Venny Novianti Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam UIN Sunan Ampel Surabaya

Genealogi Dua Ponpes Salafi-Dakwah di Gresik: al-Furqon al-Islami dan Darul Atsar al-Islamy

3 min read

Gerakan salafi di Indonesia terbagi menjadi dua yaitu Salafi Jihadi dan salafi dakwah. Ini disebabkan karena adanya perbedaan proses masuk dan berkembangnya.

Adapun Salafi Jihadi lahir dari rahim Salafi Ikhwani dan menginduk pada al-Ikhwān al-Muslimūn (IM) yang didirikan oleh Hasan al-Banna. Fokus gerakannya bukan hanya anti-bidah dan syirik kubur, tetapi juga syirik demokrasi dan undang-undang. Mereka menyerang demokrasi dan memurtadkan pemimpin muslim yang berhenti memperjuangkan syariat Islam.

Jihad bagi mereka bukan hanya melawan agressor asing (kāfir harbī), tetapi juga terhadap penguasa setempat yang murtad karena menolak untuk menegakkan hukum Islam. Seluruh doktrin Salafi Jihadi (dalam semua variannya) bisa dilacak bersumber dari IM Mesir yang kemudian pecah menjadi banyak faksi.

Adapun model kedua, Salafi Dakwah, bermula dari banyaknya mahasiswa Indonesia yang belajar di Timur Tengah khususnya di Saudi Arabia. Mereka menyerap pandangan dan budaya setempat lalu mendakwahkan kembali sepulang ke Indonesia. Hal itu dilakukan atas dasar keinginan sendiri sehingga mereka merasa terpanggil dan merasa berkewajiban sebagai seorang muslim. Di luar itu ada juga salafi yang berdakwah untuk menjalankan sebuah misi dan mereka dibiayai.

Salafi Dakwah ini juga bisa dikenal dengan salafi sururi. Ia merupakan gerakan Wahabi internasional yang berkembang melalui jaringan guru-murid, terutama melalui alumni LIPIA. Mereka menginduk kepada doktrin Wahabi dan pendapat dari dua ulama pro-kerajaan Arab Saudi, yang menjadi tokoh sentral mereka adalah Bin Baz, Nashruddin al-Albani, dan Syaikh Muqbil.

Gerakan salafi dakwah ini menyebarkan paham-paham ideologi mereka yang tekstual dengan memurnikan aqidah, bersifat apolitik, dan tidak disertai kekerasan fisik. Gerakan ini banyak disebarkan di pesantren-pesantren yang pendirinya merupakan alumni LIPIA atau Timur Tengah khususnya daerah Saudi Arabia.

Di wilayah Gresik, perkembangan Salafi Dakwah cukup signifikan. Satu pesantren yang lama adalah PP Maskumambang di daerah Sambungan Kidul-Dukun-Gresik. Dua yang lain ada di daerah Srowo Sidayu Gresik dan Banyutengah Panceng Gresik. Berikut genealogi pesantren tersebut.

Baca Juga  Pembangkangan Kaum Khawarij Baru: Dari Piagam Jakarta hingga Pancasila (Bag. 2-selesai)

PP Al-Furqon Al-Islami (Srowo-Sidayu-Gresik)

Al-Furqon al-Islami adalah sebuah pondok pesantren salafi di Gresik yang didirikan oleh Aunur Rofiq pada tahun 1989 M. Aunur Rofiq adalah anak dari pemuka agama di desa tersebut. Awal berdirinya pondok ini diberi nama dengan PPIDT (Pondok Pesantren Ilmu Dakwah dan Teknologi) dan masih menumpang di salah satu lembaga pendidikan Muhammadiyah, tetapi seiring berjalannya waktu pondok ini mampu untuk berdiri sendiri.

Pendidikan Aunur Rofiq dimulai sejak Madrasah Ibtida’iyah, SLTA dan PGA Muhammadiyah di Sidayu, kemudian melanjutkan menimba ilmu di Universitas Imam Muhammad bin Su’ud Riyadh Arab Saudi. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Arab Saudi, Aunur Rofiq pulang ke tanah air dan kemudian membina pondok pesantren di Kediri.

Setelah itu Aunur Rofiq pulang ke kampung halaman dan melakukan seruan dakwah di desanya, di desanya ia mendapat sambutan baik oleh masyarakat sekitar sehingga memudahkannya untuk berdakwah di desa tersebut dan mampu untuk mendirikan sebuah pondok pesantren [Baca: Adib Faisah Hamis, “Pondok Pesantren al-Furqon al-Islami Gresik (Pondok Salafi Pertama di Jawa Timur 1989-2015 M].

Al-Furqon al-Islami adalah sebuah pondok pesantren yang berusaha untuk mengembalikan umat pada kemuliaannya sebagaimana telah didapatkan oleh generasi utama. Sebagai lembaga pendidikan, dakwah dan sosial, Pondok Pesantren Al-Furqon al-Islami mendidik generasi Islam dengan pendidikan berdasar Alquran dan Sunnah yang sahih dengan pemahaman al-Salaf al-Sālih yaitu pemahaman sahabat dan para pengikut mereka dalam kebaikan.

Di pondok ini para santri juga diajarkan Islam melalui kitab salaf karya para ulama zaman permulaan Islam yang antara lain: Masāil Jāhilīyah, As’ilah Muhimmah, Umdat al-Ahkām, Riyādh al-Shālihīn, al-Dararī, Bulūgh al-Mārām, Ma‘ālim fī Thalib al-Ilm, dan Tafsīr Karīm al-Rahmān fī Tafsīr Kalīm Manān.

Al-Furqon al-Islami sering dikategorikan sebagai pondok pesantren Salaf-Wahabi. Ini dikarenakan adanya sebuah buku terbitan pondok yang berjudul Meluruskan Sejarah Wahabi. Dugaan ini semakin yakin jika disambungkan dengan pendidikan Aunur Rofiq yang merupakan lulusan dari Universitas Imam Muhammad bin Su’ud Riyadh.

Baca Juga  Kritik M. Said Ramadhan al-Būtī terhadap Konsep Maslahat Najm al-Dīn al-Tūfī [2]

Universitas Imam Muhammad bin Su’ud Riyadh adalah salah satu kampus di Arab Saudi yang memberi kontribusi mengenai adanya salafi di Indonesia. Pemerintah kerajaan Arab Saudi melalui Universitas Imam Muhammad bin Su’ud Riyadh telah membuka cabang kampus dengan melakukan sebuah pendirian kampus LIPIA (Lembaga Imu Pengetahuan dan Arab) di Indonesia. Melalui LIPIA, paham Wahabisme dari Arab Saudi disebarkan ke seluruh negara muslim termasuk di Indonesia. Wahabisme sendiri merupakan ideologi keagamaan resmi Arab Saudi yang secara umum digambarkan sebagai gerakan puritan, fanatik, anti-modern, berorientasu ke masa lalu, literal dan skriptural dengan indoktrinasi dan intolerasi sebagai cirinya yang menonjol.

Ketika kita melihat lebih dalam mengenai paham salafi yang ada di pondok pesantren Al-Furqon al-Islami ini merupakan salafi yang berkiblat pada Universitas Imam Muhammad bin Su’ud Riyadh Arab Saudi. Salafi yang ada di Arab Saudi sendiri terkenal dengan kekerasan, ini dikarenakan sejarahnya di mana Abdul Wahhab dan Muhammad Ibnu Saud yang melakukan sebuah gerakan dengan dua tujuan sekaligus, yaitu untuk mendirikan negara serta menyebarkan paham Wahabi di Saudi Arabia.

PP Darul Atsar Al-Islamy (Banyutengah-Panceng-Gresik)

Darul Atsar al-Islamy adalah sebuah pondok pesantren salafi di Gresik yang didirikan oleh Kholiful Hadi pada tahun 2005 dan diresmikan di tahun 2007. Pondok ini bermanhaj salafi dengan bertumpu pada Alquran dan Sunnah, serta pamahaman dari para sahabat Nabi.

Adanya paham salafi di Pondok Pesantren Darul Atsar al-Islamy ini terjadi karena faktor eksternal dari sang pendiri pondok pesantren tersebut yang mana didapatkan dari pendidikannya. Begitulah hasil penelusuran yang saya lakukan.

Pendidikan Kholiful Hadi ini bermula saat ia masih kecil, di mana ia mengenyam pendidikan di bawah naungan Muhammadiyah dan juga sempat gonta-ganti pondok pesantren hingga memutuskan untuk mondok di Al-Furqon al-Islami. Di sana ia dibimbing langsung oleh Aunur Rofiq selaku pengasuh pondok pesantren dan merupakan santri kesayangan Aunur Rofiq.

Baca Juga  Tingkatan Jiwa Manusia Menurut Islam (2)

Pondok Pesantren Al-Furqon al-Islami ini mempunyai manhaj salafi dan mendidik generasi Islam yang bertumpu pada Alquran dan Sunnah dengan pemahaman al-Salaf al-Sālih serta bermanhaj hidup Ahlussunnah Waljamāah.

Setelah itu Kholiful Hadi melanjutkan pendidikan di Darul Hadits Dammaj Yaman selama empat tahun dengan jurusan fiqih. Selama berada di Yaman ia belajar dengan seorang ulama hadis, yaitu Syeikh Muqbil al-Wadi’ie. Darul Hadits Dammaj Yaman adalah sebuah pesantren di Yaman. Guru yang mengajar Kholiful Hadi semasa di Yaman tersebut ternyata masuk dalam daftar Wahabi dan bisa disimpulkan bahwa ajaran Darul Hadits Dammaj Yaman juga terpengaruh oleh para ulama Wahabi.

Dari pendidikan Kholiful Hadi ini kita dapat mengetahui paham keagamaan di Pondok Pesantren Darul Atsar al-Islamy, inilah alasan mengapa salafi dijadikan sebuah paham yang ditekankan di pondok ini.

PP Darul Atsar al-Islamy sangat terpengaruh oleh model pendidikan Salafi-Wahabi. Darul Hadits Dammaj Yaman merupakan sebuah lembaga pendidikan salafi di Yaman, di mana Syekh Muqbil al-Wadi’ie, sang syeikh di pesantren tersebut termasuk ulama Salafi-Wahabi.

Hal ini juga diperkuat dengan kunjungan Syaikh Prof. Dr. ‘Adil bin Muhammad al-Syubai’i dari Saudi Arabia ke Pondok Pesantren Darul Atsar al-Islamy, beliau merupakan Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Imam Muhammad bin Su’ud Riyadh yang berpaham Salafi-Wahabi. [MZ]

Venny Novianti Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam UIN Sunan Ampel Surabaya