Akhmad Jazuli Afandi Alumnus Universitas al-Azhar Mesir; Dosen IAIN Kediri

Amalkan Doa Asmaul Husna, Rasakan Faedahnya Yang Dahsyat

1 min read

Nama-nama Allah swt atau lebih dikenal dengan Asmaul Husna yang tersebut dalam al-Qur’an dan hadis berjumlah 99. Dalam pembahasan ilmu kalam, Asmaul Husna masuk dalam subbab kajian ketuhanan beserta pembahasan tentang kenabian dan Sam’iyah.

Ilmu tentang nama dan sifat Allah termasuk akidah dasar yang wajib dikuasai setiap Muslim. Setelahnya, baru ilmu syariat. Sebab akidah merupakan basis keimanan yang melandasi tiap Muslim untuk patuh dan tunduk terhadap syariat Allah.

Selain menjadi fondasi iman, Asmaul Husna merupakan wasilah doa bagi Muslim. Allah swt telah menyebut dalam  firman-Nya, وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا”” Q.S. al-A’rāf [7]: 180. Imam al-Suyuti dalam kitab Tafsir al-Jalālayn, menyebutkan ayat ini menjadi perintah Allah kepada hambanya agar berwasilah doa dengan menyebut nama-nama-Nya.

Secara jelas ayat di atas menunjukkan perintah kepada umat manusia agar berdoa dengan berwasilah pada Asmaul Husna. Sebab dengannya, doa akan terkabul.  Allah tidak menyebutkan suatu perkara secara jelas, kecuali ia memiliki keutamaan yang luar biasa, seperti perintah doa dengan menyebut asma-asma-Nya.

Keutamaan Asmaul Husna juga disebutkan dalam ayat-ayat yang lain, misal pada Q.S. al-Isrā’ [17]: 110 dan Q.S. Tāha [20]: 8, yang menerangkan tentang keberadaan dan keagungan nama-nama Allah yang terindah itu.

Rasulullah pun menambahkan bahwa dengan berzikir menggunakan Asmaul Husna, seorang mukmin bisa terangkat derajatnya, baik di dunia maupun di akhirat, dan mendapatkan tempat terdekat di sisi Allah.

Asmaul Husna seperti yang disebutkan Rasulullah berjumlah 99. Namun tidak berarti bahwa nama-nama Allah itu terbatas dengan jumlah tadi. Nama-nama Allah sesungguhnya tidak terbilang dan terbatas. Sebagian ulama berpandangan bahwa angka 99 yang disebutkan pada hadis adalah sebagai simbol untuk menyebutkan sesuatu yang banyak.

Baca Juga  Kisah Ashabul Kahfi: Menggali Hikmah dalam Uniknya Kehidupan dan Pembelajaran

Dari Asmaul Husna yang dimiliki oleh Allah ada nama yang khusus untuk-Nya, tidak diperbolehkan seorang makhluk untuk menggunakannya, di antaranya adalah lafal الله. Siapa pun dilarang menggunakan lafal ini untuk menamakan dirinya.

Adapula nama-nama Allah yang terhimpun dalam Asmaul Husna yang sebagian maknanya bisa diteladani atau ditiru oleh umat manusia, di antaranya adalah nama: al-Rahī(Yang Maha Penyayang), al-Karīm (Yang Maha Pemurah), al-‘Ālim (Yang Maha Mengetahui).

Maksud dari peneladanan terhadap nama-nama Allah adalah seseorang boleh meneladani makna dari Asmaul Husna dengan cara menjadi orang yang pemurah, penyayang, dan alim. Dengan catatan di dalam hatinya tidak boleh terbersit sedikit pun rasa bahwa ia otonom dan maha.

Asmaul Husna bisa juga digunakan menjadi nama makhluk, seperti Rahīm, Karīm, ĀlimHāfizQādir, Hākim, dan Mālik. Tetapi wajib meyakini dalam hati nama-nama itu, meskipun sama secara etimologis, sangat jauh berbeda pemahaman maknanya dengan nama-nama Allah yang terkandung dalam Asmaul Husna, yang hanya milik Allah semata.

Sebagaimana kata sebuah syair:

مَنْ أَنـْـتَ يَا أَرِسْطُو ومَنْ*        أَفْلَاطُ قَبْلك قد تَفـَـرَدْ

ومَنْ إبْن سينا حَيْثُ هذ    *ب ما أتيْتَ به وشَيَّدْ

ما أنْتمو إلا الفِرَاش       *رأى سِرَاجاً قَدْ توقدْ

فدنا فأحرق نفسه*        ولو اهتدى رشدا لأبعد

Setiap raja (malik) pada hakikatnya adalah nol, tidak ada apa-apa nya jika dibandingkan dengan kekuasaan Mālik al-Mulk, yakni Allah . Maka, antara nama dan sifat makhluk dan Penciptanya tidak bisa dibandingkan, tidak pula bisa disamakan.

Ayat-ayat dalam Alquran banyak menyebut nama-nama yang menggambarkan kebesaran dan kekuasaan Allah Swt. Tujuan dari penyebutan Asmaul Husna di dalam Kitabullah adalah untuk memperkenalkan manusia kepada Pencipta-Nya yang Agung dan menghubungkan entitas dan pikiran manusia dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Pada akhirnya, zikir dan doa Asmaul Husna dijamin bisa membebaskan pikiran seorang hamba dari kotoran, kecurigaan, dan hawa nafsu. [FM, MZ]

Akhmad Jazuli Afandi Alumnus Universitas al-Azhar Mesir; Dosen IAIN Kediri

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *