Manusia adalah pembelajar sejati yang haus akan ilmu dan pengetahuan. Kita sebagai manusia: Melihat dari perspektif ajaran agama Islam bahwa manusia dituntut untuk belajar dari lahir sampai masuk ke dalam liang lahat (meninggal). Lebih spesifik lagi, pernyataan itu ada di dalam hadis sahih. Artinya, belajar adalah aktivitas yang wajib dilakukan bagi umat muslim dan muslimah selama hidupnya.
Belajar dalam konteks ajaran Islam, tidak serta merta asal belajar saja. Namun, di dalam belajar ada semacam regulasi yang harus ditaati baik itu sebelum, saat dan sesudah belajar. Seperti niat yang kokoh, membaca doa, sikap (akhlak) terhadap guru, sabar dalam belajar, takzim terhadap ilmu, menghindari segala bentuk, jenis maksiat dan lain lainnya.
Mungkin sebagian orang akan bertanya-tanya, mengapa hal itu perlu dilakukan?
Tentu jawabannya adalah agar memberikan kemudahan atas apa yang sedang dipelajari, mudah untuk diamalkan, tidak cepat hilang (lupa) dan tentunya agar ilmu pengetahuan tersebut menjadi berkah.
Coba kita renungkan, sudah berapa banyak ilmu pengetahuan yang kita pelajari kemudian hilang begitu saja. Jika di persentasekan, bisa jadi hampir 50% bahkan bisa jadi lebih apa yang telah kita pelajari terlupa dan menguap sia-sia. Saya kira, ini lah sebabnya ada hal-hal yang tidak dilakukan dan dihindari ketika kita sedang menuntut ilmu.
Di antara hal-hal itu, yang sering luput dari kita adalah bersikap wara’ (menjaga diri) dalam belajar. Sikap tersebut sangat sederhana, akan tetapi banyak dari kita yang lengah untuk melakukannya. Banyak dari kita yang tidak tahu sikap wara’ dan pentingnya sikap tersebut dalam belajar.
Bersikap wara’ itu titik tekannya pada tataran dalam menahan hal yang bersifat biologis manusia. Termasuk berbuat wara’ adalah menjaga dirinya dari kekenyangan, terlalu banyak tidur dan banyak membicarakan hal yang tidak bermanfaat (Imam Al Zarnuji: 2019).
Mengenai perkara syubhat (tidak jelas hukumnya antara halal dan haram) pun sama. Seseorang yang sedang menuntut ilmu, disarankan untuk tidak mengonsumsi hal yang sifatnya syubhat. Menjaga dari perkara syubhat adalah salah satu sikap wara’ dalam belajar. Sementara hal tersebut sering kali kita lakukan tanpa kita sadari. Meskipun kita mengetahui sikap wara’, banyak dari kita yang melanggarnya. Karena, pada dasarnya sikap wara’ itu sering kali tidak dijadikan suatu kebiasaan kita dalam menjalankan rutinitas/kegiatan pada kehidupan sehari-hari.
Kita lihat saja contoh nyata di zaman modern seperti sekarang ini dari seorang pembelajar, siswa dan mahasiswa misalnya (tanpa terkecuali di luar daripada kedua identitas tersebut). Berapa banyak siswa dan mahasiswa yang tidak dapat menjaga perutnya sampai dengan kondisi kenyang ketika sedang makan? Berapa banyak siswa dan mahasiswa yang lebih banyak tidurnya dibanding belajarnya? Berapa banyak yang melakukan gosip serta gibah dan sejenisnya? Saya rasa banyak sekali.
Kemudian, apakah contoh di atas adalah cerminan sikap wara’ bagi seorang pembelajar? Jauh dari sikap itu bukan? Apakah kalian pernah melakukannya juga? Paling tidak, mereka tahu tentang bagaimana sikap wara’ dalam belajar atau setidaknya mungkin mereka sadar bahwa dirinya adalah seorang yang sedang menuntut ilmu. Ketika sudah sadar bahwa dirinya adalah seseorang yang sedang menuntut ilmu, maka dirinya akan lebih serius dalam belajar dan mentaati regulasi yang dikenakan oleh seseorang yang sedang menuntut ilmu.
Jauh dari sikap itu, bersikap wara’ dalam belajar, sebagian besar pembelajar saat ini sudah nyaris punah yang memiliki akhlak baik terhadap gurunya. Kita lihat saja berita-berita yang beredar, baik di televisi atau di media online. Video tentang murid memukul gurunya sendiri lantaran guru itu menegurnya karena perkara merokok di ruang kelas. Video itu menjadi viral dan banyak caci makian dari netizen. “Sungguh tidak ada adabnya murid itu!” pernyataan keras dari seorang netizen di kolom komentar.
Di dalam buku Ta’limul Muta’alim karya Imam Az Zarnuji di bagian “Pasal Sikap Wara’ Pada Masa Belajar” terdapat hadis dari Rasulullah saw, bahwa beliau bersabda: “Siapa yang tidak bersikap wara’ pada waktu belajarnya, maka Allah memberinya ujian dengan salah satu dari tiga perkara yaitu dimatikan pada usia muda, atau ditempatkan di perkampungan orang orang bodoh atau mengujinya dengan menjadi pembantu bagi penguasa” (Imam A Zarnuji: 2019).
Bersikap wara’ dalam belajar memberi kita banyak faedah, terutama ilmu yang sedang kita pelajari. Sebab seperti dalam buku yang sama, bahwa apabila seseorang yang sedang menuntut ilmu memiliki sikap wara’ maka ilmunya lebih bermanfaat dan belajar pun akan menjadi mudah serta mendapatkan banyak faedah. Selain itu, seorang pembelajar hendaknya selalu membawa buku setiap saat untuk dipelajari.
Dikatakan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Hilal bin Yasar: “Siapa yang tidak ada buku di sakunya maka tidak ada hikmah di hatinya”. Yang tidak kalah penting juga, membawa sebuah pena agar dapat mencatat ilmu apa saja yang sedang dipelajari. Karena, buku dan pena adalah senjata bagi orang orang yang sedang menyelami luas dan dalamnya samudra ilmu pengetahuan. Wallahu a’lam… [AA]