Wiwik Setiyani Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, UIN Sunan Ampel, Surabaya

Sedekah Centelan: Inovasi Sedekah di Masa Pandemi

2 min read

Siang itu terik matahari terasa menyengat melewati jalan raya Gunungsari Wiyung, Surabaya terpampang baliho ‘Sedekah Centelan’. Rasa penasaran untuk mencari informasi tentang kegiatan dimaksud menjadi tertantang menggalinya. Usut punya usut kegiatan tersebut sudah berlangsung sejak satu tahun yang lalu pada masa pandemi yakni, sebelum Ramadhan tahun ini. Aktivitas Sedekah Centelan menjadi bagian dari aksi sosial yang dilakukan pengurus masjid al-Karomah di Gunungsari Wiyung.

Tujuan dari program Sedekah Centelan tidak lain adalah untuk memberikan bantuan kepada sesama dengan tanpa adanya kontak fisik secara langsung. Kegiatan bersedekah bagian dari amal ma’ruf nahi mungkar sebagaimana ajaran Islam agar, saling tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa dan jangan tolong menolong dalam kemungkaran’ (QS. Al-Maidah:2).

Saya melihat bahwa kegiatan sosial ini tergolong unik. Ia tidak membatasi dengan kriteria khusus, baik bagi orang yang ingin berbagi maupun yang ingin mengambil sedekah yang disediakan.

Umumnya, bentuk barang yang disedekahkan berupa sembako. Bapak Imam, selaku ketua yayasan al-Karomah, menjelaskan bahwa semula Sedakah Centelan ini berupa nasi bungkus yang disediakan setiap hari Jumat yang jumlahnya mencapai 1200 bungkus. Karena jumlah yang begitu banyak dan selalu tidak dapat habis, pengurus masjid pun merasa itu nasi nasi bungkus tersebut akan menjadi mubadzir (basi) jika tidak didistribusikan. Sehingga, program nasi bungkus diubah menjadi Sedekah Centelan dalam bentuk sembako yang dinilai lebih efektif dan bernilai manfaat serta tidak takut basi dan bisa dibawa pulang.

Ternyata, program sosial ini menarik perhatian masyarakat sekitar sehingga banyak orang-orang sengaja lewat di jalan tempat Sedekah Centelan disediakan hanya untuk ikut bersedekah, atau sebaliknya, untuk mengambil manfaat dari program social ini.

Baca Juga  Peran Orang Tua dalam Menumbuhkan Gemar Membaca Anak Indonesia di Tengah Pandemi Covid-19

Saya melihat bahwa, sebenarnya masyarakat tidak hanya mendapatkan sedekah yang diinginkan dari barang yang telah disiapkan,  tetapi ada  hal yang jauh lebih penting lagi yakni, melalui program ini, pengurus masjid telah berhasil memakmurkan masjid dan menjadikannya sebagai rumah singgah bagi para jamaah.

Pendek kata, melalui program ini, masyarakat dapat melaksanakan sholat dengan senang dan mendapatkan sedekah yang tak terduga seperti dalam firman Allah yang artinya: rizki yang tidak disangka-sangka (QS. At-thalaq: 3).

Melihat begitu tingginya antusias masyarakat, pengurus masjid al-Karomah akhirnya memutuskan untuk terus melanjutkan kegiatan tersebut di bulan Ramadhan ini. Terlebih lagi kondisi pandemi yang belum berakhir, hal itu menjadi satu jalan kebajikan yang mampu menggugah hati masyarakat.

Sedekah Centelan menjadi salah satu gerakan perubahan masyarakat untuk melakukan aksi sosial. Aksi tersebut berupa tanggapan atau respon mekanis terhadap kondisi yang menggugah hati masyarakat karena, norma-norma dan nilai-nilai sosial (Talcott Parsons, 1979). Tindakan sosial pengurus masjid al-Karomah telah memberikan stimulus kepada masyarakat lainnya untuk turut berpartisipasi dalam sedekah centelan.

Pengurus masjid mengorganisir barang-barang, khususnya sembako, dan dikemas ke dalam kantong kemudian dicentelkan di stand yang telah disediakan. Setiap kantong diberikan tanda atau label untuk memudahkan mengidentifikasi barang yang dibutuhkan. Masyarakat yang ingin bersedekah atau mengambil sedekah dapat berkomunikasi dengan pengurus masjid yang standby di sana.

Tidak bisa dipungkiri bahwa strategi dalam menjalankan aksi sosial ini telah mampu memberikan bantuan kepada masyarakat dengan tepat sasaran karena mereka menjemput dan dapat memilih barang-barang sesuai dengan apa yang mereka butuhkan.

Upaya pengurus masjid melalui Sedekah Centelan merupakan varian baru dari cara-cara bersedekah. Keunikan dalam membaca kebutuhan masyarakat agar, tepat sasaran merupakan bagian dari menyentuh hati masyarakat untuk tetap peduli dengan sesama.

Baca Juga  Najwa Shihab, Buku, dan Maulid

Bulan Ramadhan dianggap sebagai moment yang tepat untuk meningkatkan ketaqwaan melalui ibadah sosial telah dimanfaatkan secara maksimal oleh pengurus masjid al-Karomah dengan melanjutkan kegiatan sedekah centelan sebagai cara mendekatkan umat antara yang satu dengan lainnya. Pendekatan secara batiniah yang memiliki kekuatan lebih dalam, untuk selalu dekat dan senantiasa bersyukur kepada Allah swt.

Pada Ramadhan tahun ini, Sedekah Centelan disiapkan dengan cara yang agak berbeda, diorganisir oleh pengurus masjid, yang mana sembako dan nasi bungkus disediakan secara langsung doleh yayasan al-Karomah. Setiap harinya, pengurus masjid menginformasikan kepada jamaah yang ingin sedekah dengan sembako disediakan paket dari Rp. 10.000,- sampai Rp. 150.000,-. Para donatur pun dapat memilih paket sembako sesuai dengan kemampuan mereka tanpa repot untuk menyediakan barang dan yayasan Al Karomah menyiapkan barangnya, diambil dari toko milik yayasan al-Karomah.

Melalui aksi sosial ini, saya melihat bahwa para jamaah tidak hanya dituntun untuk menjadi saleh secara ritual saja, namun juga saleh secara sosial.

Akhirnya, kondisi pandemi di bulan Ramadhan tahun tidak menjadi sebuah penghalang untuk meningkatkan ibadah kepada Allah. Alih-alih, bagi masyarakat Gunungsari, Surabaya, khususnya mereka yang tinggal di sekitar masjid al-Karomah, Ramadhan ini justru menjadi ajang menerjemahkan kesalehan sosial secara kongkrit dengan Sedekah Centelan yang kreatif dan inovatif serta efektif dan efisien. [AA]

Wiwik Setiyani Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, UIN Sunan Ampel, Surabaya