A. Gaus Rafsanjani Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

Memahami Konsep Totem Sigmund Freud melalui Film Princess Monnonoke

2 min read

Princes Monnonoke merupakan film kartun atau animasi Jepang yang rilis pada tahun 1997. Film ini bermula ketika seorang pemuda bernama Ashitaka terkena kutukan ketika melawan dewa hutan berupa babi yang juga sebenarnya terkena parasit yang membuatnya hilang kendali.

Ditempatkan dalam sebuah dunia fantastis yang dipenuhi oleh entitas seperti dewa hutan, roh alam, dan makhluk gaib, anime ini memberikan perspektif yang dalam mengenai bagaimana perilaku manusia dapat memiliki konsekuensi terhadap alam dan makhluk hidup yang ada di dalamnya.

Dalam film anime Princess Mononoke yang disutradarai oleh Hayao Miyazaki, terdapat elemen-elemen psikologis yang dapat dianalisis dengan mempertimbangkan konsep-konsep Freudian.

Beberapa tema dalam film mencerminkan pemikiran Sigmund Freud, seorang tokoh utama dalam bidang psikoanalisis. Ada beberapa aspek dalam film yang dapat dihubungkan dengan konsep-konsep Freud seperti ketegangan antara nafsu hidup dan nafsu mati, konflik batin, simbolisme, dan perkembangan karakter.

Sigmund Freud, seorang psikoanalis terkenal, telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam perkembangan pemahaman tentang psikologi manusia. Salah satu pemikiran menarik yang menjadi fokusnya adalah konsep totem.

Freud mengembangkan pandangan mengenai totemnya dalam karyanya yang terkenal pada tahun 1913. Konsep totem dalam psikoanalisis Sigmund Freud adalah salah satu aspek penting dalam teori perkembangan manusia dan dinamika sosial.

Freud berpendapat bahwa konsep totem pertama kali timbul dalam masyarakat primitif sebagai bagian dari upacara dan keyakinan kolektif. Pada awalnya, totem merupakan representasi figur ayah dalam komunitas primitif dan menjadi fokus penghormatan yang sangat penting bagi kelompok tersebut.

Freud memandang totem sebagai unsur awal dalam evolusi agama, moralitas, dan sistem hukum dalam budaya manusia. Konsep totem Freud memberikan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana budaya, masyarakat, dan individu berkembang dalam berinteraksi dengan simbol-simbol kolektif.

Baca Juga  Kedewasaan dalam Beragama dan Realitanya

Elemen-Elemen Anime yang Menggambarkan Konsep Totem

Perilaku manusia seperti menebang pohon, melakukan pertambangan, dan menggunakan senjata api dengan intensitas tinggi mengilustrasikan bagaimana tindakan manusia bisa memberikan dampak negatif pada alam.

Hal itu sejalan dengan pandangan Freud tentang konflik antara manusia dan alam. Hutan serta makhluk-makhluk gaib dalam anime ini dapat dianggap sebagai simbol-simbol alam yang memiliki kekuatan yang seharusnya dihormati dan dilestarikan.

Dalam anime ini, roh hutan dianggap sebagai simbol yang sangat kuat dari kekuatan alam atau totem alam. Mereka diberkati dengan kebijaksanaan dan kekuatan yang menghasilkan perasaan hormat dan ketakutan dari manusia. Konflik antara manusia dan roh hutan mencerminkan pertentangan antara totem manusia dan totem alam.

Berikutnya ada hewan-hewan suci dalam cerita, seperti kodama yang melambangkan roh pohon dan serigala dewa, memiliki peran sebagai simbol-simbol suci yang menjaga alam dan memiliki makna spiritual dalam kisah.

Dengan menggabungkan elemen-elemen ini dalam anime Princess Mononoke, kita dapat melihat bagaimana anime ini menggambarkan konflik antara manusia dan alam, identifikasi dengan totem alam, dan pesan penting tentang pelestarian alam yang secara langsung mencerminkan konsep totem dalam psikoanalisis Freud.

Unsur Psikoanalisis yang Terkandung dalam Anime

Dalam film ini, terdapat tema utama yang menggambarkan konflik antara manusia dan alam. Konflik ini mencerminkan gagasan Freud tentang ketegangan antara nafsu hidup (eros) dan nafsu mati (thanatos).

Dalam konteks film, perilaku manusia mencerminkan eros, yang tecermin dalam dorongan mereka untuk menguasai alam dan sumber daya alam. Di sisi lain, alam dan roh-roh alam mencerminkan thanatos, dengan keinginan mereka untuk mengembalikan keseimbangan alam.

Berikutnya ada konflik batin, yang dimaksud konflik batin disini adalah beberapa karakter dalam film ini, seperti Ashitaka dan San, mengalami konflik batin yang kompleks. Ashitaka, misalnya, terjebak di antara dunia manusia dan alam.

Baca Juga  Problem Keberagaman di Indonesia (1)

Konflik emosional, moral, dan identitas mereka mencerminkan konsep Freud tentang konflik antara id (nafsu), ego (rasionalitas), dan superego (moralitas) dalam diri seseorang. Penggunaan psikoanalisis Freud membuka jendela lebih dalam untuk memahami karakter dan konflik dalam Princess Mononoke, yang menyoroti konflik internal dan eksternal yang dialami oleh setiap karakter dalam cerita.

Menurut saya karya tulis ini telah menjelaskan bagaimana konsep totem, sebagaimana dipahami dalam psikoanalisis Sigmund Freud, dapat ditemukan dan diilustrasikan melalui film Princess Mononoke yang disutradarai oleh Hayao Miyazaki.

Dalam film ini, elemen-elemen seperti konflik antara manusia dan alam, karakter San yang mengidentifikasi dirinya dengan alam, peran Lady Eboshi yang mencoba menguasai alam, dan hadirnya roh hutan sebagai representasi totem alam, semuanya menggambarkan dan mencerminkan konsep totem Freud dengan sangat baik. [AR]

A. Gaus Rafsanjani Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya