Syafira Wahyu Pujiasti Mahasiswi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Islam Tidak Menyukai Perilaku Hustle Culture atau Berlebihan

2 min read

Di Era milenial semua pekerjaan menjadi mudah karena pesatnya perkembangan teknologi yang telah ada saat ini, meski begitu banyak pula masyarakat yang menjadi gila akan pekerjaan atau bisa dikenal dengan istilah Hustle Culture. Hustle Culture sudah tidak asing lagi ditelinga, meski begitu beberapa kalangan ada yang belum mengetahuinya.

Pengertian Hustle culture secara harfiah mengacu pada Oxford Learner’s Dictionary diartikan sebagai perilaku yang menekankan pada diri kita untuk bekerja lebih banyak dan lebih exstra sibuk untuk mendapatkan suatu timbal balik yang besar atau karena perilaku buruk yang suka menumpuk pekerjaan. Seseorang dengan perilaku hustle culture ini biasanya bekerja lebih dari 8 jam dalam sehari atau bisa saja mereka bekerja sehari penuh tanpa istirahat sedikit pun. Hal tersebut merupakan perilaku yang buruk yang tidak pantas untuk kita lakukan.

Menurut beberapa penelitian waktu yang ideal untuk bekerja adalah 40 jam dalam satu minggu. Jika dihitung, waktu bekerja yang baik dalam sehari adalah 5-6 jam saja tidak lebih dari itu, karena pada umumnya kita juga manusia yang membutuhkan waktu istirahat untuk menjaga konsentrasi dan meningkatkan mood.

Namun meski begitu banyak juga yang tidak memanfaatkan waktu istirahatnya dengan baik sehingga mereka sering dijuluki Hustle Culture atau seseorang yang terlalu gila kerja. Kebanyakan dari mereka mempunyai alasan tersendiri tentang mengapa mereka berperilaku hustle culture, hal tersebut dikarenakan mereka mempunyai keluarga yang harus dinafkahi dan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Ada pula beberapa pelajar yang mengakui bahwa mereka sedang berada di fase hustle culture ini, namun banyak pula yang menyangga bahwa pelajar yang terlalu larut dengan fase ini karena mereka memang suka menunda nunda pekerjaan rumah yang harus dikerjakannya karena perilaku buruk mereka sendirilah yang menyebabkan mereka mengalami fase hustle culture.

Perilaku hustle culture pastinya mempunyai dampak tersendiri bagi orang yang melakukannya salah satunya adalah menyebabkan meningkatnya resiko penyakit yang akan diderita, seperti contoh pada tahun 2018. Ada sebuah penelitian yang menemukan bahwa jika bekerja lebih dari 50 jam dalam seminggu, mereka rentan memiliki peningkatan risiko penyakit serangan jantung dan sampai penyakit jantung koroner yang mematikan.

Baca Juga  Peran Sahabat dalam Penyusunan Mushaf Al-Quran

Karena jam kerja mereka yang panjang, menyebabkan tekanan darah dan detak jantung meningkat serta menyebabkan psikologis yang berlebihan sehingga menjadi stress. Selain menyebabkan resiko penyakit yang meningkat, hustle culture juga menjadikan seseorang terkena gangguan jiwa. Karena kurangnya istirahat dan terlalu menforsir diri sehingga menjadi stress.

Hal yang paling penting karena hustle culture adalah hilangnya Work Life Balance atau ketidakseimbangan antara karir dengan kehidupan pribadi, selain itu hal ini juga bisa membuat seseorang kehilangan waktu berkumpul dengan keluarganya, pasangannya atau bahkan teman-temannya.

Jika dilihat menurut syariat Islam perilaku hustle culture sangatlah tidak disukai dalam agama, karena perilaku ini sama halnya dengan perilaku yang terlalu berlebihan atau Ghuluw. Ghuluw sendiri memiliki arti yang sebagaimana sikap atau perilaku yang terlalu berlebihan sehingga melampaui kehendak syariat baik berupa keyakinan dan perbuatan. Dalam Q.S. Al Ma’idah: 77 yang berbunyi:

“Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu, Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus”.

Sikap ghuluw haruslah dijauhi karena islam mengajarkan konsep keseimbangan namun tidak berlebihan untuk memenuhi berbagai kecenderungan yang ada di dalam diri manusia. Pemenuhan tersebut bukanlah hal yang tercela, namun hal tersebut bertentangan dengan syariat Islam karena sifat berlebihan yang memenuhi semua dorongan dan tuntutan yang ada hingga melebihi batasan normalnya.

Dilihat melalui pandangan Islam perilaku berlebihan seseorang yang menjadikan gila kerja ini dapat menimbulkan seseorang menjadi lupa akan waktu sholatnya, mereka mejadi tidak segan segan meninggalkan waktu sholatnya karena rasa ingin mendapatkan sesuatu tersebut dari hasil kerja yang maksimal.

Baca Juga  Mengenal Molenbeek, Brussel, sebagai sarang teroris (2)

Kesimpulannya adalah dalam melakukan suatu pekerjaan alangkah baiknya jika dilakukan sesuai porsinya saja atau tidak berlebihan karena Allah tidak menyukai hambanya yang terlalu berlebihan dalam melakukan sesuatu hal, baik dalam pekerjaan, berpakaian, bersenda gurai, dan lain sebagainya. Meskipun begitu hustle culture atau sikap berlebihan dalam bekerja ini juga memiliki pengaruh yang sangatlah tidak baik seperti contoh serangan jantung, jantung koloner, hingga kematian.

Bahkan yang paling parah adalah seseorang dengan perilaku hustle culture ini akan kehilangan waktu berkumpul mereka dengan keluarga, teman, kerabat, bahkan orang-orang terdekatnya dan mereka pun terkadang sampai lupa dengan waktu sholat mereka. Itu lah hal yang paling tidak disukai oleh Allah yaitu melihat hambanya yang akan semakin jauh dengan ajarannya. Allah SWT akan menyukai sampai memuji orang-orang yang senantiasa mengingat ajarannya seperti yang sering kita dengar bahwa kejarlah akhiratmu maka dunia akan mengikutimu. (mmsm)

 

Syafira Wahyu Pujiasti Mahasiswi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel