Almi Novita Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam UIN Sunan Ampel Surabaya

Resistensi Komunitas Eks Hizbut Tahrir Indonesia Pasca-Pembubaran di UIN Sunan Ampel Surabaya [Bagian 2]

2 min read

Lanjutan dari Artikel Sebelumnya

Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya mayoritas beragama Islam, Indonesia memiliki peluang yang cukup besar bagi para Ormas Islam untuk tumbuh subur dan memiliki banyak pendukung dari masyarakat yang sama-sama ingin menjalankan kehidupannya sesuai dengan syariat Islam. Maka dari itu, dibubarkannya Hizbut Tahrir Indonesia oleh pemerintah tidak berpengaruh pada semangat dakwah komunitas eks Hizbut Tahrir Indonesia.

Pasca-pembubaran, perekrutan anggota Hizbut Tahrir Indonesia terus berjalan hingga saat ini. Banyaknya kalangan muda yang berhijrah dan berniat untuk memperdalam agama Islam menjadi peluang besar komunitas eks Hizbut Tahrir Indonesia dalam merekrut anggotanya. Hal ini di buktikan dengan banyaknya masyarakat khususnya kalangan muda yang mengikuti kajian rutin yang diadakan oleh komunitas eks Hizbut Tahrir Indonesia setiap minggunya di berbagai daerah khususnya dalam lingkup kampus yang tersebar di Indonesia.

Sekilas, apa yang disampaikan komunitas eks Hizbut Tahrir Indonesia tidak ada yang salah. Karena dalam setiap kajiannya, mereka selalu mendakwahkan ajaran Islam dan menganjurkan untuk selalu menjalankan seluruh syariat Islam.

Namun, jika kita dapat meneliti dan memahami lebih dalam mengenai makna yang terkandung dalam setiap dakwah yang disampaikan oleh komunitas eks Hizbut Tahrir Indonesia, hampir selalu mengandung isu-isu yang kuat mengenai khilafah sebagai solusi, dan berbagai kritik yang dilayangkan kepada pemerintah masih sering dibahas dalam setiap kajian yang mereka adakan.

Hal inilah yang menyebabkan komunitas eks Hizbut Tahrir Indonesia dilarang penyebarannya di Indonesia, karena ingin mengganti sistem pemerintahan menjadi sistem khilafah dan dapat memecah belah NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).

Seorang simpatisan Hizbut Tahrir Indonesia memaparkan bahwa selain kajian yang masih rutin diselenggarakan di berbagai daerah dan lingkungan sekitar kampus, komunitas eks Hizbut Tahrir Indonesia juga masih menerbitkan majalah dan buletin mingguan yang dibagikan setiap hari Jumat baik secara offline maupun online yang biasa diterbitkan melalui Tsaqafah.id ataupun instagram melalui akun Buletin dakwah kaffah.

Komunitas eks Hizbut Tahrir Indonesia juga mengngikuti perkembangan zaman, mereka aktif berdakwah secara online baik melalui instagram, youtube, whatsapp, dan media sosial lainnya. Hal demikian merupakan salah satu bukti bahwa meskipun sudah di bubarkan, komunitas eks Hizbut Tahrir Indonesia tetap resisten dalam menyampaikan setiap ajarannya, demi mencapai tujuannya yakni menegakkan syariat Islam melalui sistem khilafah.

Baca Juga  Lockdown Kampung: Siasat Budaya Mengatasi Wabah Covid-19

Meskipun para simpatisan eks Hizbut Tahrir Indonesia merasa tertekan dan tidak dapat menerima keputusan bahwa organisasinya kini telah dilarang dan resmi dibubarkan, banding yang mereka ajukanpun ditolak oleh pemerintah, namun dalam menyikapi hal ini mereka terus berusaha untuk dapat meregulasi emosinya dengan tetap tenang dan fokus pada tujuan dakwahnya.

Maka dari itu, dengan meregulasi emosinya komunitas eks Hizbut Tahrir Indonesia semakin berkembang dan kajian-kajian rutin yang diadakan oleh komunitas eks Hizbut Tahrir Indonesia tetap berjalan seperti sebelum dibubarkan.

Selain meregulasi emosi, komunitas eks Hizbut Tahrir Indonesia juga selalu optimis dan yakin bahwa suatu saat Islam akan kembali berjaya seperti zaman Rasulullah SAW dengan menjadikan seorang Khalifah sebagai pemimpinya. Maka dari itu, meskipun sudah di bubarkan proses rekrutmen masih terus berjalan dan kegiatan dakwahnya semakin masif baik secara online maupun offline.

Resistensi yang Dilakukan Komunitas eks Hizbut Tahrir Indonesia

Pertama, pada saat pemerintah resmi membubarkan Ormas Hizbut Tahrir Indonesia, mereka masih aktif berdakwah di berbagai daerah. Hal ini merupakan salah satu resistensi komunitas eks Hizbut Tahrir Indonesia, yakni dapat bangkit dari keterpurukan yang sedang mereka alami.

Kedua, komunitas eks Hizbut Tahrir Indonesia dapat mengatasi perubahan-perubahan yang terjadi dalam Organisasinya. Hal demikian dapat dibuktikan dengan bagaimana komunitas eks Hizbut Tahrir Indonesia mengubah beberapa strategi dakwah melalui halaqah-halaqah yang mereka dirikan. Jika sebelumnya mereka berdakwah secara terbuka dan menyebutkan komunitasnya secara gamblang, kini hampir di setiap aktivitas dakwahnya mereka tidak pernah menyebutkan komunitasnya secara transparan, khususnya di sekitar kampus.

Ketiga, memiliki rasa percaya yang sangat tinggi terkadap takdir. Dalam hal ini, komunitas Eks Hizbut Tahrir Indonesia sangat yakin bahwa sesuai dengan janji Allah khilafah akan tegak dan Islam akan kembali berjaya, maka dari itu komunitas eks Hizbut Tahrir Indonesia tidak akan menyerah dalam menjalankan dakwahnya sebagaimana dakwah Rasulullah SAW.

Baca Juga  Korelasi Budaya Islam dan Budaya Jawa

Keempat, dapat mempertahankan identitasnya walaupun dalam keadaan tersulit sekalipun. Meskipun dalam setiap kajiannya komunitas eks Hizbut Tahrir Indonesia tidak pernah menyebutkan komunitasnya sebagai komunitas eks Hizbut Tahrir Indonesia, namun mereka tetap mempertahankan identitasnya sebagai anggota eks Hizbut Tahrir Indonesia dengan berdakwah demi tegaknya Syariah Islam dalam bingkai khilafah. [MZ]

Selesai

Almi Novita Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam UIN Sunan Ampel Surabaya