
Bersih-bersih mazhab sedang berlangsung masif—setelah Ahmadiyah sekarang Syiah. Aswaja disasar kemudian. Bukankah tanda- tandanya sudah mulai beriak.
Gerakan Wahabi radikal atau takfīrī memang keras tanpa kompromi—anti-mazhab, anti-budaya lokal kecuali Arab, eksklusif dan cenderung reaktif. Tak bisa hidup berbeda apalagi berdampingan bersama yang tidak se-manhaj.
Ini memang soal pikiran yang tak bisa bersanding—jadi susah dijelaskan. Semangat purifikasi atau pemurnian bukan sebatas jargon—reaktif dan menyasar. Kecenderungan tradisi Arab yang keras, hegemonik dan mendominasi.
Pemahaman agama macam apakah yang ditawarkan? Saya bukan tak suka, hanya risau ketika ‘kebenaran’ dipaksakan, karena ia dapat memangkas setiap perbedaan bukan dengan cara bijak. Sebab memahamkan agama tak butuh kening berkerut atau dada sesak karena amuk.
Siapa di dunia ini yang bisa menyatukan kehendak atau menyatukan manhaj atau bersatunya ideologi dalam satu bendera? Tapi ada yang ingin sekali ciptakan dunia dalam satu genggaman dan tak perlu banyak orang agar tak banyak pikiran.
Ada yang ingin dunia dihuni hanya satu ras saja yaitu ras Arab, satu bahasa, bahasa Arab, satu agama saja yaitu Islam. Islam pun harus satu manhaj yaitu Wahabi-Salafi. Selainnya tak boleh bahkan berpikir pun tidak.
Semangat ‘mazhab cleansing’ ini menandakan ketidakmampuan atau semacam sikap takut berkompetisi yang disembunyikan dalam-dalam. Yaitu semacam sikap paranoid takut kalah karena bersaing dibilang ribet dan merepotkan.
Mono manhaj adalah pengingkaran atas kemahakuasaan Tuhan yang menciptakan keragaman, suku, bahasa dan manhaj—menjadi mengerikan jika tegakkan tauhid dipahami sebagai musnahnya semua agama kecuali Islam. Hilangnya semua mazhab kecuali Salafi-Wahabi. Mazhab-cleansing beranggapan yang selainnya adalah bathil.
Mazhab-cleansing adalah ikhtiar ingin hidup sendirian karena tak punya cara hidup berdampingan dengan yang berbeda iman. Jadi Wahabi-Salafi sebenarnya melawan fitrah dan melawan Tuhan dalam satu paket atas nama iman. Wallahu ta’ālā a’lam.
Editor: MZ
Aktivis Persyarikatan Muhammadiyah di Ranting Gunungsari Kota Batu dan Ustaz di Komunitas Padang Makhsyar yang Tinggal di Batu, Malang.