Dr. H. Syarif Thayib S. Ag, M. Si Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya

Khutbah Jumat: Kabhi Khushi Kabhie Gham

3 min read

الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ خَلَقَ الزّمَانَ وَفَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَخَصَّ بَعْضُ الشُّهُوْرِ وَالأَيَّامِ وَالَليَالِي بِمَزَايَا وَفَضَائِلَ يُعَظَّمُ فِيْهَا الأَجْرُ والحَسَنَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اللّهُمَّ صَلّ وسّلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وِعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في أَنْحَاءِ البِلاَدِ. أمَّا بعْدُ، فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ
فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ : فَإِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا. إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا

Judul khutbah ini mungkin dianggap tidak lazim, karena bukan dari Bahasa Arab, juga bukan dari bahasa yang dipahami oleh Jemaah shalat Jum’at di Indonesia. Judul tersebut diambil dari salah satu judul film India paling fenomenal, karena dibintangi oleh aktor paling laris dan legendaris: Shah Rukh Khan dan Amitabh Bachchan.

Tetapi insya Allah judul ini sesuai dengan isi khutbah singkat: 15-20 menit ke depan, Amien ya mujibassailien.

Hadirin Rahimakumullah..
Hari terakhir di tahun 1444 H kemarin, tepatnya Selasa 29 Dzulhijjah, saya berkesempatan mengantar mahasiswa KKN (kuliah kerja nyata) UIN Sunan Ampel. Pada moment seremonial serah terima mahasiswa KKN di salah satu Desa pada Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo saya memperkenalkan satu persatu mahasiswa dari ragam Prodi (program studi).

Ada yang dari Prodi Ilmu Alqur’an dan Tafsir, Hukum Keluarga Islam, Arsitektur, Sastra Inggris, Sastra Arab, Psikologi dll. Suasana menjadi riuh ketika bapak Kepala Desa mendadak menyela pembicaraan saya, karena beliau merasa sering stres, dan berharap bisa dibantu oleh mahasiswa dari Prodi Psikologi tersebut.

Suasana pun menjadi makin seru dan sangat cair, karena yang mengaku stres di acara itu ternyata hampir semua aparat Desa, tak terkecuali peserta KKN-nya sendiri, yaitu para mahasiswa generasi Z, atau disingkat Gen-Z.

Hadirin yang saya muliakan.
Ukuran kemajuan manusia, saat ini adalah puncaknya. Teknologi kian maju. Semuanya jadi serba mudah, cepat, dan murah. Sayangnya, kesehatan mental justru merosot drastis. Semakin mudah kita mencari teman melalui Medsos dll justru semakin banyak orang yang merasa kesepian, depresi, dan seterusnya.

Prof. Seger Handoyo Ketua Umum Pengurus Pusat Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) menegaskan bahwa di Indonesia ada 200 ribu orang tiap tahunnya yang berusaha bunuh diri karena stres. Sedangkan data lain yang di-release pada 2019 oleh Dr. AA. Kusumawardhani, Sp.KJ. (Psikiatri Universitas Indonesia) menyebut bahwa ada 40 juta orang Indonesia diprediksi sakit jiwa tahun 2020 kemarin.

Baca Juga  [Khutbah Jumat] Menggeser Gunung, Membelah Laut dengan Shalat

Kota Surabaya yang penduduknya hanya sekitar 3 juta sudah terasa padat, belum lagi di Jakarta yang disebut-sebut sebagai salah satu ibukota terpadat di dunia, populasi penduduknya hanya 11,24 juta jiwa. Bayangkan, kalau ada 40 juta orang di Indonesia sakit jiwa. Pasti sangat banyak, bukan?

Pertanyaan solutif dalam khutbah ini adalah, apa solusi paling efektif untuk mencegah, sekaligus menanggulangi stres ini?

Seorang pakar stres dari Stanford University Kelly McGonigal memberikan jawaban yang mengejutkan atas pertanyaan di atas. Bahwa kesalahan terbesar kita sehingga stres menjadi pemicu parahnya penyakit kronis penyebab tertinggi kematian adalah Stres Belief atau Emotional Belief, yaitu keyakinan (yang salah) terhadap emosi atau stres itu sendiri.

Keyakinan bahwa stres harus dihindari, stres itu jahat, hidup tidak boleh stres. Hidup harus lancar, mulus seperti jalan tol yang bebas hambatan, dan seterusnya mengakibatkan mayoritas orang stres menarik diri, mengunci rapat pintu kamar untuk menyendiri, dan pada gilirannya stresnya semakin tambah parah.

Keyakinan yang benar terhadap stres adalah sebuah keniscayaan (Sunnatullah) karena stres terjadi pada semua orang. Martin Seligman (Bapak Positive Psychology dan mantan Presiden Asosiasi Psikologi Amerika) menyebutnya sebagai wabah global. You are not alone, Anda tidak sendirian.

Normalnya hidup adalah kadang senang juga kadang sedih (stres) atau Kabhi Khushi Kabhie Gham, yang kemudian saya kutip menjadi judul khutbah Jum’at ini.

Demikian cara pertama untuk menyembuhkan dan mencegah stres kita, Change your “Emotional Belief” Change your Happiness (rubahlah keyakinan Anda tentang stres dan merubahnya menjadi kebahagiaan Anda).

Allah SWT menegaskan hingga dua kali beruntun dalam QS. Al Insyirah: 5-6: “Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan”.

فَإِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا. إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا

Bahkan para Nabi dan Rasul pun tidak luput dari kesulitan, cobaan, dan ujian. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Allah SWT:

Baca Juga  Khutbah Jumat: Keutamaan 'Basmalah' dan 'Hamdalah' untuk Menghindarkan Diri dari Kemaksiatan

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۖ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّىٰ يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَىٰ نَصْرُ اللَّهِ ۗ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. Albaqarah: 214).

Langkah berikutnya adalah Spread Compassion to Spread Happiness for all. Lupakan diri Anda dulu, dan fokuslah untuk membantu orang lain, kemudian menebarkan kebahagiaan untuk semua orang.

Saya teringat kisah nyata seorang Jemaah haji yang saya bimbing 2017 lalu, dimana saya sebagai petugas TPHI atau Ketua Kloternya. Sebut saja Ibu Idah namanya. Beliau memiliki 2 putra Autis. Ibu Idah memutuskan resign dari profesi wartawan demi mendalami terapi SEFT (spiritual emotional freedom technique) untuk menyembuhkan anak autis.

Setelah belasan tahun mengembara, akhirnya dia menemukan dan menguasai teknik yang telah banyak dipublish dalam Google Scholar tersebut, sehingga berhasil menyembuhkan banyak anak autis menjadi layaknya anak normal.

Awalnya dia tetap stres karena anaknya sendiri tidak bisa dia sembuhkan, namun setelah dia “melupakan” masalah anaknya dan fokus membantu orang lain, keajaiban terjadi. Anaknya berhasil diterima kuliah di ITS, bahkan mendapat beasiswa pertukaran mahasiswa Autis berprestasi ke Amerika.

Itulah keajaiban menolong sesama. Allah SWT akan mengambil alih masalah (kesulitan) sang penolong.

مَنْ نَـفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُـرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَـفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُـرْبَةً مِنْ كُـرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَـى مُـعْسِرٍ، يَسَّـرَ اللهُ عَلَيْهِ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَـرَ مُسْلِمًـا، سَتَـرَهُ اللهُ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَاللهُ فِـي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ

“Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Allah melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Siapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan, maka Allah memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan akhirat. Siapa menutupi (aib) seorang Muslim, maka Allâh akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya.” (HR. Muslim).

Baca Juga  [Jumat] Bagaimana Umat Islam Menyikapi Pandemi Covid-19?

Semoga khutbah singkat ini bisa menginspirasi untuk tidak hanyut memikirkan stres kita, tetapi bergeser dengan segera fokus membantu sesama, minimal dengan do’a.

دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لأَخِيْهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ. كُلَّمَا دَعَا ِلأَخِيْهِ بِخَيْرٍ، قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ: آمِيْنَ. وَلَكَ بِمِثْلٍ.‘

“Do’a seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang dido’akannya adalah do’a yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada Malaikat yang menjadi wakil baginya. Setiap kali dia berdo’a untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka Malaikat tersebut berkata: ‘Aamiin dan engkau pun mendapatkan apa yang ia dapatkan.”

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ اْلكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ. اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ

َبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Wahai Allah, berikanlah rahmat kasih sayang kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam semua urusan kami ini”

. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر

Dr. H. Syarif Thayib S. Ag, M. Si Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya