Kehidupan manusia di dunia tentu tidak lepas dari ujian dan cobaan. Semuanya telah diatur dan tidak lepas dari kehendak yang maha kuasa. Terkadang seseorang sibuk memikirkan permasalahan yang tidak usai-usai menimpa kepadanya sehingga ia lupa untuk mengembalikan semuanya kepada Allah.
Oleh sebab itu, sebagai hamba Allah yang sangat hina, tentu kita harus mengembalikan semua permasalahan hidup kepada-Nya. Salah satunya yaitu dengan cara bertasbih dan berzikir. Apakah dengan membaca tasbih dapat menenteramkan hati? Ketahuilah bahwa membaca tasbih memilki beberapa fungsi:
- Bisa Membuat Hati Gembira, Senang dan Tenteram
Allah berfirman dalam QS. al-Tāhā/20: 130:
Maka bersabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang.
Dalam Tafsir al-Maraghi dijelaskan bahwa Allah swt memerintahkan Nabi Muhammad saw agar bersabar atas cemoohan orang-orang kafir terhadap ajarannya serta diikuti dengan perintah mensucikan Allah.
Dalam kitab Fath al-Bayān fī Maqāsid al-Qur’an maksud dari mensucikan di sini yaitu, mensucikan Allah dari segala hal yang tidak wajar baginya. Baik sebelum muncul dan tenggelamnya matahari serta waktu-waktu malam dan siang.
Lalu, mengapa Allah swt memerintah Nabi agar bersabar dan bertasbih? Sebagaimana lanjutan ayat tersebut la‘allaka tardā (supaya engkau rida) yaitu berharap agar sesuatu yang diridai, diterima di sisi Allah serta dibalas dengan pahala.
Hal ini juga diperkuat dengan firmannya dalam surat al-Ra‘d [13]: 28:
Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram.
Al-Sa`di dalam kitab tafsirnya “Taysīr al-Karīm al-Rahmān” menafsiri kata zikir dengan dua tafsiran. Pertama, zikir seperti membaca tasbih, tahlil dan takbir kepada Allah. Sehingga, seorang hamba tidak akan tentram hatinya kecuali dengan berzikir kepada Allah, tidak ada sesuatu yang lebih lezat ataupun manis selain cinta kepada Allah, mendekatkan diri serta bermakrifat kepada-Nya. Ukuran kecintaan dan makrifat kepada Allah ialah sesuai dengan zikir yang dilakukan.
Kedua, ketenteraman hati didapat ketika mengetahui makna-makna dan hukum-hukum yang terkandung dalam Alquran karena akan menunjukkan kepada seorang hamba kenenaran yang terang disertai dengan dalil-dalil di dalamnya. Pada bagian ini, ketentraman tidak akan didapat kecuali dengan keyakinan dan pengetahuan.
- Mendatangkan Rahmat Allah, Terbebas dari Kegelapan Hidup dan akan Mendatangkan Pahala di Dunia dan Akhirat
Allah swt berfirman dalam QS. al-Ahzāb [33]: 41-44:
Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah kepada Allah, dengan mengingat nama-Nya sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan para Malaikat akan memohon ampunan untukmu agar Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya yang terang. Salam penghormatan mereka (orang-orang mukmin itu) ketika mereka menemuinya ialah, Salām; dan Dia menyediakan pahala yang mulia bagi mereka.
Sebagaimana penjelasan al-Maraghi bahwa bagi orang-orang yang beriman agar membenarkan Allah dan Rasul-Nya, serta memperbanyak berzikir kepada Allah dengan hati, lisan dan anggota tubuh di setiap keadaan secara bersunguh-sungguh. Al-Sa’dī menafsiri kata zikir dengan membaca tahlil, tahmid, takbir bahkan dengan mengucapkan sesuatu yang dapat mendekatkan diri kepada Allah. Sebab, Allah akan memberikan macam-macam kenikmatan dan keanugerahan.
Ia (Allah) adalah dzat yang maha pengasih dan maha berkehendak untuk menolong hambanya. Seseorang yang senantiasa berzikir, malaikat akan memohonkan ampun kepada Allah untuknya. Sehingga, dengan rahmat, hidayah Allah dan doa para malaikat akan memengeluarkan kita dari kegelapan kepada cahaya yang terang. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa harus membaca tasbih dan zikir kepada Allah.
Tidak hanya itu, al-Sa’dī juga menjelaskan bahwa seseorang yang terus-menerus berzikir dalam keadaan apapun akan mendatangkan mahabbah dan kemakrifatan kepada Allah swt, pertolongan untuk kebaikan serta dapat mencegah untuk mengucapkan sesuatu yang tercela.
- Sebagai Doa
Allah swt berfirman dalam QS. al-‘Anbiyā’ [21]: 87-88:
Dan ingatlah kisah Zun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa kami tidak akan menyulitkannya, maka ia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap: “Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sungguh aku termasuk orang-orang yang zalim.” Maka Kami kabulkan (doa)-nya dan Kami selamatkan dia dari kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.
Dalam kitab al-Tahrīr wa al-Tanwīr Ibnu Asyur memberikan takwil bahwa disaat Nabi Yunus berada dalam perut ikan, beliau beranggapan Allah tidak menyelamatkannya sebab menurut kebiasaan, mustahil seseorang yang berada dalam perut ikan dapat keluar dan selamat.
Namun pada potongan ayat Fanādā fī al-Zulumāt al-Maraghi menafsirinya dengan da‘ā rabbah (berdoa kepada Tuhannya) dengan membaca tasbih, tahlil dan pengakuan dosa. Ketiga-tiganya terkumpul dalam bacaan doa yang dipanjatkan oleh Nabi Yunus:
سبحانك لا إله غيرك، ولا يعجزك شىء
Sehingga, walaupun Nabi Yunus menduga tidak akan bisa keluar dari perut ikan—sebagaimana pandangan Ibnu Asyur—namun, beliau tetap bermohon kepada Allah sebagaimana bacaan di atas (tasbih, tahlil dan pengakuan dosa). Hal tersebut diperkuat pula dengan potongan ayat selanjutnya fastajabnā lahū wanajjaynāhu mīn al-ghamm bahwa Allah swt mengabulkan doa Nabi Yunus yang berdoa dengan cara membaca tasbih.
Oleh karenanya, dari penjelasan dan rekaman sejarah yang telah dikemas dalam Alquran tentang membaca tasbih maka, dapat kita aplikasikan dalam menjalani kehidupan agar selalu diberi pertolongan, rahmat dan anugerah dari Allah. Lebih-lebih di masa pandemi ini, semoga kita diberikan kesabaran dan kesehatan dalam menjalani ibadah serta selalu istikamah berzikir kepada Allah. [MZ]