Dalam menjalani dinamika kehidupan, manusia sering kali dihadapkan pada berbagai kesalahan, baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Sebab mendasar manusia sebagai makhluk yang tidak sempurna, kesalahan menjadi bagian dari proses pembelajaran dan pembentukan karakter.
Namun, yang lebih penting dari kesalahan itu sendiri adalah bagaimana cara manusia menyikapi dan memperbaikinya. Salah satu solusi utama untuk menghadapi kesalahan adalah dengan refleksi diri atau muhasabah, yakni introspeksi diri secara mendalam.
Muhasabah membantu seseorang untuk merenungkan tindakan, mengakui kesalahan, dan berupaya memperbaiki diri ke arah yang lebih baik. Muhasabah juga dipandang sebagai suatu sarana yang dapat mengantarkan seorang manusia untuk mencapai derajat yang tertinggi sebagai hamba Allah SWT (Qs. 59:18).
Adapun salah satu metode yang efektif untuk melakukan muhasabah atau refleksi diri ialah melalui perenungan atas karya-karya sastra, khususnya syair-syair yang sarat makna spiritual. Syair-syair sufi, seperti yang dituliskan oleh Jalaluddin Rumi yang kerap kali menjadi sumber inspirasi dalam perjalanan spiritual dan refleksi diri. Melalui kata-kata penuh hikmah, Rumi menggugah hati manusia untuk kembali mengingat hakikat hidup, menyadari kelemahan, dan mendorong diri untuk lebih dekat kepada Sang Pencipta. Berikut adalah syair Jalaluddin Rumi tentang Muhasabah :
“Jangan biarkan kesedihan merenggutmu
Atau kekhawatiran dunia ini menggelutmu
Pergilah, reguk minuman cinta siang malam
Sebelum hukum Tuhan mengunci mulutmu.
Laju waktu akan memotong tipu daya
Serigala-fana mengoyak gembala ini
Di setiap kepala ada keangkuhan, akan tetapi
Tamparan ajal akan mengenai semua ini “
Kehidupan manusia tidak terlepas dari cobaan dan kesedihan. Namun kesedihan jiwa tak boleh menguasai jiwa “Jangan biarkan kesedihan merenggutmu”. Sebab segala kesedihan dan kekhawatiran bersifat sementara, dan hidup menjadi lebih baik jika diisi dengan cinta “Pergilah, reguk minuman cinta siang malam” yakni berbuatlah kebaikan yang membawa kepada ketenangan dan kebahagiaan. Sebelum ajal kematian menjemput.
Laju waktu akan menghancurkan segala tipu daya kehidupan, dan serigala-fana—lambang kematian—akan menelan setiap makhluk fana, tak peduli sekuat apa pun manusia untuk menghindar tetaplah ajal akan menjemput. Harta yang melimpah, jabatan yang tinggi, ketenaran yang luas banyak membuat manusia menjadi angkuh dan terlena. Namun pada akhirnya, tamparan ajal tidaklah pandang bulu, merenggut semua nyawa baik yang kaya atau yang miskin.
Maka hendaknya manusia dalam menjalani hidupnya untuk selalu berupaya melakukan hal-hal yang menyenangkan lagi positif, perbuatan yang membawa jiwanya kepada ketenangan dam kebahagiaan. Sebagai contoh beribadah, jalan-jalan, membaca, belajar dan banyak lainnya. Namun kelalaian akan nikmat yang besar dari Allah haruslah terus diwaspadai sebab dengan itulah banyak manusia lupa akan adanya ajal yang akan merenggut setiap mereka yang bernyawa.
“Jika engkau belum mempunyai ilmu, hanyalah prasangka, maka milikilah prasangka yang baik tentang Tuhan.
Begitulah caranya!
Jika engkau hanya mampu merangkak, maka merangkaklah kepada-Nya!
Jika engkau belum mampu berdoa dengan khusyuk, maka tetaplah
persembahkan doamu yang kering, munafik dan tanpa keyakinan.
Karena Tuhan, dengan rahmat-Nya akan tetap menerima mata uang palsumu!
Jika engkau masih mempunyai seratus keraguan mengenai Tuhan, maka kurangilah menjadi sembilan puluh sembilan saja.
Begitulah caranya!
Wahai pejalan! Biarpun telah seratus kali engkau ingkar janji, ayolah datang, dan datanglah lagi!
Karena Tuhan telah berfirman: “Ketika engkau melambung ke angkasa ataupun terpuruk ke dalam jurang, ingatlah kepada-Ku, karena AKU-lah jalan itu.”
Syair Rumi diatas menjelaskan akan begitu luasnya kasih sayang Allah kepada hambanya. sayang Tuhan senantiasa menciptakan kebahagiaan, kedamaian, dan ketenangan. Besar atau kecilnya kesalahan yang telah kita perbuat, tetaplah berpikir positif bahwa Allah dengan rahmat-Nya akan mengampuninya. Sebab dengan berprasangka baik menjadi awal perjalanan menuju cinta dan keyakinan yang lebih dalam.
Adapun cara untuk mencapai cinta dan keyakinan yang mendalam ialah dengan melaksanakan perintah Allah SWT. Meskipun dalam prosesnya harus merangkak dalam keimaman, doa yang terasa kering jauh dari kekhusyukan, bahkan sering kali mengulangi kesalahan yang sama, tetaplah berupaya mendekat kepada-Nya. Karena Allah yang maha rohmah tetap menerima setiap upaya, meski itu tampak lemah atau dipenuhi keraguan. Satu langkah kecil ke arah-Nya lebih berarti daripada seratus langkah mundur.
Dalam menempuh perjalanan spiritual manusia tidaklah dituntut untuk sempurna, sebab rahmat tuhan telah mencakup semuanya. Bahkan keraguan masih berkuasa dalam hati, sedikit saja pengurangan dalam keraguan merupakan tanda akan kemenangan. Tuhan adalah tempat kembali. Maka teruslah berusaha untuk mendekat kepada Allah dengan cara apa pun dalam keadaan apa pun sesuai kapasitas kita.
Melalui pemaknaan dan perenungan secara mendalam terhadap syair Rumi dalam proses muhasabah, dapat membuat hati siapa saja menjadi terbuka dan ketenangan jiwa sebab kasih sayang Tuhan akan didapatkan. Meski begitu tujuan utama dari syair diatas bukan sebatas paham akan makna namun upaya untuk selalu melawan diri dalam melakukan kebaikan dan meninggal keburukan. Sebab, Tuhan telah berkata, tak peduli sejauh apa pun manusia terbang atau terjatuh, jalan menuju-Nya selalu terbuka. Wallahu a’lam bishawab.