Laila Tifatus Afifah Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

Tradisi Ziarah Dari Zaman Nabi Hingga Walisongo

2 min read

Ziarah adalah berkunjung atau mengunjungi ke tempat yang dianggap keramat atau suci. Didalam pemahaman tradisi masyarakat Jawa, ziarah dilakukan untuk mengunjungi tempat peristirahatan orang yang sudah meninggal atau yang disebut makam. Masyarakat Jawa yang pada awalnya memeluk kepercayaan animisme dinamisme menganggap bahwa roh para leluhur memiliki kasta tinggi, sehingga mengunjungi makam mereka dapat memberikan pengaruh baik terhadap kehidupannya karena memiliki maksud agar terkabulkan suatu keinginan.

Ketika Islam masuk ke tanah Jawa, tradisi ziarah sudah berlangsung dan kemudian dikuatkan oleh para penyebar Islam Jawa, yaitu Walisongo. Banyak tradisi yang sudah berlangsung lama dalam masyarakat Jawa seperti tradisi pertunjukkan wayang, slametan dan termasuk ziarah. Hingga akhirnya Walisongo datang dan mengajak masyarakat Jawa dengan penuh kesadaran untuk memeluk Islam sebagai agama yang tidak menentang dan merubah pemaknaan serta tujuan tradisi yang diarahkan pada nilai ketauhidan terhadap Allah SWT.

Tradisi ziarah semakin menguat dalam tradisi Islam, karena ziarah telah dikenal dalam masyarakat Islam sejak zaman Nabi Muhammad. Pada awal sejarahnya, Nabi Muhammad SAW melarang ziarah dengan alasan keimanan dan tauhid umat Islam pada masa itu belum kuat. Rasulullah SAW khawatir tradisi ziarah akan menggiring umat Islam pada kemusyrikan. Namun dalam perkembangannya, Rasulullah SAW mampu membaca keislaman umatnya semakin kuat, setelah itu diperbolehkan naik haji.

Tujuan dari adanya ziarah adalah untuk mendoakan yang dikunjungi agar mendapatkan tempat yang terbaik di sisi Allah dan menjadikan momen ziarah menjadi momen introspeksi. Contohnya yaitu ketika seseorang pergi haji, berada di depan makam Rasulullah SAW mengingatkannya bahwa suatu saat dia akan menyusul. Introspeksi ini memotivasi dan mengingatkan paea peziarah agar senantiasa beribadah lebih baik lagi dan beramal saleh.

Baca Juga  Perspektif Pseudo-Inklusif dalam Beragama dan Pentingnya Fikih Gus Dur

Tradisi ziarah Islam telah dilakukan sejak zaman Nabi Muhammad. Berziarah juga sangat dianjurkan karena ziarah bagian dari  terapi bagi para peziarah, untuk selalu mengingat kepada Allah SWT. Historisitas ziarah yang ditemukan masyarakat  Jawa dan masyarakat Islam pada masa Nabi Muhammad memperkuat pemahaman bahwa tradisi ziarah yang masih berlangsung hingga saat ini untuk penguatan dua tradisi, yaitu tradisi Islam dan tradisi Jawa.

Ziarah yang kini dikenal sebagai tradisi  Islam di pulau Jawa, yang dilakukan oleh setiap daerah untuk berkumpulnya keluarga disebut nyadran. Berbeda dengan tradisi nyadran, secara khusus pembahasan ziarah ini mengarah pada wali, orang yang diyakini sangat dekat dengan Allah SWT dan memiliki istiqamah yang tinggi untuk selalu beribadah kepada Allah SWT. Misalnya, ziarah Walisongo dan lain-lainnya.

Ziarah tidak hanya dilakukan oleh orang awam saja (pedesaan), tetapi juga oleh orang-orang terpelajar, bahkan para ahli agama. Ziarah dilakukan baik secara individu, kelompok atau dikoordinir oleh kelompok masyarakat di suatu wilayah tertentu. Pesisir utara Jawa memiliki banyak pemuka agama yang kesalehannya telah mencapai tingkat wali. Makam para wali merupakan tempat ziarah bagi masyarakat muslim Jawa,  yang paling populer adalah  Walisongo, Syekh Khalil Bangkalan, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan masih banyak lagi.

Ziarah ke makam para wali mengalami perluasan makna. Dari  sekedar ziarah kubur sebagai ungkapan kerinduan kepada wali yang menjadi teladan ketaatan dan istiqamah dalam beribadah kepada Allah SWT, hingga mengembalikan tuntunan hidup beragama, dari alat meditasi hingga aktivitas terapi bagi jiwa, efek kegelisahan. dan kebingungan. Berdasarkan perluasan makna tersebut, dapat disimpulkan bahwa kegiatan ziarah  memiliki makna religius.

Pada intinya, ziarah saat ini bisa mengobati kegalauan atau menjauhkan kejenuhan dari rutinitas keseharian. Ziarah dapat menenangkan hati karena lantutanan kalimat tayyibah bisa mendatangkan kedamaian dalam diri seorang peziarah.

Baca Juga  Konsumen, Hari Konsumen Nasional, dan Situasi Anomali

Ziarah Wali adalah salah satu kegiatan khusus yang dilakukan dengan sengaja  ketika seseorang merindukan kedekatan dengan Allah SWT. Ajaran Islam mengatakan bahwa siapa saja yang dekat dengan  kekasih Allah dapat menjadi wasilah untuk mendekatkan dirinya kepada Allah.

Laila Tifatus Afifah Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya