Khairun Niam Mahasiswa sekaligus santri Pondok Pesantren Nurul Ihsan Yogyakarta

Kisah Thalut dalam Al-Qur’an: Orang Biasa yang Menjadi Pemimpin Bani Israil

3 min read

Al-Qur’an telah banyak mengisahkan kehidupan kaum Bani Israil. Salah satunya adalah kisah peperangan antara Thalut dan Jalut. Namun sebelum itu seperti biasa selalu saja terjadi drama antara kaum elit Bani Israil dengan Nabi mereka. Hal ini dikarenakan Bani Israil dikenal dengan kaum yang suka membangkang. Kisah peperangan Thalut dan Jalut dikisahkan dalam al-Qur’an pada surah Al-Baqarah ayat 246-251.

Setelah ditinggal wafat Nabi Musa dan Harun, Kaum Bani Israil dipimpin oleh Yasyu’ atau Joshua. Dibawah kepemimpinan Joshua Bani Israel berhasil menaklukkan daerah Amaliqoh, Madyan, Aram dan lainnya bahkan dapat merebut tanah Palestin. Namun sepeninggal Nabi Yasyu’ Bani Israil kembali mengalami kekosongan dalam kepemimpinan. Mereka banyak melakukan konflik bahkan tanah Palestin berhasil direbut kembali oleh kaum Amaliqah atau Balthata.

Mengutip dari republika.id kaum Bathalata dipimpin oleh seorang lelaki bernama Goliath alias Jalut. Keturunan Dinasti Bukhtanashar yang berperawakan tinggi dan besar. Wujudnya bahkan menyerupai raksasa. Bani Israil kemudian berada dalam pinindasan oleh kaum Amaliqah. Ditengah-tengah penderitaan itu Bani Israil kemudian meminta pertolongan Allah untuk mengirimkan seorang Nabi. Dalam Tafsir al-Misbah dikatakan bahwa sosok Nabi tersebut diharapkan dapat memimpin mereka berperang.

Singkat cerita Allah kemudian mengirimkan sosok Nabi kepada Bani Israil. Dalam Tafsir Jalalain nabi yang dimaksud bernama Nabi Syamwil. Suatu hari terjadi percakapan antara kaum elit Bani Israil dan Nabi Syamwil. Mereka meminta untuk dikirimkan seorang raja atau pemimpin yang dapat memimpin mereka berperang melawan Jalut dan pasukannya.

“Jika perang tersebut telah ditetapkan kepada kalian, apakah kalian juga akan ikut berperang?” tanya Nabi Syamwil

“Tentu saja kami akan berperang, mereka telah megneluarkan kita dari tanah kita dan telah membunuh anak-anak kita, sedangkan kita sendiri tidak bisa mencegah dan memberikan pembalasan yang sesuai dengan kapasitas kita”, jawab Bani Israil.

Baca Juga  Penyembuhan Gangguan Mental Ringan Menggunakan Pendekatan Islami

Namun, ketika mereka telah ditetapkan untuk berperang justru hanya sebagian dari mereka yang ikut berkontribusi dalam perang tersebut.

Pengangkatan Thalut sebagai Pemimpin Bani Israil

Pengangkatan Thalut sebagai pemimpin Bani Israil dikisahkan dalam surah al-Baqarah ayat 247. Dalam Tafsir Ibnu Katsir Bani Israil meminta kepada Nabi Syamwil agar mengangkat seorang raja dai kalangan mereka sendiri. Namun, Nabi Syamwil justru mengangka Thalut sebagai pemimpin mereka. Namun setelah Nabi Syamwil mengumumkan bahwa Thalut yang akan menjadi pemimpin mereka, kaum elit Bani Israil Justru tidak terima dengan keputusan Nabi Syamwil.

Hal ini dikarenakan bahwa Thalut bukan dari keturunan para raja dan bukan keturunan dari para nabi melainkan Thalut hanya seorang pengggembala, terlebih lagi Thalut merupakan orang yang miskin dan tidak mempunyai harta.

“Mengapa bukan bagian dari kami yang menjadi pemimpin?, padahal kami lebih berhak daripada Thalut”. Bantah kaum elit Bani Israil.

“Bukan aku yang memilih Thalut sebagai pemimmpin kalian, tetapi Allah Ta’ala-lah yang menyuruhku untuk memilihnya”. Jawab Nabi Syamwil. Dalam Tafsir Jalalain dijelaskan bahwa Allah memilih Thalut sebagai pemimpin Bani Israil tidak berdasarkan keturunan dan kekayaannya, tetapi Thalut dipilih sebagai penguasa karena dia mempunyai ilmu pengetahuan, badan yang kuat. Sedangkan dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa Thalut lebih mengetahui daripada kalian, lebih mulia, lebih perkasa, lebih kuat, dan lebih sabar dalam peperangan, serta lebih sempurna ilmunya dan lebih tegar dari pada kalian, oleh sebab itu ia layak menjadi seorang pemimpin karena bagus dari segi fisik dan mental.

Untuk meyakinkan Bani Israil Allah memberikan anugerah kepada Thalut berupa mendatangkan kembali Thabut yang telah diambil dari Bani Israil. Dalam Tafsir Jalalin dijelaskan bahwa thabut yaitu sebuah peti yang diberikan kepada nabi Adam dan peti tersebut turun temurun sampai kepada Bani Israil. Peti tersebut berisi gambar-gambar para nabi setelah nabi Adam. Selain itu dalam peti tersebut juga terdapat tongkat, dan dua sandal Nabi Musa serta surban Nabi Harun, beberapa kepingan papan yang berisi ajaran Nabi Musa.

Baca Juga  Indonesia dan Polemik Legalisasi LGBT

Thalut Melawan Jalut

Ketika telah yakin dengan Thalut sebagai pemimpin mereka, kemudian Thalut dan para tentaranya yang berjumlah 80.000 pasukan pergi untuk berperang melawan Jalut. Namun ditengah-tengah perjalanan Allah menguji mereka dengan sebuah sungai yang terletak antara Yordania dan Palestina. Ujian tersebut merupakan sebuah seleksi untuk tentaranya dalam rangka melihat siapa saja orang yang setia, taat dan tidak kepada thalut.

“Siapa diantara kalian yang meminum air tersebut maka dia bukan bagian dari pengikutku, dan siapa yang tidak meminumnya kecuali dengan seciduk tangan, maka dia adalah pengikutku”. Ucap Thalut kepada bala tentaranya. Namun hanya sebagian dari tentaranya yang mengikuti perintah Thalut dan sebagian yang lain melanggar perintah tersebut dengan meminum air sepuas-puasnya. Dari jumlah 80.000 tentara yang setia dan taat kepada Thalut tersisa 313 tentara dan diantara mereka terdapat Nabi Daud.

Dengan jumlah yang sedikit tersebut tentu saja pasukan Thalut merasa ketakukan karena yang mereka hadapi adalah tentara Jalut yang perkasa dan berbadan besar. Namun, sebagai pemimpin Thalut memerintahkan kepada tentaranya untuk berdoa

رَبَّنَآ اَفۡرِغۡ عَلَيۡنَا صَبۡرًا وَّثَبِّتۡ اَقۡدَامَنَا وَانۡصُرۡنَا عَلَى الۡقَوۡمِ الۡکٰفِرِيۡنَ

Artinya: “Ya tuhan kami tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terdapat orang-orang kafir”.

Berkat doa dan usaha yang dilakukan oleh Thalut dan pasukannya, atas Izin Allah mereka berhasil mengalahkan pasukan Jalut dan tentaranya. Namun, di sini yang membunuh Jalut bukanlah Thalut melainkan Nabi Daud. Untuk selanjutnya kepemimpinan Bani Israil setelah wafatnya Thalut Allah mengangkat Daud sebagai pemimpin Bani Israil.

Terdapat beberapa hikmah yang dapat diambil dari kisah Thalut dalam al-Qur’an. Pertama, perlunya mengangkat seorang pemimpin dari substansinya bukan dari status sosial. Kedua, kesabaran dan keyakinan yang diperlihatkan oleh Thalut beserta 313 tentaranya. Wallahua’lam

Khairun Niam Mahasiswa sekaligus santri Pondok Pesantren Nurul Ihsan Yogyakarta