Ustaz Ahmad Z. El-Hamdi Ustaz Milenial Tinggal di Sidoarjo

Mengenal Buhaira, Pendeta Kristen yang Meramal Kenabian Muhammad (Bag. 2)

2 min read

Sebelumnya: Mengenal Buhaira… (Bag. 1)

Para sejarawan Muslim menandai kelahiran Muhammad dengan peristiwa penyerangan Abrahah, penguasa Yaman, atas Ka’bah di Makkah. Yaman saat itu berada di bawah kekuasaan Kerajaan Abyssinia, dan Abraha adalah seorang Abyssinia yang menjadi Gubernur di Yaman. Saat kejadia itu, Abdullah, ayah Muhammad, putra Abdul Muthalib, tidak berada di Mekah. Dia sedang pergi berdagang ke Palestina dan Suriah. Ini menunjukkan bahwa memang sudah terjadi hubungan dagang yang erat antara suku Quraisy dengan wilayah Suriah di utara.

Lalu, Nasrani apa yang berkembang di wilayah Suriah, atau secara umum di wilayah Bizantium atau yang juga disebut dengan Romawi Timur?

Sejak abad ke3/4 M, kekristenan mengalami skhisma berdasarkan dua aliran besar yakni, Nisean dan Arian. Kelompok Nisean adalah kelompok yang meyakini bahwa Yesus adalah Putra Allah, sekaligus Allah itu sendiri. Yesus adalah Tuhan yang terlahir dari seorang perempuan-perawan yang bernama Maria.

Sedangkan, Arian adalah kelompok Nasrani pengikut seorang imam dari Aleksandria (sekarang masuk wilayah Mesir), yang bernama Arius. Secara singkat, kubu Arian meyakini bahwa Yesus Kristus adalah benar-benar manusia paling kudus yang pernah hidup, tapi ia bukan Allah yang kekal, yang berjalan dalam rupa manusia di muka bumi.

Dari perspektif Arian, Yesus bukanlah Allah. Yesus dari Nazaret adalah seorang manusia nyata. Ketinggian spiritual dan moral yang dicapainyalah yang membuatnya mendapatkan derajat sangat tinggi di depan Allah, yaitu sebagai putra-Nya. Namun karena ia bukanlah Allah, ia manusia biasa, maka ketinggian derajat itu juga  bisa digapai oleh manusia lain (sekalipun secara potensial), sehingga manusia lain juga bisa menjadi putra dan putri Allah. Sehingga Putra Allah yang dilekatkan ke Yesus bukan putra dalam makna harfiyah (Rubenstein, When Jesus Become God, 62-63).

Baca Juga  Semua Paham Puritan Mewarisi Pemikiran Ibnu Taimiyyah

Kristen Arian ini banyak berkembang di wilayah Bizantium atau Romawi Timur, yang mempunyai ibukota di Konstantinopel yang di kemudian hari berganti nama menjadi Istambul, ibu kota Turki modern. Rajanya, Konstantinus, adalah pendukung aliran Arianisme.

Sebagian besar imam Nasrani di wilayah Bizantium adalah pengikut Arianisme ini. Salah satu dari pusat Nasrani Arian di wilayah timur adalah Suriah. Di wilayah ini banyak ditemukan berbagai Biara yang dihuni oleh para imam Nasrani yang mengabdikan dirinya untuk beribadah dan mempelajari agamanya (Ibid. 60).

Sebagaimana dinyatakan di atas bahwa Pendeta Buhaira tinggal di Bostra atau Bosra atau Busrana atau Bozra atau Busra al-Syam. Kekristenan di wilayah ini berada di bawah Keuskupan Kristen Timur Antiokia yang bermazhab Arian. Ada satu keyakinan di tengah-tengah kaum Kristen bahwa akan datang seorang nabi. Kepercayaan ini memang tidak tersebar luas, tetapi keyakinan ini dipeluk oleh beberapa aliran besar Gereja Timur (Lings, Muhammad, 24).

Dari sini bisa disumsikan dengan sangat kuat bahwa Biara Bostra adalah salah satu biara Kristen Arian yang monotestik. Hal ini juga sesuai dengan profil Pendeta Buhaira. Dari beberapa sumber Islam dan Kristen, dikenali bahwa Buhaira atau Baeira atau Pakhyras adalah seorang Yahudi yang kemudian menjadi pendeta Kristen Nestorian.

Kristen Nestorian sendiri merupakan salah satu faksi dalam teologi Arianisme. Nestorianisme mengacu pada Netorius, seorang Uskup Konstantinopel di awal abad ke-5. Salah satu pemikiran pentingnya adalah dia tidak mengakui bahwa Maria melahirkan Tuhan.

Dengan menyatakan bahwa Buhaira adalah seorang pendeta Nestorian, maka sebetulnya juga bisa dinyatakan bahwa Buhaira adalah seorang Arian. Dan memang, di beberapa sumber lain juga menyebut Buhaira sebagai Pendeta Nasrani Arian. Buhaira juga digambarkan sebagai seorang iconoclast, yaitu Nasrani yang menentang penggunaan simbol-simbol keagamaan dalam peribadatan.

Baca Juga  Jenang Kudus: Tradisi Manis dalam Budaya Islam Nusantara yang Unik

Dengan tanpa mengabaikan beberapa detail peristiwa pertemuan antara Muhammad remaja dengan Pendeta Buhaira, bisa disimpulkan bahwa Pendeta Buhaira bukanlah tokoh fiktif. Dia dikenali dalam sejarah sebagai pendeta Kristen Arian yang monoteis.

Dia adalah seorang pendeta di Biara Bosra, wilayah keuskupan Antiokhia yang dikenal sebagai salah satu pusat perkembangan Gereja Timur Arian. Dalam tradisi kekristenan ini, Martin Lings menyatakan bahwa berkembang satu keyakinan akan datangnya seorang nabi baru, di mana tanda-tandanya ada di dalam manuskrip-manuskrip kuno yang ada di biara-biara, seperti Biara Bostra. Wallahu a’lam[AA]

Ustaz Ahmad Z. El-Hamdi Ustaz Milenial Tinggal di Sidoarjo