Perubahan adalah suatu hal yang niscaya, karena sejatinya hidup adalah perubahan itu sendiri. Setiap orang ingin berubah. Setiap orang ingin memperbaiki takdir hidupnya. Betapa sering kita mendengar perubahan iklim panas berkepanjangan akibat efek rumah kaca dari ulah sebagian manusia.
Tentu, bukan perubahan itu yang kita harapkan. Melainkan perubahan untuk kehidupan yang baik untuk kelangsungan hidup bersama di masa depan. Dengan kata lain, takdir sebagian orang akan sangat bersinggungan dengan ulah sebagian yang lain.
Aliran limbah industri ke sungai misalnya, itu adalah takdir yang harus dihindari karena akan melahiran takdir penderitaan bagi masyarakat sepanjangan aliran sungai tersebut. Takdir seperti penyakit tunarungu yang disebabkan dari ulah “industri nakal” itu harus segera disudahi dengan cara-cara yang elegan. Salah satunya adalah dengan melakukan riset aksi.
Melalui riset aksi inilah akan dihasilkan suatu data dan fakta yang autentik, sehingga segera diketemukan dari hulu sampai hilir apa, kapan, siapa, dimana dan mengapa, masalah sosial di suatu tempat terus berlangsung. Untuk mengurai itu semua, perlu langkah-langkah yang terarah, teknis yang disiapkan secara matang, instrumen-instrumen yang memadai, strategi yang tepat dan handal.
Secara teknis, dalam melakukan riset aksi ini biasanya ada dua pendekatan yang digunakan, yakni Rapid Rural Appraisal (RRA) dan Participatory Rural Appraisal (PRA). RRA bertujuan untuk menggali inti masalah dan kebutuhan, memastikan tidak adanya bias kepentingan dan mendapatkan informasi dari target group secara langsung.
Sementara PRA bertujuan untuk memastikan proses partisipatif dilakukan dengan optimal, mendongkrak pengetahuan lokal masyarakat setempat, merajut kembali ketegangan sosial akibat politik lokal, memaparkan temuan secara terbuka dan gamblang. Baik RRA maupun PRA keduanya merupakan tools riset aksi atau Participatory Action Research (PAR). Sebenarnya, ada banyak manfaat dari riset aksi atau PAR yang dapat digunakan oleh pemerintah dalam menjalankan program-programnya.
Beberapa instrumen penting dalam melakukan PAR antara lain yakni: pertama, diagram venn atau dapat juga disebut diagram sistem. Fungsi diagram ini melihat siapa atau pihak atau lembaga mana saja yang paling bertanggungjawab atas masalah sosial yang terjadi di suatu tempat; kedua, diagram alur. Fungsi diagram alur untuk menyegarkan kembali ingatan masa lalu yang berkaitan dengan masalah masa kini dengan skema trend and change (sesuatu yang pernah ada dan perubahannya); dan ketiga, mapping transektoral. Fungsi mapping transektoral ini memastikan titik-titik penghubung yang mendorong dan atau memutus mata rantai keberlangsungan masalah sosial yang dihadapi.
Strategi yang sering digunakan pada riset aksi pada umumnya menggunakan Focus Group Discussion (FGD). FGD merupakan wawancara mendalam melalui kelompok terfokus. FGD sering juga dimanfaatkan untuk riset pemasaran atau pembangunan.
Dalam PAR, FGD dilakukan dengan cara diskusi kelompok sekitar 6 sampai 12 orang dipandu oleh seorang moderator, selama anggota kelompok berbicara dilakukan dengan bebas dan spontan tentang topik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti. Kepentingan peneliti memberikan fokus bahasan dan interaksi kelompok untuk menghasilkan data. Tujuan FGD dalam PAR ini adalah untuk pengungkapan konsep, pandangan dan keyakinan diri di antara peserta, mendapatkan informasi mendalam pada konsep-konsep, persepsi dan ide-ide dari suatu kelompok, pengamatan interaksi antar anggota kelompok sebagai bagian dari pengumpulan data.
Teknik FGD antara lain: membatasi peserta 5 sampai 10 orang, memilih kelompok yang dianggap menyerupai dengan kelompok lain (homogen), menyediakan data kualitatif, melibatkan diskusi terfokus atas topik yang menarik yang telah direncanakan terlebih dahulu, dan lama sesi kurang dari dua jam. Manfaat strategi FGD bagi peneliti dapat melakukan wawancara sekaligus observasi pada waktu, tempat dan orang yang sama.
Bila kita ditanya, diantara takdir-takdir Tuhan yang terhampar, takdir manakah yang kamu pilih, ketimpangan atau keadilan?
Tentu kita semua harus memilih takdir yang yang kedua itu. Untuk menggapainya, kita dapat duduk bersama, bercerita tentang berbagai hal, berbagi apapun pengetahuan yang kita miliki untuk mengurai gurita problem sosial, sambil meneguhkan keyakinan kita masing-masing bahwa kita ditakdirkan hidup di dunia ini untuk bermanfaat bagi yang lain sebagai modal kebahagian kita di alam keabadian kelak.