Al-Barro Mahasiswa Sastra Arab UIN Malang

Ketika Generasi Tua Takut oleh Kehadiran Generasi Muda

2 min read

“Walhamdulillahi rabbil alamin” begitulah yang diucapkan imam, ketika mengakhiri doa yang tengah ia pimpin. Setelah melaksanakan sholat, seperti biasa Khairul duduk menyendiri sambil memainkan hp nya. Namun secara tiba-tiba, temannya yang bernama Hafidz pun datang beserta seorang bapak-bapak yang bernama pak kadir datang menghampirinya, dan mereka pun berbincang tentang sebuah peristiwa yang baru saja terjadi.

Di tengah perbincangan itu , Hafidz pun bertanya kepada pak kepada pak kadir, “ eh pak. Jadi gimana soal pencurian sound system masjid tadi siang, yang nyuri udah ketangkap belom ?”. Dengan nada kesal nya pak kadir pun menjawab, “ ya gimana mau tertangkap, Toh kita aja nggak tau ciri-ciri dari pelakunya. maklum ajalah, soalnya dimasjid kita nggak ada cctv. Toh mau ngelapor kesiapapun itu pasti sia-sia, soalnya kita nggak punya bukti.

Hafidz pun kembali bertanya kepada pak kadir,” kira-kira yang nyuri latar belakang nya gimana ya pak?”. Dengan perasaan gundanya pak Kadir pun kembali menjawab” ya, paling anak muda yang udah kena narkoba. Ya gitulah kondisi anak-anak muda sekarang, udah banyak kali yang terjerumus kesana. Dampak nya itu loh, kalo udah terjerumus kesana semua pasti dilakuin. emangnya mereka nggak kasihan yah sama orang tua mereka. Toh sekarang udah mau ramadhan lagi, kalo udah kayak ginikan jadi repot.

Mendengar ungkapan pak Kadir, Khairul pun  sedikit merasa terusik. Dengan maksud menyanggah ia pun berkata kepada pak kadir ,” lah, emang nya semua anak muda kayak gitu pak”. Pak Kadir pun langsung menjawab” ya,  kalian perhatikan ajalah sholat jamaah tadi . Emangnya berapa anak muda yang hadir, kan cuman kalian bertiga. kamu Rul , Hafid sama si Ozan doang,  yang lainnya kemana ?!, kalo nggak sibuk nggak sibuk, sama kegiatan nggak berfaedah mereka”. Secara spontan Hafiz pun menjawab” mungkin aja, mereka kurang dukungan dari orang tua mereka”.  tanpa mengabaikan perbincangan tersebut, perhatian khairul pun teralihkan oleh Ozan.

Baca Juga  Gus Baha : Sebaik-Baik Ibadah Adalah Kerja

Ozan sendiri merupakan seorang lulusan pesantren, serta anak dari salah satu tokoh masyarakat dilingkungan mereka. Ia juga berprofesi guru mengaji di TPQ Masjid tersebut. Keesokan harinya, khairul melihat Ozan sedang membawa potongan triplek. dengan rasa ingin taunnya Khairul pun bertanya, “ itu apa zan?”. sambil tersenyum, iapun menunjukkannya. sambil berkata “ ini loh, pamfet kaligrafi untuk TPQ kita “ Khairul pun kembali bertanya, “ buat sendiri zan ?” Ozan menjawab “ iya rul “.

Beberapa hari kemudian, Khairul memperhatikan hasil karya Ozan tampak terbengkalai dengan barang rongsokan lainnya tanpa diperhatikan oleh para pengurus masjid. Khairul pun memperhatikan raut wajah dari Ozan, yang tampak kecewa sambil memperhatikan hasil karya diabaikan begitu saja. Namun hal tersebut, tampaknya tidak berdampak kepada Ozan untuk terus melaksanakan kewajibannya sebagai guru mengaji. Ia tetap rutin untuk hadir ke masjid, demi memenuhi tanggung jawabnya.

Hari-hari berlanjut, sampai tiba saatnya bulan Ramadhan pun tiba. Para pengurus masjid sudah menyusun beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan pada bulan Ramadhan. Sampai tiba saatnya, malam pertama dibulan Ramadhan. Ayah Ozan yang diamanahkan untuk mengimami sholat terawih, tampak kurang sehat. Oleh karena itu, Khairul pun berfikir kalau Ozan lah yang akan menggantikan. karna Ozan sendiri, merupakan satu-satunya pemuda yang masuk daftar imam Terawih di masjid tersebut.

Namun tanpa disangka-sangka, yang maju menjadi imam ialah tokoh lain yang standar bacaan serta suara nya masih di bawah Ozan. setelah Terawih, Khairul pun bertanya kepada ozan “ Zan,  kenapa bukan kau yang jadi imam tadi ?”. Dengan raut wajah kecewa nya, Ozan pun menjawab” ya, terserah orang itu aja lah!.

Baca Juga  Hassan Hanafi: Sang Revolusioner dari Negeri Piramid

Hari selanjutnya, kejadian serupa pun kembali terjadi. Para orang tua dimasjid tersebut, lebih memilih tokoh lain tanpa memperdulikan Ozan yang ada di tengah mereka. Sampai tiba saat nya hari lusanya, Ozan pun nampak tidak hadir kembali di masjid. Bahkan sampai tiba saatnya, hari di mana Ozan diamanahi menjadi imam terawih. Ozan juga tampak tidak hadir. Bahkan tanpa sengaja, Khairul melihat Ozan yang sedang menongkrong di warung pada saat sholat Terawih sedang berlangsung.

Sampai tiba saat saatnya, idul fitri pun tiba. Sebelum sholat id dilaksanakan, Khairul berinisiatif untuk menjumpai ozan dan iapun bertanya kepada Ozan mengenai ketidakhadirannya di masjid selama bulan ramadhan “ hei Ozan, kemana aja sih kemaren kemaren kok nggak kelihatan?”. Sambil tersenyum paksa ia menjawab “ aku sih nggak kemana-mana, cuman belakangan ini lagi banyak urusan. Oh iya satu lagi, kalo kehadiran ku buat mereka merasa tersaingin, untuk apa coba? “. Begitulah alasan yang dilontarkan Ozan, yang  pada dasarnya tampak kesal dengan apa yang terjadi padanya.

Setelah memperhatikan apa yang terjadi kepada Ozan, Khairul pun berfikir. Kenapa banyak orang tua melimpahkan segala hal buruk kepada para generasi muda, namun hal sebaliknya ketika pemuda ingin berkontribusi di tengah masyarakat  mereka tampak membunuh semangat dari generasi muda. Hal ini dikarenakan mereka khawatir akan tersisihkan oleh kehadiran generasi muda. (mmsm)

Al-Barro Mahasiswa Sastra Arab UIN Malang