Alkisah, suatu hari Imam Ahmad Bin Hanbal, salah satu imam mazhab yang terkenal kealiman dan kezuhudannya dan hafal 1 juta hadis beserta sanadnya, tergerak hatinya untuk bepergian dari Baghdad menuju Bashrah. Padahal tidak ada satupun keperluan ke sana. Hasrat itu tidak dapat dibendung, sehingga beliau memutuskan untuk segera berangkat.
Sesampainya di Bashrah, beliau kelelahan. Melihat ada masjid, beliaupun memutuskan untuk istirahat di sana. Pengurus masjid segera mengusirnya, karena Mmasjid tidak boleh digunakan untuk tidur-tiduran. Bahkan diceritakan, beliau sempat didorong-dorong hingga keluar masjid.
Tentu hal ini terjadi karena pengurus masjid tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa. Nama guru mulia Ahmad Bin Hanbal sudah masyhur oleh seluruh warga Bashrah sebagai ulama hebat yang saleh dan zuhud. Namun, tidak ada yang mengenal wajah beliau karena zaman itu belum ada foto.
Ahmad bin Hanbal pun keluar dari masjid. Ia berjalan gontai menuju salah satu kedai yang menjual roti. Dengan ramah, tukang roti mempersilahkan guru mulia untuk melepas lelah. Ketika beliau memperhatikan tukang roti yang mengiringi setiap gerakannya dengan membaca istighfar, Ahmad bin Hanbal pun terkagum-kagum. Luar biasa sekali, pujinya.
“Anda saya perhatikan setiap gerakan membaca istighfar. Hikmah apa yang bisa Anda dapatkan?” Ahmad bin Hanbal penasaran.
Dijawablah oleh tukang roti, “Saya memang tidak kaya raya. Dari muda dulu sudah menjadi tukang roti hingga saat ini. Saya sudah membaca istighfar di setiap gerak selama 30 tahun. Selama itu pula, setiap apa yang menjadi keinginanku selalu saja diijabahi Gusti Allah. Tapi sampai saat ini masih ada satu yang belum”.
“Apa itu wahai, Saudaraku?” tanya Ahmad bin Hanbal penasaran.
“Saya sangat ingin bermuwajahah dengan Guru Mulia yang sangat saya kagumi, yakni Imam Ahmad bin Hanbal”, jawab tukang roti.
“Allah Akbar… rupanya inilah yang menggerakkanku untuk hadir ke sini. Wahai Saudaraku, ketahuilah, akulah Ahmad bin Hanbal yang kau sebut tadi”, tutur Ahmad bin Hanbal.
Maka bersuka citalah tukang roti yang akhirnya bisa bertemu dengan Ahmad bin Hanbal yang sangat dikaguminya. Ini berkat istikamah dengan amalan istighfarnya. Semua terjadi atas izin Allah.
Subhanallah… subhanallah… ternyata mengistikamahkan istighfar membawa hikmah yang sangat dahsyat. [MZ]