Jumlah nabi dan rasul utusan Allah sangatlah banyak, ada yang dapat diketahui dan diceritakan ada pula yang tidak. Dari sekian banyak jumlah yang ada kita hanya diwajibkan untuk mengetahui dan mengenal nama 25 nabi dan rasul-Nya.
Nabi Zulkifli merupakan salah satunya. Beliau bernama asli Basyar putra dari Nabi Ayyub dan Siti Rahmah. Beliau diperkirakan hidup pada 1500 atau 1425 sebelum Masehi.
Terpilihnya Nabi Zulkifli menjadi Raja
Dikisahkan, kala itu Raja Israil, Ilyasa sudah cukup tua untuk menjalankan pemerintahan. Ia membutuhkan calon pemimpin penggantinya. Karena Raja Ilyasa tidak memiliki keturunan, maka ia memilih jalan sayembara untuk menemukan raja selanjutnya.
Kabar pun tersiar ke seluruh pelosok negeri, semua orang dari berbagai kalangan berkumpul menjadi satu. Raja pun akhirnya menyapa rakyatnya dan mengutarakan syarat untuk sayembara pemilihannya. Syarat itu adalah berpuasa pada siang hari, beribadah pada malam hari, dan tidak boleh bersikap marah.
Usai raja mengatakannya, tidak ada yang mengajukan diri dengan persyaratan tersebut hingga seorang pemuda menawarkan diri menjadi raja. Pemuda itu adalah Nabi Zulkifli. Awalnya Raja ragu dan khawatir, setelah Nabi Zulkifli berulang kali menyatakan kesanggupannya, Raja akhirnya percaya.
Setelah menjadi raja, Nabi Zulkifli benar-benar menepati janjinya dengan tulus. Beliau benar-benar bijak saat mengambil keputusan tanpa kemarahan, serta mengatur waktu tidur dan waktu lainnya untuk mengutamakan kepentingan umatnya.
Nabi Zulkifli dan Godaan Iblis
Saat menjalankan kepemimpinannya, Nabi Zulkifli sering menyambut rakyatnya yang bertamu dengan baik. Suatu ketika, iblis menjelma menjadi seorang lelaki tua dan mengetuk pintu untuk meminta pertolongan Nabi pada waktu larut malam.
Dalam pertemuan tersebut, lelaki tua itu mengadu kepada Nabi Zulkifli tentang kekejaman orang lain pada dirinya. Nabi menyuruhnya untuk datang kembali besok malam ketika kedua belah pihak sudah merasa siap untuk bertemu.
Namun, lelaki itu mengingkarinya dan malah datang pagi hari. Keesokan harinya, lelaki tersebut datang dan mengadu seperti pada malam sebelumnya. Maka Nabi Zulkifli menyuruh untuk datang pada malam hari saja. Lelaki itu berjanji akan datang, namun ia mengingkarinya.
Pada hari ketiga, lelaki tua itu datang lagi. Kali ini tidak ada tanggapan dari Nabi Zulkifli. Maka iblis itu menyelinap menembus pintu dan menunjukkan dirinya kepada Nabi Zulkifli. Akhirnya Nabi Zulkifli pun sadar bahwa lelaki itu hanya jelmaan iblis yang mencoba membuatnya marah, namun iblis itu gagal karena Nabi Zulkifli berhasil menahan amarah.
Keteladanan Kisah
Tentu dua penggalan kisah di atas sarat akan pelajaran dan nilai kehidupan yang dapat kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Diantaranya sebagai berikut;
Pertama, bertanggungjawab pada tugas dan janji. Dalam masa kepemimpinannya, Nabi Zulkifli menepati janji yang ia sanggupi pada saat syarat awal menjadi raja oleh raja sebelumnya. Beliau juga melakukan tugasnya sebagai raja dengan penuh tanggung jawab ditandai adanya prioritas pada kepentingan rakyat.
Ini mengajarkan kita bagaimana pentingnya memegang sebuah janji baik seberapa kecil maupun besar janji tersebut serta mengajarkan kita untuk selalu melakukan kewajibann dan tugas kita baik sebagi makhluk sosial ataupun hamba Allah.
Kedua, ketaatan beribadah. Syarat untuk menjadi raja yang diutarakan Raja Ilyasa tentu menunjukkan bahwa Nabi Zulkifli sangatlah taat beribadah. Bagaimana ia melakukan ibadah di malam hari dan berpuasa siang hari.
Ini tentu menjadi contoh dan media pengingat bagi kita untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas beribadah. Kini, kita justru lebih sering menemui contoh keburukan daripada teladan kebaikan, karena hal-hal negatif sudah dipertontonkan tanpa rasa malu.
Ketiga, kesabaran dan ketenangan. Nabi Zulkifli merupakan sosok yang sangat sabar dan mampu menahan emosi, terbukti dengan kegagalan iblis dalam membuat nabi marah. Hal ini menegaskan kita kembali untuk senantiasa sabar dan tenang dalam menghadapi cobaan baik berupa kekurangan maupun kelebihan nikmat.
Ketenangan juga akan membuat kita dapat memandang sesuatu menjadi lebih positif dan mampu menguraikan masalah dengan baik sehingga membantu kita mengambil keputusan yang tepat.
Keempat, kepedulian terhadap orang lain. Sebagai raja, Nabi Zulkifli selalu mengutamakan kepentingan rakyatnya dan membantu mereka dengan sepenuh hati. Kepedulian seperti ini tentu sangatlah mulia, dan untuk melakukannya pun bukanlah hal yang mudah. Sering kali kita justru menyudutkan orang lain untuk tetap menomorsatukan keperluan kita. [AR]