Mantan Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, yang saat ini aktif sebagai anggota Asosiasi Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Majelis Keilmuan Kemenristekdikti, Prof. Dr. H.M. Amin Abdullah mengatakan, banyaknya konflik kepentingan, ego sektoral dalam menagemen pemerintahan di negri ini, kegagalan berbagai kementerian dalam me-manage berbagai program kerja menyusul Pendemi Covid-19, hingga membuat Presiden Jokowi kecewa. Itu semua merupakan ketidakberhasilan kurikulum perguruan tinggi dalam melahirkan alumni-alumni yang memiliki multikompetensi.
Masih adanya kesan belum adanya musyawarah yang baik dalam managemen pemerintahan, hingga selalu ada saja problem problem berbangsa dan bernegara yang tidak bisa terselesaikan dengan tuntas, itu juga andil dari kegagalan kurikulum perguruan tinggi. Belum lagi semakin maraknya paham radikalisme, itu juga menjadi PR besar dalam pembaharuan kurikulum perguruan tinggi kekinian.
Masih banyak lagi problem-problem berbangsa dan bernegara yang membutuhkan keseriusan perguruan tinggi dalam meredesain kurikulumnya hingga bisa melahirkan para alumni yang mampu mengelola bangsa dan negara ini lebih baik lagi di masa mendatang.
Prof. Amin menjelaskan, konsep pengembangan keilmuan UIN Sunan Kalijaga dengan enam Core Value; Integratif-interkonektif, Dedikatif-Inovatif, Inklusif- Continuous Improvement dapat menjadi acuan terbaik yang dapat melekat pada setiap mata kuliah hingga bisa melahirkan para alumni yang memiliki multi kompetensi/keahliaan.
Implementasi enam Core Value ke dalam setiap matakuliah menjanjikan penguasaan banyak softskill. Enam Core-Value itu sesungguhnya mengacu pada konsep pendidikan Irfānī, Burhānī dan Bayāni yang dikembangan sesuai dengan kebutuhan zaman.
Integratif-Interkonektif mengacu pada konsep Burhānī (Hadhārat al-‘Ilm) akan membentuk kompetensi memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, aktif, kreatif, kritis, gigih, tekun, padai bekerja-sama, interpreneurship, mentalitas melimpah, integritas yang tinggi, peduli, bersemangat, tangguh, mandiri, punya daya tahan yang tinggi, amanah dan bisa menjadi teladan), di samping pengusaan yang mendalam keilmuan di bidangnya (Scientific Tamper).
Dedikatif-Inovatif mengacu pada konsep Irfānī (Hadhārat al-Falsafah), yang akan membentuk pribadi yang bertanggung-jawab, memiliki komitmen yang tinggi, patriotik/Pancasilais.
Inklusif-Continuous Improvement mengacu pada konsep Bayāni (Hadharatul Naas), akan membetuk pribadi yang memiliki spiritualitas tingkat tinggi (altruistik spirituality), morality, moderat (Islam Wassatiyah, komunikatif, memiliki keahlian bermusyawarah, toleran, berani megambil risiko. Inilah Core Value Awareness.
Hal tersebut disampaikan Prof. Amin saat menjadi narasumber pada seminar online “Redesain Kurikulum Perguruan Tinggi” yang diselenggarakan Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 6/7/2020.
Forum ini dihadiri para guru besar di lingkungan UIN Sunan Kalijaga, para pejabat rektorat dan dekanat dan anggota senat universitas dan fakultas. PLT. Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Dr. Phil Sahiron Syamsudin, MA dalam sambutan pembukaannya antara lain menyampaikan beberapa hal penting yang harus direnungkan LPM UIN Suka dalam melakukan redesain kurikulum. Di antaranya adalah implementasi Core Value UIN Suka yang harus terus disempurnakan.
Acuan kurikulum KKNI, konsep kampus merdeka dan merdeka belajar, serta Pandemi Covid-19 yang memerlukan keseriusan tersendiiri dalam melahirkan kurikulum menyusul era New Normal dengan New Norm-nya. UIN Sunan Kalijaga memiliki Pusat Studi Integrasi-Interkoneksi Keilmuan yang diketuai Prof. Siswanto. Karenanya LPM harus banyak meminta masukan dan koreksi dari Pusat Studi ini.
Sementara terkait dengan pengembangan kampus merdeka dan merdeka belajar memerlukan banyak acuan dari konsep pemikiran McGill, dan beberapa Universitas ternama di Amerika. Kampus-kampus di Amerika bisa meloncat dari home based.UIN Sunan Kalijaga bisa mengacunya.
Kemerdekaan mahasiswa untuk menggeluti lintas ilmu sesuai interkoneksitas bidang yang dibutuhkan itu harus di-support. Misalnya Islamic studies, ambil fakultas lain, hukum, politik, ambil hermeneutika dan ambil beberapa mata kuliah di Fakultas Filsafat. Diperlukan saat menulis skripsi, tesis dan seterusnya, pada saatnya dibutuhkan. Kalau itu bisa dilakukan, kurikulum UIN Sunan Kalijaga dapat Melahirkan Alumni dengan Multi Kompetensi.
Melalui konsep kampus merdeka, mahasiswa diberi keleluasaan untuk mendalami lintas keilmuan dan interpreneurship. Jangan terjebak pragmatisme sempit. Bisa loncat prodi bisa belajar praktis ke perusahaan sesuai arah minat, ada magang, penelitian, pengabdian, jangan terjebak satu pintu ilmu.
Sementara itu bagaimana mengimplementasikan enam Core Value ke dalam setiap mata kuliah, Dr. Phil Sahiron telah melakukannya. Ia memberikan contoh mata kuliah Ulumul Qur’an yang diampunya dan telah menghasilkan buku buku terbaru dari hasil kajian hermenetika dan pengembangan Ulumul Qur’an yang dipadukannya dengan teori kebahasaan dan hermeneutika Barat.
Buku-bukunya telah terbit tahun 2009. Tahun 2017 revisi. Bab 4 memunculkan gabungan Ulumul Qur’an, dan hermeneutika Barat yang dulu saya pelajari di Jerman). Nanti juga terbit pendekatan makna kubangsa dengan pendekatan Filsafat Yunani. Monggo fakultas lain seperti apa implementasinya, Kata Dr. Phil. Sahiron.
Ketua LPM UIN Suka, Dr. M. Fakhri Husain, SE., M. Si., menambahkan, dengan menghadirkan Prof. Amin Abdullah sebagai arsitek konsep pengembangan keilmuan UIN Sunan Kalijaga, pihaknya berharap, implementasi Core Value ke dalam kurikulum semua prodi bisa lebih baik lagi. Pihaknya merasa, saat ini belum maksimal. Terutama mata kuliah penciri universitas.
Di akreditasi internasional penciri harus muncul baik pada tataran pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, serta pengabdian masyarakat. Maka perlu dikejar pola pola internasional. Perangkat regulasi dan implementasinya harus siap. Kurikulum 2020 harus dikebut, berpijak pada Regulasi.
Lebih jauh Prof. Amin Abdullah menyampaikan, selepas lengser sebagai rektor November 2010, pihaknya banyak dilibatkan dalam diskusi-diskusi di Kemenristekdikti. Dalam banyak diskusi itu, konsep Integrasi-Interkoneksi dipakai sebagai refleksi spiritualitas pendidikan dan diakusi sebagai Educational Filosofi yang telah banyak melahirkan buku-buku pengembangan pengajaran di lingkup Kemenristekdikti.
Dalam banyak perdebatan di forum rektor lingkup Kemenristekdikti, Prof. Amin Abdulah mengaku selalu menjadi penengah dan menghasilkan solusi terbaik.
Oleh karenanya pihaknya berharap, pada momentum baru era Pandemi Covid-19 ini, UIN Sunan Kalijaga bisa mengambil bagian melalui implementasi enam Core Value sebaik mungkin untuk melahirkan konstruksi bangunan keilmuan semua Prodi yang ada di UIN Suka yang diwarnai tata nilai baru akibat Covid-19.
Jangan hanya berpijak pada kurikulum KKNI, karena kurikulum ini buat sebelum masa pandemi. Jangan mengikuti Barat atau Timur Tengah, tapi cirikan Ke-Indonesiaan yang unik dalam 6 rumpun ilmu (agama, humaniora, sosial, alam, formal, terapan) untuk menjadi kampus yang berkelas dunia.
Satu hal yang perlu dipahami juga dalam pengembangan kurikulum adalah; tidak ada yang sakral didiskusikan dalam pengembangan pendidikan tinggi termasuk agama. Jadi harus terus disempurnakan dalam rangka problem solving yang terus berbeda masalahnya dari masa ke masa dalam rangka mewujudkan keadilan, keharmonisan, kelestarian alam semesta dan seterusnya.
Dan juga dalam rangka melahirkan kurikulum yang mampu melahirkan alumni-alumni dengan minimal menguasai 10 kompetensi; digital saintific skill, complex problem solving, socio-emotional intelegence, cognitive flessibility, negosiasi, critical thinking, creatifity, manajemen, coordinating with others, service orientation, dan komunikatif. Karena yang dididik itu mahasiswa untuk next leader Indonesia, tegas Prof. Amin Abdullah. (Weni/Nurul/MZ)