Efri Arsyad Rizal Mahasiswa S1 Jurusan Ilmu al Quran dan Tafsir UIN Walisongo Semarang

Ruangguru vs Ruangkiai: Mungkinkah?

3 min read

Source: ltnnujabar.or.id
Source: ltnnujabar.or.id

Revolusi Industri 4.0 menjadikan beberapa aspek dalam kehidupan seperti sektor ekonomi hingga pendidikan (hampir secara keseluruhan) menggunakan teknologi modern atau sering disebut “online system”. Realita zaman memaksa kita agar selalu beradaptasi terhadap perubahan. Namun dalam bidang pendidikan, Indonesia menduduki peringkat yang sangat miris. Data dari situs Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemkominfo RI), yang di-publish pada tahun 2017 menyajikan, UNESCO menyebut Indonesia berada dalam urutan kedua dari bawah soal literasi dunia dan minat baca masyarakatnya hanya 0,001%.  Selanjutnya, dalam riset yang dilakukan Central Connecticut State University pada tahun 2016 menyatakan, Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca. (kominfo.go.id)

Tentu fakta tersebut memprihatinkan bukan?

Itu baru persoalan pendidikan. Lalu bagaimana pada persoalan pemahaman agama? Tak usah ditanyakan lagi! Intoleran, ekstrimisme, dan radikalisme akhir-akhir ini kian menjamur dan sudah menjadi topik hangat perbincangan berbagai kalangan.

Kembali lagi pada persoalan pendidikan. Kabar baiknya, pada tahun 2014, telah berdiri bimbel online yang saat ini menjadi bimbel terbesar di Indonesia yang bernama Ruangguru. Perusahaan teknologi berbasis pendidikan yang diprakarsai Adamas Belva Syah Devara, yang  menjadi pengusaha sukses berusia di bawah 30 tahun dan juga pernah menjabat sebagai Staff Khusus Milenial Presiden, menjadi titik terang bagi masa depan pendidikan Indonesia. Hingga saat ini, setidaknya sudah memiliki lebih dari 17 juta pengguna dan memiliki lebih dari 300.000 guru.

Ruangguru memiliki fitur-fitur yang sangat memanjakan user-nya seperti ruangbelajar, ruanglesonline, ruanguji, ruangbaca, dan masih banyak lagi. Pada tahun 2019, Ruangguru menghadirkan dua fitur terbaru. Fitur pertama, Smart Recommendation yang mampu mendeteksi kekurangan dan kelebihan siswa secara otomatis dan yang kedua, Ruangguru Adventure yang akan membuat belajar terasa seperti dalam games. (medcom.id)

Baca Juga  Ibadah Bukan Urusan Publik

Dengan kecanggihan dan kemudahannya, Ruangguru dapat menghadirkan varian-varian materi pembelajaran yang bisa dimanfaatkan bagi para user-nya. Bahkan untuk mengaksesnya cukup dengan menyiapkan smartphone yang layak dan kuota data internet atau wifi. Aplikasi Ruangguru dapat diakses hanya cukup dengan me­-download di AppStore maupun PlayStore. Selanjutnya, pengguna dapat mengakses dan bebas memilih pembelajaran yang diinginkan.

Aplikasi ini menyediakan pembelajaran untuk siswa sekolah dasar hingga sekolah menengah atas dengan berbagai pilihan jurusannya. Umumnya materi yang tersedia seputar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Bagi yang sudah pernah mengakses, tentu sudah tak asing lagi dengan aplikasi ini.

Lalu mari kita berkaca sejenak. Jika mata pelajaran umum seperti IPS dan IPA memiliki bimbel online yang sedemikian hebatnya, bagi kalangan pesantren tidakkah mampu tuk melahirkan terobosan baru? Mungkin kita bisa berandai-andai suatu saat akan ada santri milenial yang akan mendirikan perusahaan berbasis teknologi pendidikan yang bernama “Ruangkiai”. Sekilas jika dibayangkan, betapa hebatnya kelak bimbel online karya anak bangsa ini. Bisa saja digadang-gadang akan menyaingi Ruangguru.

Dari cuitan twitter Lubadul Fikri Cilacap (@fikalfiek) pada 6 Mei 2020 juga pernah menyindir hal ini.

 “Dgn bnyaknya kyai yang ngaji Daring, kyknya sebentar lagi akan ada Pesantren Online, dan aplikasinya adalah RuangKyai, tinggal ambil Video mereka para praktisi kitab dan jadi tuh aplikasi RuangKyai, mumpung mereka belum dipatenkan, lumayan kok Skill Akademy bisa dapat.”

Jika kita ilustrasikan. Pada Ruangguru terdapat klasifikasi tingkat dari kelas 1 Sekolah Dasar (SD) hingga kelas 12 (SMA). Di Ruangkiai bisa saja kita menyediakan beberapa tingkatan dari Ula, Wustho, dan sampai yang tertinggi, Ulya.

Baca Juga  Tazkiyat al-Nafs adalah Kendaraan Perjalanan Eksistensial

Pada bidang fikih bisa menggunakan kitab Matn Safina an-Naja di tingkat ula, Fath al-Qarib untuk tingkat wustho, dan Fath al-Mu’in sebagai grade tertingginya.

Selanjutnya pada bidang nahwu misalnya, tingkat ula memilih kitab Matn al-Jurumiyah yang telah melegenda di jagad pesantren, al-Imrithi untuk tingkat menengah, dan puncaknya Syarh Ibn Aqil ala Alfiyah Ibn Malik menempati level ulya.

Ataupun pada bidang sejarah (tarikh), paling dasar memilih kitab Khulasah Nur al-Yaqin, lebih tingginya Nur al-Yaqin fi Sirah Sayyid al-Mursalin,kemudian strata tertingginya ar-Rahiq al-Makhtum karya Shafiy ar-Rahman al-Mubarakfuri.

Dengan tiga contoh bidang di atas serta tingkatannya, setidaknya bisa diilustrasikan sebagai berikut;

Materi Belajar Lengkap. Pada pesantren, sang kiai bisa berkolaborasi dengan para pengurus dan juga melibatkan santri-santri nglotok­-nya. Jikalau kitab yang beratus-ratus halaman membutuhkan waktu yang sangat lama, kitab tingkat ula bisa dipilih untuk dijadikan sampel awal. Kemudian mengadakan rembugan akbar, menentukan konsep materi serta bagaimana metode penyampaian yang akan dilakukan sebelum ditindak lanjuti. Dan perlu diingat, menyiapkan sarana prasarana dan SDM yang mumpuni menjadi hal yang paling berat pada tahap ini.

Video Belajar Beranimasi. Setelah konsep tersusun dengan matang, aktor telah terpilih melalui seleksi ketat, saatnya menjamah dunia audio-visual. Tentu style yang digunakan bisa mengadopsi youtuber kawakan namun tetap disampaikan dengan santun khas santri. Tidak lupa channel didesain dengan apik sehingga bagi yang awam, tertarik serta tergelitik tuk meng-klik. Terlebih, jika mampu menciptakan platform sendiri dan available  di Appstore dan Playstore, maka nyaris sempurna dengan saingannya, Ruangguru.

Latihan Soal dengan Pembahasan. Tak hanya materi, mulailah tradisi sorogan yang unik itu diadopsi dan diremajakan ke khalayak ramai. Secara konsep tentu tak jauh beda. Bisa menggunakan video call atau bisa juga dengan aplikasi Zoom Meeting. Namunpada tahap ini tetap dipertahankan kekhasan pesantrennya dan harus didesain sekreatif mungkin.

Baca Juga  Larangan Menyebarkan Ujaran Kebencian Menurut Alquran

Rangkuman Semua Materi.Tahap akhir ini tentu tak sesulit tahap-tahap sebelumnya. Hanya saja  poin-poin ringkasan yang tersajikan harus dibumbui animasi-animasi asik. Ataupun bisa juga ditambah kuis tanya jawab sehingga pencapaian pengguna dapat ditakar dan dievaluasi, sebut saja examination atau QnA.

Dari perumpamaan tersebut, nampaknya cukup tuk menjadi acuan awal dan menjadi gebrakan pesantren-pesantren tuk berinovasi. Sudah saatnya tak hanya rekam-upload saja. Melainkan mencoba tuk menciptakan karya“Out of the boxmade by Pesantren”.

Apakah “Ruangkiai” hanya akan menjadi angan-angan belaka? Ataukah tak lama lagi akan ada kabar menggemberikan, lahirnya platform yang akan menjadi kebanggan kita bersama? Semoga.[AH].

Efri Arsyad Rizal Mahasiswa S1 Jurusan Ilmu al Quran dan Tafsir UIN Walisongo Semarang