Ainur Rofiq Al Amin Dosen Pemikiran Politik Islam UINSA dan UNWAHA Tambakberas serta pengasuh Al Hadi 2 PP Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang

Kiai Hasbullah Sholeh: Diskusi Wali dan Doa Terbaik

1 min read

Kiai Hasbullah Sholeh adalah sosok yang sederhana nan bersahaja. Tidak neko-neko dalam segala artinya. Saya biasa memanggilnya Mas Has.

Setiap ke Tambakberas (beliau tinggal di Salatiga), hampir selalu ke gubuk saya. Kami diskusi ringan sambil ngopi plus ngudud dan ngobrol guyon. Hal yang saya titeni, dalam setiap obrolan selalu saja terselip ucapan kata “wali” Entah dari Mas Has atau dari saya. Bahkan saat sakit yang membawa ajalnya, secara refleks kami menyinggung hal di atas.

Sebenarnya saya kaget saat Mas Has kurus sekali. Ternyata itu terjadi beberapa bulan setelah kami ketemu di Bangsri, Jepara (pondok pesantren yang diasuh oleh putra-putrinya). Apalagi beliau memang tidak biasa ke dokter serta kuat menahan kesulitan atau juga menahan rasa sakit. Sehingga tidak pernah sambat.

Lalu saat besanan dengan Pasuruan untuk putra ketiganya, beliau mampir ke Tambakberas serta agak dirayu oleh keluarga besar agar mau periksa ke dokter. Akhirnya beliau berkenan.

Saat di Tambakberas ini, istri Mas Has yakni Ning Chur beberapa kali memberitahu saya bahwa Mas Has berpesan agar dimintakan doa dari orang yang sudah sepuh. Begitulah Mas Has berpegang dan meyakini kekuatan doa dari orang sepuh.

Maka saat musim yang disebut korona ini (semoga berlalu), saya dan istri ke Nganjuk. Pada Rabu sore ke pondok ngrowot dan istri memberitahu ke pengasuhnya, Mbah Jad bahwa kakaknya (Mas Has) sedang opname. Lalu Mbah Jad menyuruh agar keluarganya membaca al-Fatihah 41 kali bakda maktubah.

Lalu Jumat pagi kemarin, kami Tim Pengumpul doa (Gus Syifa”, Gus Jabbar, Gus Heru, Ning Ida Djamal dan saya. Gus Wafi dan Ning Ninid tidak bisa ikut karena ada hajat keluar kota. Karena Ning Ida sendiri, maka mengajak istri saya) yang memang sudah berencana lama ingin sowan ke KH. Hannan, berangkat ke Kwagean, Pare tempat dimana pondok KH. Hannan berada.

Baca Juga  Hamzah Sahal: Dari Majalah Pesantren hingga Mengorganisir Dunia Literasi dan Film

Setelah kami memberitahu beliau tentang maksud kami berupa mengumpulkan doa para kiai sepuh Tambakberas, lalu istri berkata meminta doa untuk Mas Has yang sedang sakit. KH. Abdul Hannan Ma’shum masuk kamar, berdoa dan membawa air sebotol.

Selanjutnya kami pamitan. Belum keluar dari area pondok, jelang jumatan, kami mendapat telpon dari Tambakberas bahwa orang pengagum Gus Dur ini wafat, Inna lillahi wa Inna ilayhi rajiun. Tentu banyak yang kaget, karena saat opname tampak wajah beliau ceria dan bisa makan sambil duduk dan Kamis sore di CT Scan dan beliau berkata siap.

Maka doa dari Mbah Jad dan KH. Hannan adalah doa terbaik untuk Mas Has, yakni wafat pada hari Jumat dan dimakamkan berdekatan dengan Mbah Hamid dan istri, serta Abahnya dan Ibundanya. Lahumul Fatihah.

Pagi ini putra Mas Has, Gus Haris Hasbulloh saya tanya apa yang diingat tentang Ayahnya. Dia ingat ada dua:

1. Ayahnya sering mengajak bertamu kepada orang kecil yang kesulitan. Beliau berkata, “Kudu eling Karo wong-wong sing ringkih.” Walaupun Mas Has sendiri orang yang sederhana dalam segala artinya.

2. Suatu saat Mbah Mun mengisi pengajian di Tuntang, Salatiga. Selesai mengaji, Mbah Mun masuk kamar dan banyak kiai yang mengikuti untuk mendengar petuahnya. Ayahnya malah duduk di luar menunggu Mbah Mun keluar. Lalu ada orang yang ngomong Gus Hasbullah ada di luar. Mbah Mun memanggilnya ke kamar dan meminta para kiai lain agar keluar dulu. Ternyata saat Gus Haris bertanya kepada ayahnya, apa pesan Mbah Mun? Ayahnya menjawab bahwa Mbah Mun berkata, “Sing Sabar”. Itu saja.

Ainur Rofiq Al Amin Dosen Pemikiran Politik Islam UINSA dan UNWAHA Tambakberas serta pengasuh Al Hadi 2 PP Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang