Dalam teori dramaturgi Goffman, manusia adalah aktor yang berupaya menggabungkan karakteristik dan tujuan pribadinya dengan karakteristik dan tujuan orang lain. Teori ini memandang manusia sebagai individu dan sebagai masyarakat.
Dalam teori ini, manusia berbeda dengan hewan karena memiliki kemampuan berpikir, belajar, mengubah makna dan simbol, melakukan tindakan, dan berinteraksi. Menurut teori dramaturgi, kehidupan itu seperti teater, dan interaksi sosial seperti drama di mana tokoh-tokohnya dimainkan. Dalam memainkan peran, mereka menggunakan bahasa verbal dan perilaku nonverbal serta mempunyai atribut tertentu.
Dalam hal ini, kehidupan sosial dibagi menjadi wilayah depan (front region) yang merujuk peristiwa sosial bahwa individu bergaya menampilkan perannya dan wilayah belakang (back region) yang merujuk tempat dan peristiwa yang memungkinkan mempersiapkan perannya di wilayah depan.
Panggung depan dibagi menjadi dua bagian: penyesuaian bagian depan dan peralatan pribadi. Kata kunci dramaturgi adalah pertunjukan, kesan, area depan, belakang panggung, latar, penampilan, dan gaya.
Memahami Peran dalam Kehidupan di Masyarakat
Dalam teori dramaturgi, peran sosial adalah karakter atau identitas yang dimainkan oleh individu dalam interaksi sosial. Setiap orang memiliki berbagai peran sosial, seperti sebagai anak, sahabat, karyawan, atau pemimpin.
Ketika berada di panggung kehidupan, seseorang beradaptasi dengan peran-peran itu dan berusaha untuk memenuhi harapan yang melekat padanya. Teori dramaturgi dapat membantu dalam memahami peran individu dalam kehidupan masyarakat dengan menggambarkan kehidupan sebagai sebuah panggung besar, di mana setiap individu berperan sebagai aktor dan aktris dalam drama kehidupannya masing-masing.
Fokus pendekatan dramaturgi adalah bukan apa yang orang lakukan, tetapi bagaimana ia melakukannya. Menurut Burke, perilaku manusia harus bersandar pada tindakan. Tindakan adalah konsep dasar dalam drama.
Burke membedakan antara aksi dan gerakan. Aksi adalah tingkah laku yang disengaja dan mempunyai maksud, sedang gerakan adalah perilaku yang mengandung makna dan tidak bertujuan. Dramaturgi menekankan dimensi ekspresif aktivitas manusia. Karena perilaku ekspresif, maka perilaku manusia bersifat dramatis.
Kehidupan masyarakat dapat digambarkan seperti sebuah drama, dengan setiap individu memainkan peran dalam interaksi sosial yang mirip dengan pertunjukan drama. Dalam konteks ini, teori dramaturgi memberikan perspektif menarik tentang bagaimana individu berinteraksi dalam masyarakat dan mengenali peran sosial yang dimainkan.
Kehidupan sosial dibagi menjadi wilayah depan dan wilayah belakang. Wilayah depan merujuk peristiwa sosial yang menampilkan gaya individu, sementara wilayah belakang merujuk tempat dan peristiwa yang memungkinkan mempersiapkan kepergiannya di wilayah depan. Teori dramaturgi juga menggambarkan manusia sebagai individu dan masyarakat.
Dalam teori ini, manusia berbeda dengan binatang karena mempunyai kemampuan berpikir, bisa mempelajari dan mengubah makna dan simbol, melakukan tindakan dan berinteraksi. Dalam pendekatan dramaturgi, manusia memiliki kemampuan berpikir yang terbentuk melalui interaksi sosial, dan dalam interaksi sosial orang mempelajari makna dan simbol, yang memungkinkan orang melakukan tindakan dan interaksi khas manusia.
Manusia merupakan makhluk sosial yang sealu hidup berdampingan. Sepanjang hidupnya, manusia pasti berkomunikasi dengan orang sekitarnya. Dalam hubungan antarmanusia tersebut akan selalu terjalin interaksi untuk memenuhi seluruh kebutuhannya masing-masing. Supaya hubungan antar sesama manusia ini terus berjalan, maka kita sebagai invidu harus memahami kebutuhan dari manusia lain.
Sebagai makhluk sosial kita harus meningkatkan rasa empati serta kepekaan terhadap situasi yang sedang berjalan ini, suapaya terjadi keharmonisan yang manis dengan sesama manusia. Tidak hanya kepada manusia, keharmonisan juga arus terjalin kepada lingkungan sekitar kita suapaya terjadi hubungan timbal balik yang saling menguntungkan nantinya.
Karena itu, semua cintaan tuhan harus dilestarikan serta dipelihara, dengan tujuan supaya terciptanya keharmonisan hidup antar semua makhluk hidup. Menurut Goffman, orang yang terlibat dalam suatu percakapan tatap muka pada dasarnya menyajikan drama kepada lawan bicaranya.
Mereka memilih karakter tertentu dan menunjukkan karakter itu pada situasi dan lawan bicara yang sesuai. Dalam hal ini, seseorang harus membuat daftar dari berbagai situasi di mana ia akan menyajikan bermacam karakter berbeda yang dimilikinya.
Karakter atau tingkah laku seorang pemuda tidak akan sama ketika ia berinteraksi dengan kawan akrabnya dengan saat ia berkomunikasi bersama orang tuanya di rumah. Begitu pula tingkah laku seorang mahasiswa akan berbeda ketika ia berhadapan dan berbicara dengan dosennya dibandingkan tingkah lakunya ketika menghadiri pesta ulang tahun temannya.
Goffman berpendapat bahwa umumnya orang-orang cenderung berusaha menyajikan diri mereka yang diidealisasikan dalam pertunjukan mereka di pangung depan, dan mereka merasa bahwa mereka harus menyembunyikan hal-hal tertentu dalam pertunjukan mereka.
Teori dramaturgi dalam kehidupan masyarakat adalah bahwa kehidupan masyarakat dapat digambarkan seperti sebuah drama, di mana setiap individu memainkan peran dalam interaksi sosial yang mirip dengan pertunjukan drama.
Dalam teori ini, manusia berbeda dengan binatang karena mempunyai kemampuan berpikir, bisa mempelajari dan mengubah makna dan simbol, melakukan tindakan dan berinteraksi. Teori dramaturgi juga menggambarkan manusia sebagai individu dan masyarakat dengan kemampuan berpikir yang terbentuk melalui interaksi sosial. [AR]