Muhammad Maghfur Amin Lahir di Gresik; S1 Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Sunan Kalijaga; S2 Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Sunan Ampel Surabaya; Pengajar di MI Narrative Quran, Lamongan

[Puisi] Nyata, Kepada Tubuh, dan Wahai Fana Yang Kupinta

1 min read

Nyata

Kapan,

bisa jadi pertanyaan mudah

Ataupun menyulitkan sekaligus

 

Karenanya aku tidak jadi mengadu

Atau sekedar mengaduhkan

Keluh kesahku

 

Resam yang mangkir dari dada

Bubar dari upacara kesadaran

Menyebar menuju rumah-rumah khayalan

Mereka menempel pada dinding-dinding

Keterasingan

 

Aku asing diantara gedung-gedung

Menjulangkan setiap ketinggian

Bahwa mereka rendah dari setiap alam

Yang tersadarkan

 

Kalaupun diriku nyata

Mampang dalam tubuh kasat mata

Muaranya pusara ghaib semata

Raib sang tubuh sirna

 

Maka keluh kesahku tak perlu

Maka kapan tak sulit mempermudahnya

Meski aku masih asing

Pada dinding-dinging yang mungkin menghimpitku

 

Kepada Tubuh

Wahai tubuh,

Sudah seperempat abad kugunakan engkau,

Engkau masih saja baru

 

Setiap renik, manik-manik dan pernak-pernik

Kupasang di hulu dan hilirmu

Kuperindah engkau sekalilagi

Dari karya Sang Maha Karya,

Kulihat lagi dan lagi

Supaya engkau menarik mata yang lainnya

 

Wahai tubuh,

Mata yang menatap buas kearahmu

Membuat aku tersipu gembira

“Aku berhasil memperindahmu” pikirku

 

Hati yang berdesir mendambakanmu

Membuat aku berbesar bangga

“Karenamu aku begitu didamba” gumamku

 

Wahai tubuh,

Sudah cukupkah kuhiasi engkau?

Silakan hadiri reuni akbar di ruang sempit itu

Dimana engkau tergeletak

Dan aku sudah tidak memerlukanmu

 

Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un

 

Wahai Fana Yang Kupinta

Diantara nadir yang bernyanyi

Mengabarkan kegembiraan

Aku menari pada altar penyucian

Yang kau gelar dalam malam

 

Aku tersimpuh pada doa malam sepertiga

Layaknya embun yang menitis ijabah

Pada daun-daun yang menengadah

Menakar remah harapan pada diri

 

Telah kuasah munajat

Paling tajam

Untuk kuhunus menodong tuhan

Selekas itu hamba pada mengabulanMu

Baca Juga  Air Mata Badar: Senandung Cinta dan Dilema ala Rasulullah

Berburu

 

Airmata paling deras telah pula kugali

Dari sumbernya,

Tirta Nirmaya

Untuk merajuk-Nya juga mingubuli lainnya

 

Begitupun hasratku tetap kepada yang fana

Yang menggodaku pun ganjarannya

Penghambaanku tetap bergaya pedagang

Kalau tak untung tak datang

Muhammad Maghfur Amin Lahir di Gresik; S1 Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Sunan Kalijaga; S2 Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Sunan Ampel Surabaya; Pengajar di MI Narrative Quran, Lamongan