Baru-baru ini tiba-tiba lini masa media sosial kita diramaikan oleh munculnya meme soal klepon. Yak, makanan tradisional khas nusantara itu mendadak booming karena ada satu grafis yang ‘menzalimi’ jajanan bulat hijau itu. Pasalnya, dalam narasi yang ada, klepon dianggap tidak islami dan, sebaliknya, ada ajakan untuk membeli kurma yang dikonotasikan sebagai makanan islami.
Saat pertama kali melihat, saya menyangka ini satire. Ada orang yang iseng membuat itu hanya demi tes pasar. Cara bacanya mudah. Di situ tertulis nama Abu Ikhwan Aziz, tapi tidak pernah diberitahu di mana toko yang menjual kurma tersebut. Pun, akun media sosial apa yang harus dirujuk untuk melihat kurma yang dimaksud.
Namun, anehnya meme ini begitu ramai dipercincangkan. Banyak yang mengglorifikasi seolah-olah ini perbuatan ‘kadrun’ yang menghina khazanah Nusantara. Padahal, bisa jadi, beberapa orang dengan semangat mengolah meme yang entah dari berasal siapa demi menaikkan sentimen terhadap kelompok tertentu.
Yang lebih menyedihkan beberapa akun progresif justru ikut-ikutan berkomentar sinis. Entah sebagai satire, entah memang dirinya terpancing. Padahal, di media sosial yang serba tidak jelas, kita dituntut untuk berhati-hati dan tidak menghakimi.
Tak lama kata kunci klepon sempat menembus lima besar trending topic Twitter di Indonesia. Sebagai sebuah false market, upaya ini luar biasa. Seseorang di belakang sana pasti tertawa karena berhasil membuat percakapan ini naik, bahkan viral.
Jika dirunut, memang tidak jelas siapa yang pertama kali membuat. Salah seorang pengguna Facebook bernama akun Mayumi Fujimoto menjelantrahkan hasil tracking-nya. Ia melakukan penjelajahan digital dan menyatakan tidak pernah ada akun media sosial yang eksis dengan nama tersebut. Kesimpulannya, itu hanyalah perbuatan orang tidak bertanggung jawab.
Tracking tersebut memang tidak bisa dianggap sebagai sumber kebenaran mutlak. Namun sebagai sebuah perspektif, kita bisa mengambil sebagian informasi yang disampaikan olehnya.
Biasanya, setelah satu kelompok tersambar, akan ada satu kelompok lain yang ikut-ikutan ‘kesurupan’. Terbukti, tak lama kemudian banyak akun yang menyebut meme klepon sebagai upaya mendiskreditkan Islam. Mengaitkan sebagai operasi ala komunis. Bikin sendiri, sebar sendiri. Tujuannya agar umat Islam seolah-olah melakukan ‘pelecehan’ terhadap budaya Nusantara.
Sek to, sek to. Begini, kita blejeti satu persatu biar clear and clean.
Pertama, ada meme klepon yang dianggap tidak islami. Lebih baik beli kurma. Sebagian umat Islam tersinggung. Emang ada makanan islami? Begitu banyak narasi yang beredar. Eh, ada tambahannya: dasar kadrun!
Fakta penting di sini adalah “tidak jelas siapa penjualnya”. Dicurigai nama Abu Ikhwan Aziz memang tidak pernah ada, alias fiktif.
Kedua, ada sebagian umat Islam yang menyebut ini sebagai upaya pembusukan dari dalam. Propagandanya disebut mirip komunis. Tujuannya untuk mengolok atau membuli Islam dan ulama.
Fakta penting di sini adalah masih tidak jelas siapa yang membuat meme ini dan seperti apa motifnya.
Dari kedua hal di atas, kita masih belum sampai di akar masalah. Siapa yang membuat? Jika ini bisa dijawab, selesai sudah. Saat ini baru beredar beragam spekulasi yang bisa jadi benar bisa jadi tidak. Yang jelas kita bisa simpulkan bahwa yang membuat ini orang tidak bertanggung jawab. Apapun motifnya.
Dalam Alquran orang yang tidak bertanggung jawab atas satu informasi masuk kategori fasik. Pada orang fasik, kita dilarang untuk menelan mentah-mentah informasi yang dibuat olehnya. Lha wong sama orang fasik saja dilarang percaya, apa lagi sama makhluk di balik meme. Apakah kita yakin itu perbuatan manusia? Manusia mana sih yang suka dengan perpecahan? Eh…
Untuk itu kita dituntut bijak sebelum menuduh aneh-aneh. Apalagi sampai antipati terhadap kurma akibat mencurigai meme tersebut dibuat oleh pedagang kurma. Sejak zaman Majapahit saya kecil, antara klepon, onde-onde, dan kurma bisa bersandingan dengan lezat di meja makan. Mereka akur-akur saja tuh. Jika ada pedagang kurma yang melakukan propaganda pada makanan lain, bisa dipastikan itu pedagang kurma amatiran.
Jika saat ini antum masih marah-marah karena meme itu, ada baiknya kita sama-sama menyelami satu ayat dalam Al-Quran, yaitu surat Al-Hujurat ayat 6.
“Jika seorang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya (klarifikasi dan verifikasi), agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurat: 6).
Alquran sudah mengingatkan persoalan informasi ini hampir 15 abad yang lalu. Jika diresapi dengan baik, umat Islam seharusnya bisa lebih bijak mengolah informasi. Jika tidak kita hanya akan menyesal karena terbawa propaganda yang tidak jelas. Himbauan ini berlaku untuk orang yang gemar mengkadrunkan dan mengkomuniskan orang lain atas nama Islam. Wallahua’lam. [AA]