Alquran adalah Kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Di dalamnya mengandung banyak hal yang berhubungan dengan keimanan, ilmu pengetahuan, filsafat, dan sejarah serta peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku dan pola kehidupan manusia. Kandungannya sesuai dengan tabiat dan pembawaan manusia itu sendiri, baik mereka yang hidup sebagai individu maupun makhluk sosial, sehingga dengannya manusia mendapatkan kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Di samping itu, susunan bahasa dalam Alquran sangat puitis atau mengandung makna sastra yang cukup tinggi, dan sistematis. Ini terbukti pada tokoh-tokoh penyair Arab Jahiliyah pada saat itu merasa sangat kagum dan tak segelintir dari mereka pun yang mampu membandinginya.
Alquran tak lekang oleh waktu, juga tak tergerus oleh zaman. Kesesuaian Alquran ditegaskan langsung nabi dalam sabdanya: “Ia tidak lekang oleh teriknya panas, tidak lauk oleh curahan hujan, ia adalah tali yang terulur dari langit guna menghubungkannya ke bumi (H.R al-Tirmidzi dan al-Darimi).
Alquran dikagumi oleh berbagai kalangan, bahkan oleh mereka yang tidak mengimaninya. Satu di antaranya ialah Sir Hamilton Alexander Rosskeen Gibb FBA, dikenal dengan singkatan H. A. R. Gibb (w.1971). Ia menuliskan dalam buku Muhammadinism bahwa “tak seorang pun dalam lima ratus tahun ini telah memainkan alat bernada nyaring yang demikian mampu dan berani serta hebat getaran jiwa yang diakibatkannya seperti apa yang dilakukan oleh Muhammad (dengan Alquran).
Selain itu, wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad juga membicarakan tentang kebenaran abadi dan kebijaksanaan yang dapat dijadikan sebagai landasan dan penuntun bagi umat manusia dalam segala aspek kehidupan atas pola hidup yang menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Dari urusan terkecil, seperti halnya jam-jam bertamu, tata cara memasuki rumah yang ada penghuninya dan yang tidak ada penghuninya, kwitansi catatan utang piutang, sampai pada problematika yang paling rumit dalam kehidupan manusia, mengenai roh, ilmu bumi dan langit, biografi penting, ramalan dan berbagai peringatan, ilmu alam dan metafisika, filsafat, politik ekonomi dan berbagai macam ilmu-ilmu yang belum dan tak dapat diketahui manusia. Di samping itu, ia memberikan koreksi terhadap beberapa kesalahan-kesalahan kecil maupun besar yang dianut oleh agamawan, ilmuwan, filsuf maupun sejarawan pada masanya.
Alquran bukan hanya menekankan belajar, membaca, dan menulis, akan tetapi juga mendorong manusia untuk menghilangkan pelbagai pandangan yang memitoskan alam, serta memerintahkan manusia untuk menyelidiki rahasia-rahasia alam. Hal ini dilakukan tidak lain supaya dijadikan sebagai landasan dan petunjuk hidup manusia. Dalam hal ini peran Alquran terhadap ilmu pengetahuan amat besar, persis apa yang pernah dikemukakan oleh banyak sejarawan Barat.
Alessandro Bausani (w.1988), seorang sarjana Islam, studi Arab dan Persiadari Italia, dalam bukunya Islam as Wesential Part of Western Culture mengatakan bahwa sikap Islam terhadap relalitas fisik alam serta nilai etikanya pengetahuan eksperimental tidak mungkin lahir tanpa terlebih dahulu menghilangkan pemitosan alam dan monoteisme dalam bentuknya yang paling murni merupakan absolut bagi lahirnya.
Selanjutnya Robert Stephen Briffault (w.1948) dalam bukunya Making of Humanity mengemukakan: “penyelidikan, akumulasi pengetahuan positif, kaidah sains dan pengamatan berkepanjangan semuanya asing bagi kebiasaan Yunani, ini semua diperkenalkan di Eropa oleh orang Arab dengan Alqurannya”.
Romauld Landau (w.1974), seorang penulis, pendidik, perwira Dinas Luar Negeri, dan seorang spesialis pada budaya Arab dan Islam dalam buku The Arab Heritage of Western Civilization mengatakan dan telah menunjukan betapa besar hutang Eropa kepada penemuan serta pemikiran kaum Muslimin. Menurut pandangannya, telah menjadi kebiasaan orang mengatakan bahwa agama merupakan penghambat kemajuan dan perkembangan sains. Keberhasilan ilmiah orang Arab memperlihatkan tidak demikian halnya. Apa yang sering menghambat kemajuan ilmu pengetahuan di Barat bukanlah Agama, tetapi adalah penafsiran sempit dan dogmatis mengenai kebenaran agama oleh penguasa Gereja yang konservatif, dengan penghukuman Galileo, seorang filsuf dan ilmuwan terkemuka, serta pembakaran hidup-hidup terhadap para ilmuwan sebagai contoh. Kebanyakan penemuan matematika orang Arab diperoleh bukan tanpa agama, tetapi justru karena agama. Demikian pula agama adalah pendorong ilmuwan Arab untuk tidak membatasi diri pada suatu bidang saja, tetapi menjadi universalitas”.
Demikianlah menurut beberapa pandangan sarjana barat mengenai peranan yang telah dimainkan Islam dahulu melalui perkembangan ilmu pengetahuan modern. Memang, apabila kita amati Alquran secara seksama, kita akan menemukan beberapa ayat yang menyebutkan alam semesta, seperti ayat-ayat yang menyebutkan ruang angkasa (al-Samā’) sebanyak 310 ayat, ayat-ayat yang menyebutkan bumi (al-Ardl) ada 361 ayat, tentang tumbuh-tumbuhan sebayak 26 ayat, gunung 40 ayat, sungai 35 ayat, matahari (al-Syamsu) 33 ayat, bulan (al-Qomar) 27 ayat, air (al-Mā’) 63 ayat, angin (al-Rīh) 28 ayat. Adapun Mengenai ilmu Fikih (Ilmu tata cara kehidupan sehari-hari, seperti ibadah, muamalah, munakahat, pidana) sebanyak 500 ayat, mengenai ilmu Ushul Fiqh 500 ayat dan yang lain dari itu berisi biografi serta masalah-masalah akidah, serta berkaitan dengan seruan terhadap manusia supaya berpikir, supaya manusia menggunakan nalar dan agar manusia mengfungsikan akal pikirannya sesuai dengan prioritas yang diberikan kepadanya. [HM, MZ]