Kitab Nashoihul ibad merupakan karya Syekh Muhammad bin Nawawi al Bantani yang berisi tentang kumpulan nasihat sesuai dengan arti nama kitab itu sendiri; nasihat-nasihat bagi para hamba Allah.
Nasihat-nasihat yang tertulis di dalamnya meliputi banyak hal. Salah satunya adalah terkait perkara-perkara yang seharusnya ditakuti, atau paling tidak menimbulkan kekhawatiran bagi seorang muslim yang dalam tulisan ini akan dijelaskan secara singkat.
Secara terperinci, hal-hal yang dimaksud tersebut meliputi enam perkara sebagai berikut:
Pertama, rasa takut jika Allah mengambil iman dari diri seseorang. Hilangnya iman pada diri seorang muslim merupakan sebenar-benarnya petaka, karena Islam dan iman menurut jumhur ulama merupakan nikmat atau anugerah terbesar dari Tuhan. Segala kenikmatan dunia tentu tidak ada nilainya bila dibandingkan dengan nikmat tersebut.
Atas dasar pemahaman yang demikian pula lah, Ibnu Mas’ud seringkali berdoa dengan doa dengan redaksi sebagai berikut:
اَلَلهُمَّ اِنِّيْ اَسِأَلُكَ إِيْمَانًا لَا يَرْتَدُّ وَ نَعِيْمًا لَا يَنْفد وَقُرَّةَ عَيْنٍ لَا تَنْقَطِعُ وَمُرَافَقَة نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْ اَعْلَى جِنَانِ الْخُلْدِ
Ya Allah, sesungguh ya aku memohon kepada-Mu iman yang tidak hilang, nikmat yang tidak berakhir, penyejuk mata yang tidak terputus dan menemani nabi-Mu nabi Muhammad saw dipaling tingginya surga.
Kedua adalah takut malaikat pencatat amal menulis perbuatannya yang dapat membuatnya dipermalukan di hari kiamat. Dalam hal ini, Rasulullah saw telah bersabda:
فُضَوْحُ الدُّنْيَا اَهْوَنُ مِنْ فُضُوْحِ الْاَخِيْرَةِ
Terbukanya kejelekan di dunia itu lebih ringan daripada terbukanya kejelekan di akhirat. (HR. Imam Thabrani)
Imam Nawawi juga menjelaskan bahwa tersingkapnya aib seorang mukmin di dunia itu lebih ringan dari pada menutupi aib tersebut hingga nanti pada hari kiamat. Sehingga, aib tersebut membuat kita dipermalukan dihadapan makhluk lainnya.
Hal itu juga yang menyebabkan seorang sahabat seorang sahabat mendatangi kanjeng Nabi dan mengaku bahwa ia telah berzina. Ia tetap tidak mau menarik pengakuannya tersebut karena menyadari bahwa terbukanya kejelekan di dunia itu lebih ringan dari pada terbukanya aib di akhirat.
Ketiga adalah takut kepada setan. Ia takut jangan-jangan setan telah membatalkan amalnya.
Keempat adalah takut malaikat pencabut nyawa mengambil nyawa atau ruhnya ketika ia sedang dalam keadaan lalai dari mengingat Allah. Ia takut tiba-tiba malaikat pencabut nyawa mencabut nyawanya tanpa aba-aba, secara tiba-tiba dan tentunya tidak ada sebab maupun tanda-tandanya.
Kelima adalah takut dunia beserta isinya yang merupakan permainan dan perhiasan sehingga membuatnya lalai dalam mempersiapkan bekal untuk kehidupan akhirat nanti. Ia takut barangkali ia tertipu dengan kesibukan dunia dan lalai terhadap akhirat.
Keenam adalah kelurganya, baik berupa pasangan, anak, cucu, orang tua, mertua dan lain-lain membuatnya sibuk sehingga lalai dari berdzikir dan bertaqwa kepada Allah swt. Memenuhi nafkah dan melayani orang yang ditanggung merupakan ibadah wajib, akan tetapi jangan sampai kesibukan itu sampai menerobos rambu-rambu syariat yang telah di tetapkan oleh Allah. Wallahu a’lam…. [AA]