ali bin Abi Thalib juga membentuk kabinet dan badan-badan pemerintahan yang kompeten. Dia memilih para pejabat berdasarkan kualifikasi, integritas, dan kemampuan mereka untuk memajukan kepentingan umat.

Dalam konteks agama, Ali bin Abi Thalib juga memperkuat sistem pemerintahan dengan menegakkan nilai-nilai syariat Islam. Hukum-hukum Islam diberlakukan secara adil dan tidak diskriminatif di bawah kepemimpinannya.

Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah pada masa yang sangat kritis, karena banyak para kerabat yang diberikan fasilitas dalam berbagai bidang oleh Khalifah Usman Bin Affan sebelumnya. Saat Ali menjadi khalifah, ia memiliki tanggung jawab yang besar untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Sistem pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib terkenal dengan ketegasan, kebijaksanaan, dan kepeduliannya yang kuat terhadap kesejahteraan rakyatnya. Sistem pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib juga berpegang teguh pada Al-Qur’an dan sunah.

Baca Juga  KH. Djamaluddin Achmad, Tarekat Syadziliyah dan Ngaji Hikam

Kebijakan Khalifah Ali bin Abi Thalib ialah pencopotan kepala daerah yang diangkat oleh Utsman dan digantikan oleh kepala daerah sejak masa Ali, dan penyitaan tanah yang dibagikan Utsman kepada keluarga dan kerabatnya tanpa hak ganti rugi.

Dengan demikian, Ali bin Abi Thalib memainkan peran yang sangat penting dalam pengembangan sistem pemerintahan Islam. Kepemimpinannya yang adil, bijaksana, dan agamis membantu memperkuat fondasi kekuasaan Islam pada masanya.

Sebagai pemimpin umat Islam, Ali bin Abi Thalib memberikan teladan yang kuat bagi generasi selanjutnya dalam memimpin dengan integritas dan mengutamakan kepentingan. Pemerintahan Islam di bawah Ali bin Abi Thalib dapat dikatakan sebagai pemerintahan yang tidak stabil karena adanya pemberontakan yang dilakukan oleh kelompok umat Islam sendiri. Pemberontakan pertama datang dari Thalhah dan Zubair diikuti oleh Siti Aisyah yang kemudian terjadi Perang Jamal.

Setelah peperangan tersebut diselesaikan oleh Khalifah Ali bin Abi Thalib, lalu peperangan antarumat Islam terjadi kembali, yaitu antara pasukan Ali dengan pasukan Muawiyah sebagai Gubernur Suriah, hingga terjadi tahkim dalam peperangan tersebut, di mana pasukan Muawiyah dengan sistem politik yang cerdik dan licik mengajak damai dengan pasukan Khalifah Ali.

Karena diadakannya tahkim, secara tidak langsung pemerintahan Islam pada masa Khalifah Ali mengalami kekalahan  dengan berkembangnya pendukung Muawiyah. [AR]

Silvyana Arum Putri Asih Mahasiswi UIN Raden Mas Said Surakarta