Redaksi Redaksi Arrahim.ID

TUNAS Gusdurian 2020, Nur Rofiah: Keadilan Gender Perspektif Perempuan

1 min read

Source: magdalene.co

Perspektif keadilan hakiki bagi perempuan adalah upaya membangun kesadaran untuk selalu mempertimbangkan kondisi khas perempuan secara biologis karena organ, fungsi, masa, dan dampak reproduksi perempuan yang berbeda dari laki-laki, dan kondisi khas mereka secara sosial yang rentan terhadap ketidakadilan akibat ketimpangan relasi gender yang menyejarah.

Dalam pemahaman Islam, kedua kondisi khas ini selalu dipertimbangkan dalam memahami realitas kehidupan perempuan sekaligus teks-teks keagamaan.

Laki-laki dan perempuan tidak hanya berbeda secara anatomi fisik biologi tetapi juga beda secara sosial. Dua hal ini yang harus diperhatikan untuk mencapai keadilan hakiki perempuan.

Secara fisik, laki-laki dan perempuan memang sama-sama dibekali alat kelamin. Namun hal ini memiliki perbedaan signifikan dimana aktivitas biologis pada laki-laki seringkali menimbulkan perasaan nikmat atau tetapi pada perempuan tidak demikian.

Hal ini tak lain dipengaruhi oleh karena sistemnya yang berbeda pula. Misalnya, perempuan akan sangat merasakan sakit ketika sedang keluar darah dari vaginanya (haid), begitu juga saat melahirkan, nifas, dan menyusui. Tetapi pada laki laki tidak ada gejala sakit saat keluar mani atau sperma.

Gejala ini beragam pula, ada yang mingguan, bulanan bahkan tahunan tergantung apa yang dirasakan perempuan seperti haid misalnya, perempuan kerapkali merasakan hal tidak enak ketika periode ini.

Maka jika kita boleh mengatakan ada banyak sekali hal hal dari perempuan yang mesti diperhatikan dan difasilitasi. Selain pengalaman khas biologis seperti: haid, mengandung, melahirkan, nifas dan menyusui ada pengalaman sosial yang juga mesti diperhatikan dari perempuan yakni pengalaman sosial.

Dalam sejarahnya, ada yang memandang perempuan hina hanya karena dia terlahir sebagai perempuan.

Dalam kehidupan sosial, perempuan sangat rentan menerima beberapa perlakuan seperti marginalisasi, subordinasi, stigmatisasi, kekerasan dan beban ganda. Beberapa contoh kasus bahkan ada perempuan yang sengaja dipakai organ tubuhnya demi kepuasan semata lalu kemudian dihancurkan seperti beberapa kasus kekerasan yang dewasa ini sering kita temui.

Baca Juga  Gus Ulil: Muktamar Pemikiran NU Bahas Masa Depan Masyarakat Indonesia

Kesadaran kemanusiaan perempuan bisa dipetakan menjadi tiga. Pertama, kesadaran terendah di mana yang disebut manusia hanyalah laki-laki. Berabad-abad lamanya perempuan tidak dinilai sebagai manusia sehingga diperlakukan secara tidak manusiawi. Kedua, kesadaran menengah di mana perempuan mulai diakui sebagai manusia, namun standar kemanusiaan mereka adalah laki-laki. Kemanusiaan perempuan hanya diakui sebatas kondisi mereka yang sama dengan laki-laki. Ketiga, kesadaran tertinggi di mana perempuan dan laki-laki sama-sama menjadi standar kemanusiaan. Standar kemanusiaan keduanya sama dengan memperhatikan kondisi biologis dan sosial perempuan yang berbeda dengan laki-laki.

Berkaca dari beberapa hal tersebut, maka solusinya ada adil sejak dalam pikiran, segala macam cara pikir yang menimbulkan kekerasan harus segera dihilangkan sejak dalam pikiran dan memperlakukan laki laki adil sesuai porsi secara peran dan dua pengalaman tadi yakni: biologis dan sosial.

Redaksi Redaksi Arrahim.ID