[Teks singkat khutbah pertama Idul Fitri ini saya susun berdasarkan permintaan netizen yang ‘mendadak’ jadi khatib di keluarganya karena shalat Ied di rumah. Doa & teks khutbah kedua bisa dicari di internet. Mengenai tata cara pelaksanaan shalat Ied di rumah bisa merujuk kepada fatwa dan tuntunan para ulama. Semoga bermanfaat. Tabik]
________________________________________________________________________
الله ُأَكْبَرُ – الله ُأَكْبَرُ – الله ُأَكْبَرُ – الله ُأَكْبَرُ – الله ُأَكْبَرُ – الله ُأَكْبَرُ – الله ُأَكْبَرُ – الله ُأَكْبَرُ – الله ُأَكْبَرُ الله ُأَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْراً، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاَ، لاَإِلهَ إِلاَّالله ُوَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَاإِلهَ إِلاَّالله ُوَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيّاَهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ المُشْرِكُوْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ وَلَوْكَرِهَ المُناَفِقُوْنَ. الحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِياَفَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلهَ إِلاَّالله ُ لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ جَعَلَ الجَّنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ االداَّعِيْ إِلىَ الصِّراَطِ المُسْتَقِيْمِ . اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَ. أَماَّ بَعْدُفَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، وَأَحُسُّكُمْ عَلَى طَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ: أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى * وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى
Allahu Akbar – Allahu Akbar – Allahu Akbar – Wa lillahil hamd
Dengan mengucap nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam disampaikan kepada Baginda Rasulullah Saw. Marilah kita tingkatkan ketakwaan dan ketaatan kita pada Sang Khaliq disertai rasa syukur kita masih bisa menjalani ibadah di bulan suci Ramadan, dan sekarang tiba waktunya kita meraih kemenangan di hari raya idul fitri.
Keluargaku sekalian rahimakumullah,
Allah telah berfirman:
وَالْعَصْرِ، إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ، إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr: 1-3).
Surah al-‘Ashr ini pendek tapi secara makna ini termasuk surah yang paling mencakup di dalamnya segala kebaikan untuk bekal kehidupan kita di dunia.
Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al-Munir menyebutkan bahwa Imam Syafi’i mengatakan, “Seandainya manusia memikirkan surat ini, pastilah surat ini cukup bagi mereka.”
Surat ini berisi penegasan bahwa semua orang akan merugi kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta mereka yang saling menasehati agar menetapi kebenaran dan kesabaran.
Allah bersumpah dengan waktu dikarenakan seringkali kita menghabiskan waktu kita dengan tanpa hasil. Kita habiskan usia kita dalam keadaan merugi. Padahal kita tidak cukup punya waktu di dunia ini untuk bermanfaat bagi sesama. Tahu-tahu waktu kita telah habis. Kereta kencana menjemput kita untuk berpulang ke haribaan Allah Swt.
Sayidina Ali bin Abi Thalib mengatakan, “Rezeki yang tidak diperoleh hari ini masih dapat diharapkan lebih dari itu esok hari. Tetapi waktu yang berlalu hari ini tidak mungkin diharapkan kembali esok.”
Di antara kebiasaan orang-orang musyrikin Makkah, mereka menggunakan waktu ashar untuk bersantai sambil menghitung untung rugi perdagangannya. Dalam surat ini, Allah bersumpah dengan al-Ashr bukan untuk menghitung untung rugi dunia yang sementara tetapi untung rugi di akhirat yang abadi.
Itulah sebabnya Syaikh Wahbah Az Zuhaili menjelaskan surat al-Ashr ini, “Sungguh manusia itu pastilah berada dalam kerugian, kekurangan dan kehancuran, kecuali orang-orang yang berhasil mengumpulkan antara iman kepada Allah dan beramal shalih.”
Keluargaku yang berbahagia dengan penuh cinta di hari raya,
Allahu Akbar – Allahu Akbar – Allahu Akbar – Wa lillahil hamd
Selain iman dan amal saleh, surat al-Ashr ini juga menyebutkan dua syarat lain agar manusia tidak berada dalam kerugian, yaitu nasehat menasehati untuk mentaati kebenaran dan nasehat menasehati demi menetapi kesabaran.
Kita diminta untuk saling nasehat menasehati. Kita tidak diminta untuk memaksakan kebenaran yang kita yakini kepada orang lain. Tugas kita hanyalah memberi dan juga menerima nasehat akan kebenaran. Pada saat yang sama Allah meminta kita untuk juga bersabar.
Kebenaran dan Kesabaran harus selalu berjalan bersama. Memberi dan menerima nasehat tentang kebenaran, harus dilakukan dengan penuh kesabaran. Begitu juga saling menasehati tentang kesabaran harus pula dilakukan dengan cara-cara yang benar. Tidak bisa kita merasa benar dengan tidak sabar. Tidak pula kita bersikap sabar tanpa memiliki kebenaran.
Ini artinya, di saat kita benar pun kita disuruh sabar. Bukannya ngotot dan ngeyel mentang-mentang merasa benar. Kita juga diminta bersabar atas kebenaran, bukan dalam kemaksiatan. Tidak boleh sabar saat bermaksiat. Kita harus cepat-cepat bertobat, bukan berlama-lama dalam kekhilafan. Karena yang diminta itu bersikap sabar saat menjalani hal-hal yang benar. Tafsir ar-Razi mengingatkan kita bahwa menjalankan kebenaran itu berat dan pasti akan diuji. Itu sebabnya kita diminta bersikap sabar dalam kebenaran.
Keluargaku yang dirahmati Allah,
Allahu Akbar – Allahu Akbar – Allahu Akbar – Wa lillahil hamd
Jika iman dan amal shalih manfaatnya kepada diri kita sendiri, maka saling menasehati tentang kebenaran dan kesabaran itu bermanfaat untuk diri kita dan juga orang lain. Pegang teguh kebenaran dengan sabar. Pegang teguh kesabaran dalam menjalankan kebenaran.
Kenapa demikian? Karena sekali lagi kita tidak punya waktu yang banyak hidup di dunia ini.
Banyak sudah saudara, keluarga, dan kolega kita yang telah lebih dulu meninggalkan kita di dunia ini. Kita pun tidak akan hidup selamanya. Boleh jadi ini Ramadan terakhir kita. Mungkin saja ini Idul Fitri terakhir kita. Itu sebabnya kita saling memaafkan hari ini. Ini pun bagian dari saling menasehati untuk mentaati kebenaran dan nasehat menasehati demi menetapi kesabaran. Boleh jadi ini permintaan maaf terakhir kita. Mohon maaf lahir batin. Minal a’idin wal faizin.
بَارَكَ الله ُلِيْ وَلَكُمْ فِيْ القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنيِْ وَاِيّاَكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الذِّكْرِ الحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ