Mohamad Khusnial Muhtar Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga

Sunda Wiwitan dan Islam: Merajut Harmoni dalam Keberagaman Nusantara

2 min read

Indonesia dikenal sebagai negeri dengan keberagaman yang luar biasa dengan berbagai ragam budaya, bahasa, dan keyakinan. Namun, di balik keberagaman ini, ada tantangan yang tidak bisa diabaikan. Salah satunya adalah bagaimana masyarakat memandang mereka yang berbeda dalam hal keyakinan, khususnya para pemeluk kepercayaan lokal seperti Sunda Wiwitan.

Sunda Wiwitan merupakan kepercayaan lokal yang sudah ada sejak zaman dahulu di wilayah Nusantara. Intinya adalah keyakinan kepada Sang Hyang Kersa, Tuhan Yang Maha Kuasa, yang tak berwujud. Konsep ini menunjukkan bahwa masyarakat Nusantara sudah mengenal konsep Tuhan yang Esa sejak lama.

Sunda Wiwitan bukan hanya soal Tuhan. Ia juga mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan seperti welas asih, cinta kasih, dan hidup selaras dengan alam. Nilai-nilai ini menjadi pedoman hidup masyarakat Sunda, khususnya komunitas Badui, yang hingga kini memegang teguh tradisi leluhur tersebut.

Masyarakat Badui adalah contoh nyata dari penerapan ajaran Sunda Wiwitan. Mereka menjaga hubungan harmonis dengan alam. Hutan bukan hanya sumber penghidupan, tetapi juga sesuatu yang sakral. Mereka hidup sederhana tanpa teknologi modern, tetapi tetap menjaga keseimbangan hidup. Tradisi ini membuat kita bertanya: bagaimana kita, sebagai manusia modern, sebagai seorang muslim, menjaga hubungan dengan lingkungan?

Sayangnya, keberadaan Sunda Wiwitan sering dihadapkan pada tantangan. Banyak yang tidak memahami kepercayaan ini secara mendalam. Ada yang menganggapnya layaknya paham animisme atau dinamisme. Bahkan, penganutnya sering mengalami diskriminasi.

Pada tahun 2020, misalnya, sebuah makam penganut Sunda Wiwitan di Kuningan disegel oleh pemerintah setempat dengan alasan administrasi. Peristiwa seperti ini menunjukkan bahwa keberagaman di Indonesia masih belum sepenuhnya diterima.

Sebagai seorang Muslim, bagaimana kita memandang keberadaan Sunda Wiwitan? Islam mengajarkan untuk menghormati perbedaan. Dalam Surah Al-Kafirun ayat 6, Allah berfirman, “Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.” Ayat ini menegaskan bahwa setiap orang memiliki hak untuk memilih keyakinannya sendiri. Perbedaan bukanlah ancaman, melainkan bagian dari kehendak Allah. Islam mengajarkan kita untuk adil dan menghormati siapa pun, termasuk mereka yang berbeda keyakinan.

Baca Juga  Berpolitik, sebuah Ikhtiar Mencuri Demokrasi (1)

Memahami Sunda Wiwitan tidak berarti melemahkan iman kita. Sebaliknya, ini adalah peluang untuk memperkaya cara pandang kita terhadap keberagaman ciptaan Allah. Sunda Wiwitan, misalnya, mengajarkan penghormatan terhadap alam.

Dalam Islam, manusia adalah khalifah di bumi. Tugas kita adalah menjaga lingkungan agar tetap lestari. Allah berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 205, “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi.” Prinsip ini sejalan dengan ajaran Sunda Wiwitan yang menekankan harmoni dengan alam.

Selain itu, Sunda Wiwitan mengajarkan pentingnya rasa syukur. Masyarakat Badui memiliki tradisi Seren Taun, yaitu perayaan panen sebagai bentuk terima kasih kepada Sang Hyang Kersa. Tradisi ini juga menjadi momen untuk mempererat hubungan sosial. Dalam Islam, syukur adalah pilar keimanan. Dalam Surah Ibrahim ayat 7 dikatakan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku (Allah) akan menambah (nikmat) kepadamu.” Dari tradisi ini, kita belajar bahwa rasa syukur tidak hanya diwujudkan melalui doa, tetapi juga melalui tindakan nyata, seperti berbagi rezeki dan menjaga kelestarian lingkungan.

Kesederhanaan masyarakat Badui adalah pelajaran lain yang bisa kita petik. Mereka hidup tanpa kemewahan duniawi, tetapi tetap damai dan harmonis. Kesederhanaan ini menunjukkan bahwa kebahagiaan tidak selalu tentang harta atau teknologi.

Dalam Islam, kesederhanaan juga menjadi salah satu nilai utama. Nabi Muhammad SAW adalah contoh terbaik. Beliau hidup sederhana meskipun memiliki akses ke kekayaan duniawi. Dari masyarakat Badui, kita belajar bahwa kebahagiaan sejati terletak pada rasa syukur dan ketenangan hati.

Namun, pelajaran terbesar yang dapat diambil dari pemeluk Sunda Wiwitan adalah tentang toleransi. Keberadaan kepercayaan ini mengingatkan kita bahwa keberagaman adalah bagian dari identitas Indonesia. Sebagai seorang Muslim, kita diajarkan untuk membela keadilan bagi siapa saja, termasuk mereka yang terpinggirkan. Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tolonglah saudaramu, baik yang zalim maupun yang dizalimi.”

Baca Juga  Islam Lamongan Islam Yang Tidak Egois

Membela hak-hak mereka yang berbeda keyakinan bukan hanya tindakan mulia, tetapi juga bukti nyata dari keimanan kita kepada Allah.

Tantangan keberagaman di Indonesia memang tidak mudah. Diskriminasi terhadap penganut Sunda Wiwitan adalah salah satu contoh bahwa kita masih memiliki pekerjaan rumah besar. Sebagai Muslim, kita harus menjadi teladan dalam menghormati perbedaan.

Menghormati Sunda Wiwitan bukan berarti meninggalkan Islam, tetapi justru memperkuat nilai-nilai Islam tentang keadilan, kasih sayang, dan penghormatan terhadap sesama.

Merenungi keberadaan Sunda Wiwitan adalah merenungi kekayaan spiritual Nusantara. Kepercayaan ini mengajarkan harmoni, kesederhanaan, dan rasa syukur—nilai-nilai yang juga diajarkan dalam Islam. Keberagaman bukanlah ancaman. Ia adalah anugerah dari Allah yang harus kita syukuri. Dengan memahami dan menghormati Sunda Wiwitan, kita memperkuat solidaritas dan menjalin hubungan yang lebih baik dengan sesama manusia.

Sebagai bangsa Indonesia, menjaga keberagaman adalah tanggung jawab kita bersama. Sunda Wiwitan, seperti tradisi lainnya, adalah bagian dari mozaik yang membuat Indonesia istimewa. Dengan hati yang terbuka, kita bisa belajar menghargai perbedaan. Karena sejatinya, menghormati keberagaman adalah bukti cinta kita kepada Sang Pencipta.

Lantas, sejauh ini apakah kita sudah cukup adil dalam menyikapi keberagaman di sekitar kita? Apakah kita sudah membuka hati untuk menghormati mereka yang berbeda? Jawabannya ada pada diri kita masing-masing. Karena pada akhirnya, menghormati perbedaan adalah salah satu cara terbaik untuk menunjukkan rasa syukur kita kepada Allah SWT.

Mohamad Khusnial Muhtar Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga