Naufal Robbiqis Dwi Asta Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

Sikap Ta’awun antara Altruisme dan People Pleaser

2 min read

https://digdayamedia.id/

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak akan dapat terlepas dengan kehadiran atau posisinya dengan manusia yang lain. Sikap saling membutuhkan tersebut merupakan sebuah fitrah atau sunnatullah yang ada pada diri manusia itu sendiri. Kita akan membutuhkan kehadiran orang lain untuk berbicara dan berinteraksi, terutama meminta atau memberi bantuan jika kita atau yang lainnya mendapati kesulitan (ta’awun). Dalam hadits telah dijelaskan perintah untuk saling tolong-menolong kepada sesama

“Barang siapa melapangkan seorang mukmin dari satu kesusahan dunia, Allah akan melapangkannya dari salah satu kesusahan di hari kiamat. Barang siapa meringankan penderitaan seseorang, Allah akan meringankan penderitaannya di dunia dan akhirat. Barang siapa menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan menutupi (aib)nya di dunia dan akhirat. Allah akan menolong seorang hamba selama hamba itu mau menolong saudaranya.” (HR. Muslim).

Terdapat beberapa ayat pada Al-Qur’an yang juga menjelaskan dan memerintahkan kepada umat manusia untuk saling tolong-menolong. Perintah untuk saling tolong-menolong pada Al-Qur’an, dijelaskan dalam konteks melakukannya pada kebaikan, bukan pada hal-hal keburukan. Misalnya pada QS. Al-Maidah ayat 2, Allah telah berfirman :

“Jangan sampai kebencian(mu) kepada suatu kaum karena mereka menghalang-halangimu dari Masjidil Haram, mendorongmu berbuat melampaui batas (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.”

Selain menjelaskan perintah untuk tolong-menolong kepada kebaikan, ayat tersebut memerintahkan kepada umat Islam untuk tidak melakukan perbuatan secara berlebihan dan melampaui batas yang berorientasi menimbulkan tindakan-tindakan negatif.

Pada ranah psikologi, setidaknya terdapat dua jenis golongan jika membicarakan dalam konteks tolong-menolong. Pertama, golongan people pleaser merupakan golongan orang-orang yang membantu orang lain dengan harapan untuk mendapat balasan seperti yang diinginkannya, baik itu sifatnya material, finansial, kehormatan, dan pengakuan. People pleaser merupakan orang-orang yang ingin membantu orang lain dengan harapan orang yang ditolong merasa senang dan menganggapnya baik.

Baca Juga  Pesan Kekhalifahan Manusia Di Balik Syariat Puasa

Ciri utama orang-orang people pleaser adalah melakukan perbuatan untuk membuat orang lain merasa senang dengan menyutujui pendapat, keinginan, permintaan orang lain dan mengabaikan kenyamanan yang ada pada dirinya. Hal tersebut dilakukan oleh orang-orang people pleaser karena golongan tersebut merasa takut dan khawatir, serta sangat bertanggung jawab atas perasaan orang lain, seperti agar orang lain yang sedang bersamanya tidak merasa kecewa, marah, bahkan menjauhi dirinya.

Maka dari itu, orang-orang jenis people pleaser ini dapat dikatakan melakukan segalanya kepada orang lain untuk dirinya sendiri atau hanya karena pamrih, semata-mata melakukan pencitraan, tanpa adanya dorongan yang kuat dari hatinya sendiri. Golongan orang-orang people pleaser ini juga dapat menimbulkan beberapa tindakan negatif lainnya seperti sifat berbangga diri jika orang lain memujinya, lelah secara lahir dan batin yang pada akhirnya akan mengakibatkan merasa dimanfaatkan dan tidak memperbaiki dirinya sendiri.

Kedua, terdapat golongan yang diberi istilah altruisme, yang merujuk pada para golongan yang membantu orang lain dengan dorongan hatinya dan tidak mengharapkan adanya imbalan dari yang ditolong. Altruisme sendiri merupakan golongan orang-orang yang peduli atau meletakkan kepentingan orang lain sebagai prioritas, dari pada dirinya sendiri. Golongan orang-orang altruisme dapat ditemukan seperti pada sahabat sejati, orang tua, guru, dan pahlawan yang memang melakukan sesuatu untuk orang lain diluar dirinya sendiri.

Lantas, bagaimana tolong-menolong yang baik dalam Islam jika memperhatikan kedua jenis golongan tersebut ?

Untuk melakukan perbuatan tolong menolong yang baik, seharusnya melakukannya dengan ikhlas dan tanpa rasa pamrih kepada sesama. Selain itu, saling tolong-menolong juga harus diniatkan pada tujuan kebaikan dan dilakukan hanya untuk memenuhi perintah Allah SWT. Menolong kepada sesama dengan rasa ikhlas dan tanpa pamrih telah diperintahkan Allah dalam QS. Hasyr ayat 9 :

“Dan orang-orang (Anshar) yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mereka mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

Jika mengacu pada nilai-nilai dari ayat tersebut, golongan altruisme merupakan golongan orang-orang yang tepat dalam konteks melakukan tolong-menolong kepada sesama. Karena pada dasarnya, Islam mengajarkan umatnya untuk melakukan tolong-menolong dengan rasa yang ikhlas dan tanpa pamrih.

Baca Juga  Potret Koeksistensi Islam-Kristen

Melakukan tolong-menolong kepada sesama memang seharusnya dilakukan dengan penuh rasa ikhlas dan tanpa pamrih. Tujuannya adalah agar kenyamanan dan ketentraman dalam hidup bersama dengan yang lainnya bisa tercapai. Selain itu, saling tolong-menolong merupakan upaya untuk menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dengan mengimplementasikan sifat Allah sebagai yang Maha Penolong.

Naufal Robbiqis Dwi Asta Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya