M. Afifudin Dimyathi Pengasuh PP Darul Ulum Rejoso Jombang; Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya; Alumnus Universitas al-Azhar Mesir dan Universitas Neelain Sudan

Dari Nahwu Konseptual ke Nahwu Praksis: Catatan Bedah Buku Epistemologi Nahwu Modern

1 min read

Dalam diskursus ilmu nahwu, dikenal dua model kajian: Pertama: al-Nahw al-‘Ilmī al-Tahlīlī (Gramatika Saintifik Analitik), yaitu nahwu takhassus, yang mengkaji konsep-konsep dalam nahwu secara komprehensif-holistik. Kedua: al-Nahwu al-Tarbawī al-Ta‘līmī (Gramatika Pedagogis), yaitu nahwu yang disusun berdasarkan kajian linguistik, psikologis, dan praksis sesuai prinsip pembelajaran. Kajian model ini bertitik tolak pada kebutuhan pelajar yang oleh beberapa pakar disebut juga dengan al-nahw al-wazīfī (gramatika fungsional).

Konsep Nahwu Ta‘līmī dalam batasan Abdurahman Shalih adalah mengontekstualisasikan atau mengadaptasikan nahwu dengan kriteria yang dituju oleh pendidikan modern dengan cara menyederhanakan penyampaian kaidah bahasa kepada pelajar.

Nahwu tipe Ta‘līmī atau Pedagogis ini menjadi penting karena bahasa Arab dikenal cukup rumit—kalau tidak ingin dikatakan sulit—yang dalam istilah para ulama ia disebut “lā yakhlū min al-ta‘qīd” (baca: rumit). Ahmad Abdus Sattar menegaskan hal ini ketika ia berkata:

ما زال نحو العربية عند أهلها عسيرًا غير يسير وغير ممهّد، منحرفا إلى غير قصده، لا يخلو من التعقيد

Nahwu Pedagogis juga penting karena semua bahasa mengalami perkembangan. Perkembangan tersebut menuntut proses pengajaran nahwu dapat diajarkan dan dipelajari secara lebih praksis, sederhana, dan mudah dipahami. Amin Abdullah Salim berkata dalam kitabnya Tajdīd al-Nahw wa Nadrah Sawā’:

فالتطور اللغوي سنة طبيعية تحوي عليها جميع اللغات وهي سنة حميدة ما دامت مصدر إثراء، وتيسير النحو وأحكامه مطلوبة في مسيرتنا اليوم، لأننا أحوج ما نكون اليوم إلى اللغة

Pentingnya kajian Nahwu Pedagogis di atas dengan sendirinya menegaskan pentingnya terbitnya buku Dr. Khabibi Muhammad Luthfi. Buku ini—yang merupakan riset disertasi di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta—mengkaji secara komprehensif tawaran Nahwu Pedagogis Syawqī Dhayf dalam beberapa bukunya seperti Tajdīd al-Nahw, Taysīr al-Nahw al-Ta‘līmī, Qadīman wa Hadītsan, dan Taysīrāt Lughawīyah” lalu dipadupadankan dengan teori-teori “Tadhāfur al-Qarayn” Tammam Hassan dalam bukunya al-Lughah al-‘Arabīyah: Ma‘nāhā wa Mabnāhā” yang didasari dengan epistemologi nahwu dalam bukunya yang berjudul al-Usūl.

Konsep kedua begawan nahwu modern ini dikemas oleh Dr. Khabibi Muhammad Luthfi menjadi pintu masuk pembelajaran nahwu di Indonesia; sebuah usaha yang berat sekaligus menjanjikan perubahan yang hebat bagi perkembangan pembelajaran nahwu di Indonesia.

Baca Juga  Bagaimana Penjelasan Tasawuf tentang Kewalian

Buku Epistemologi Nahwu [Pedagogis] Modern karya Dr. Khabibi ini sangat urgen dibaca bagi pengkaji nahwu di Indonesia, karena ia dengan runtut mengklasifikasi dan menganalisis kajian-kajian nahwu klasik maupun modern secara jelas, informatif, dan argumentatif. Hal ini akan meluaskan pandangan dan wawasan dalam menyikapi perbedaan-perbedaan analisa nahwu.

Buku ini—menurut saya—cukup berani menantang pergulatan linguistik Arab di Indonesia karena mengangkat tokoh-tokoh pembaru nahwu Arab yang “kontroversial”, yaitu Tammām Hasan dan Syawqī Dhayf yang dijelaskannya dengan panjang lebar mulai hal 113-293. Bahkan dengan lantang penulis mengatakan bahwa tawaran Syawqī Dhayf dan Tammām Hasan relevan digunakan sebagai landasan pembelajaran nahwu bahasa Arab.

Buku ini juga menegaskan kembali bahwa bahasa apapun dengan semua level yang dimilikinya—termasuk gramatika—pasti berkembang, pun dengan gramatika bahasa Arab yang tidak dikecualikan dari pernyataan ini.

Anggapan bahwa ilmu nahwu adalah barang jadi yang stagnan tentu akan terbantahkan setelah membaca buku ini. [MZ]

M. Afifudin Dimyathi Pengasuh PP Darul Ulum Rejoso Jombang; Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya; Alumnus Universitas al-Azhar Mesir dan Universitas Neelain Sudan