Khutbah I
الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ،وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: وَٱسۡتَعِینُوا۟ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِۚ وَإِنَّهَا لَكَبِیرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلۡخَـٰشِعِینَ
Jemaah Salat Jumat rahimakumullah,
Pengingat bersama untuk meningkatkan ketakwaan sebagai pembuka khutbah para khatib, terlebih untuk pribadi khatib dan jemaah Salat Jumat.
Hadirin salat Jumat dirahmati Allah Swt.,
Allah berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 45,
وَٱسۡتَعِینُوا۟ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِۚ وَإِنَّهَا لَكَبِیرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلۡخَـٰشِعِینَ
“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Dan (salat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.”
Menurut Imam Sya’rawi dalam tafsirnya, kedua hal; sabar dan salat merupakan suatu yang berat kecuali bagi orang-orang yang merendahkan dirinya kepada Allah Swt. Sabar merupakan upaya tabah atas tercegahnya nikmat dunia, sedangkan salat upaya untuk memerangi kesombongan diri. Keduanya saling melengkapi, sabar tanpa menjalankan salat tidak sempurna dan salat tidak bernilai sempurna tanpa kesabaran.
Hadirin Rahimakumullah
Tentang salat, khatib menyampaikan salah satu hadis qudsi, dikutip dalam kitab syarah al-hadist al-qudsi karya Imam Sya’rawi yang berbunyi,
قَالَ الحَقُّ سُبْحَانَه وتَعالَى: “قَسَمْتُ الصّلاةَ بَيْنِى وَ بَينَ عَبْدِى نِصْفَيْنِ ولِعَبدِى مَا سَأَلَ
“Allah Swt. Bersabda, ‘Aku menjadikan salat dua bagian; antaraku-hambaku dan apa yang diminta oleh hambaku’.”
Hadis qudsi ini menjelaskan momen romantis antara hamba dan Tuhannya dalam salat, adalah saat pembacaan surah al-Fatihah. Selain sebagain rukun salat, al-Fatihah sebagai upaya kita merajuk Tuhan Yang Maha Esa.
فَاِذا قَالَ العَبْدُ: اَلْحَمْدُ لله رَبِّ العَالَمين. قَالَ اللهُ عَزَّ وجَلَّ، حَمَدَنِى عَبْدِى.
“Saat sang hamba membaca, ‘alhamdulillah’-segala puji bagi Allah-, Allah membalas, ‘Hambaku memujiku’.”
فَإذا قَالَ: الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، قال اللهُ عز وجل، أَثْنَى عَليَّ عبْدِى
“Sang hamba melanjutkan, ‘ar–rahmanirrahim’ –Ia Zat Maha Pengasih juga Maha Penyayang-, Allah balas (panggilan hamba-Nya), ‘aku disanjung (lagi) oleh hambaku’.”
فَإذا قَالَ: مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ. قَال اللهُ، مَجَّدَنِى عبْدِى
“Sang hamba melanjutkan, ‘maaliki yaumiddin’-Ia Pemilik hari pembalasan-, Allah Swt. menyambut lembut, ‘Hambaku mengagungkanku (kesekian kali)’.”
Tiga ayat al-Fatihah pertama sebagai pengakuan hamba kepada Allah Swt. sebagai dzat pencipta yang Esa, Tuhan tanpa sekutu dalam bentuk, sifat, dan kehendak. Panggilan mesra sang hamba kepada Tuhannya, dibalas dengan penuh kasih sayang.
Ayat keempat sampai ayat terakhir, momen khusus permintaan sang hamba kepada Tuhan yang Maha Esa. Allah Swt. mempersilahkan segala harapan dan permintaan sang hamba.
Hadirin rahimakumullah,
Kalau hari ini kita sedang susah, merasa dicoba, diberi musibah, silah saat membaca ayat al-Fatihah selanjutnya, merenungi maknanya dan berharap kepada Allah Swt. apa yang menjadi hajat-hajat kita.
فإذا قال: إِيَّاكَ نَعْبُدُ وإيَّاكَ نَسْتَعِينُ. قَالَ الله، هٰذا بَيْنِى وَبَيْنَ عَبْدِى،ولِعَبْدِى مَا سَألَ
“Pada saat hamba membaca, ‘iyyaka na’budu wa Iyya kanasta’in’ -hanya kepadamu kami menyembah, dan hanya kepadamu (ya Allah) kami meminta tolong-, Allah Swt. menjawab permohonan hambanya, ‘Momen ini adalah antaraku-hambaku dan apa yang ia minta kepadaku’
Betapa sayangnya Allah Swt. kepada hambanya, setiap kali salat diperkenankan untuk mengadu kepadanya, segala keinginan dan harapan didengarkan oleh Sang Raja dari seluruh raja dunia. Bukan sekali saja, lanjutan hadis selanjutnya.
وإذا قال: ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَ ٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِیمَ. صِرَ ٰطَ ٱلَّذِینَ أَنۡعَمۡتَ عَلَیۡهِمۡ غَیۡرِ ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَیۡهِمۡ وَلَا ٱلضَّاۤلِّینَ . قال اللهُ عَزَّ وَجَلَّ، هٰذَا لِعبْدِى ولِعَبدِى مَا سَألَ. أخرجه مسلم فى صحيحه
“Saat sang hamba melanjutkan, ‘Ihdinas siraathal musstaqim, shirathal ladziina an’amta ‘alahim ghoirill maghdzubi ‘alaihim waladzallin’ -tunjukkan kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (jalan) mereka yang tersesat-, Allah Swt. berfirman, ‘Ini (juga) momen khusus antaraku dan apa yang diminta oleh hambaku’.”
Jemaah hadirin rahimakumullah,
Betapa indahnya momen romantis antara sang hamba dan sang Tuhan Maha Esa, salat menjadi wahana obrolan dengan penuh cinta dan kasih dengan Sang Pencipta alam semesta.
Pernahkah kita merasa putus asa atas peliknya masalah? Padahal kita memiliki “dekengan pusat” setiap hari berkenan dengarkan curahan hati kita.
Hadirin rahimakumullah,
Bahwa salat menjadi solusi terbaik bagi siapapun untuk menyodorkan proposal solusi dan pemecahan problem yang dihadapinya.
Hadis di atas menyampaikan pesan kepada kita untuk berusaha khusyuk saat salat, agar bisa seakan-seakan kita sedang bercengkrama mesra dengan Allah Swt., Kalau dewasa ini mungkin kita dipermudah untuk mengajukan proposal kepada para pemimpin di legislatif atau eksekutif menjelang pemilu serentak, itu saja belum tentu diterima. Tapi tidak dalam salat, sejak disyariatkan salat Allah Swt. selalu menerima proposal para hambanya dan pasti akan diterima oleh-Nya.
Hadirin salat Jumat yang dirahmati oleh Allah,
Salat merupakan bukti loyalitas hamba kepada Sang Zat Maha Benar, Allah Swt., salat merupakan upaya merendahkan diri di hadapan Allah Swt. Ketika melakukan salat tidak ada kelebihan yang kita miliki, apapun jubah kebesaran, kemuliaan, jabatan, kekayaan, dan apapun bersifat duniawi harus kita tanggalkan, demi menghadap sang Ilahi Rabbi Azza Wajalla Allah Swt.
Selain bukti loyalitas hamba kepada Tuhan Maha Esa, salat bagaikan obat ketenangan dari segenap problem kehidupan. Solusi dari segala tekanan, musibah, dan cobaan adalah salat, proposal kepada ‘pusat e pusat’. Hanya bersandar, berharap, dan meminta pertolongan kepada Allah Swt., dengan salat. Salat upaya meraih “dekengan pusat”.
Jemaah salat Jumat yang dirahmati Allah SWT,
Mengakhiri khutbah, khatib mengkutip syair sang bijak bestari,
حَسْبُ نَفْسِى عِزًّا بِأَنِي عَبْدٌ # يَحْتَفِى بِىْ بِلَا مَوَاعِيْدَ رَبُّ
هُوَ فِى قُدْسِهِ اَلأَعَزِّ ولَكِنْ # أَنَا أَلْقَى مَتَى وَأَيْنَ أُحِبُّ
“Cukuplah bagiku kemulian sebagai hamba, sedangkan aku disambut oleh Tuhanku tanpa perlu buat janji. Sedangkan Allah Swt. berada di singgasana yang sangat mulia, tetapi aku dapat menghadapnya kapanpun dan dimanapun aku ingin menemuinya.”
Semoga Allah memberikan kemudahan dan pertolongan kepada kita, untuk menjalankan ketaatan demi ketaatan. Termasuk menjadikan salat sebagai pelarian terbaik sebagai hamba, menjadikan salat momen romantis dengan Allah Swt.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هٰذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ