Di era digital yang penuh dengan perubahan dan kemajuan teknologi, sosialisasi agama menjadi semakin penting dengan beberapa alasan utama.
Perubahan dalam pendidikan yang semakin mengadopsi teknologi digital membutuhkan pemahaman agama yang sesuai dengan perkembangan masyarakat, memfasilitasi penerapan nilai-nilai agama dalam konteks digital, dan mengurangi hambatan-hambatan yang dapat mengganggu.
Selain itu, era digital juga memperkenalkan konsep multikulturalisme yang memerlukan pemahaman dan penghargaan terhadap persamaan, perbedaan, dan keunikan agama-agama, serta mendukung upaya untuk mengatasi konflik antaragama dan menciptakan perdamaian (Mariah, 2018).
Dalam konteks kesehatan mental, sosialisasi agama menjadi landasan kuat bagi individu dan keluarga dalam menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh teknologi, sementara dalam moderasi beragama, sosialisasi agama dapat mengurangi konflik dan menciptakan perdamaian dalam masyarakat yang heterogen.
Dakwah digital dan literasi digital juga menjadi bagian penting dari sosialisasi agama di era digital, memungkinkan penggunaan teknologi dengan bijak dan produktif serta membawa kebaikan yang dikehendaki oleh agama (Fathurrrahman et al., 2021).
Sosialisasi agama sebagai pencegah kejahatan internet pada anak sangat penting di era digital. Hal ini terbukti dengan kontribusinya dalam mencegah kejahatan cybercrime seperti perundungan, ujaran kebencian, dan praktik prostitusi melalui media elektronik.
Selain itu, sosialisasi agama juga membantu anak memahami literasi digital yang diperlukan untuk menggunakan media dengan bijak dan cerdas. Peran orang tua dalam mengontrol penggunaan internet anak, menjaga kerukunan antarumat beragama, mengajarkan penggunaan sosial media secara etis, serta mencegah kejahatan seperti ujaran kebencian, semuanya didukung oleh sosialisasi agama (Sakban et al., 2018).
Maka dari itu, sosialisasi agama tidak hanya mengurangi risiko kejahatan internet, tetapi juga membantu anak memahami nilai-nilai yang penting dalam kehidupan mereka. Enam contoh kejahatan siber yang melibatkan anak-anak ditemukan oleh Direktorat Reserse Kriminal Polda Metro Jaya pada Mei 2016.
Dalam kasus ini, pelanggaran tersebut banyak dilakukan oleh pelaku remaja. Enam dakwaan tersebut antara lain prostitusi online, penghasutan melalui Facebook, peretasan Instagram, pornografi, penipuan online, dan ancaman bom.
“Dari 6 kasus tersebut, 5 anak di bawah umur menjadi pelaku dan 2 anak di bawah umur menjadi korban,” ujarnya. Salah satu contohnya adalah peretasan akun Instagram VB (berusia 20-an) yang dilakukan oleh seorang siswi SMA berusia 17 tahun. Pelaku membajak akun Instagram VA, lalu berjanji akan mengembalikan akun korban seperti semula dengan meminta sejumlah uang sebagai imbalannya.
Kasus kejahatan internet lainnya yang melibatkan remaja berusia 17 tahun, menurut Hengki Haryadi, Wakil Direktur Reserse Kriminal Polda Metro Jaya AKBP, adalah kasus pornografi. Akibat perbuatan pelaku, korban dikeluarkan dari sekolah karena foto korban berseragam sekolah beredar di situs pornografi sehingga membuat pihak sekolah waspada.
Tentu saja hal ini menimbulkan kekhawatiran serius terhadap masa depan generasi muda di negara kita. Polda Metro Jaya terus berupaya memantau internet dan bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk melarang situs-situs yang memuat materi pornografi untuk mengantisipasi hal tersebut (Amelia, 2016).
Dalam kasus kejahatan internet yang melibatkan anak di bawah umur seperti yang diungkapkan oleh Direktorat Reskrimsus Polda Metro Jaya, peran sosialisasi agama sangatlah penting dalam mengatasi fenomena ini.
Melalui sosialisasi agama, masyarakat dapat diberi pemahaman yang lebih mendalam mengenai hukum dan norma agama yang berfungsi sebagai pencegah terhadap perilaku menyimpang dari norma agama. Ini dapat membantu mengurangi kejahatan internet yang mengganggu ketertiban umum, seperti kasus hacking Instagram dan penyebaran foto pornografi di situs-situs terlarang.
Selain itu, sosialisasi agama juga membantu dalam mengawasi penggunaan media digital oleh anak-anak. Dengan pemahaman tentang kerukunan antarumat beragama, anak-anak dapat lebih mudah mengenali agama-agama lain dan menghargai perbedaan. Hal ini dapat membantu mengurangi konten negatif dan perundungan siber yang dapat memberikan dampak negatif pada anak-anak yang masih dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan.
Selanjutnya, sosialisasi agama juga berperan dalam mengajarkan anak-anak untuk menggunakan sosial media secara bijak dan memahami etika berinternet, seperti netiket dan menyadari bahwa perundungan siber adalah tindakan yang salah (Wulan et al., 2021). Dengan demikian, anak-anak dapat lebih berhati-hati dalam berinteraksi di dunia maya dan tidak terlibat dalam perilaku yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Selain itu, sosialisasi agama juga membantu anak-anak untuk memahami dan menjaga kepentingan umum dari segala jenis gangguan yang disebabkan oleh penyalahgunaan informasi elektronik dan transaksi elektronik.
Hal ini dapat membantu mengurangi kejahatan online yang melibatkan anak-anak baik sebagai korban maupun pelaku, seperti kasus-kasus perjudian online, cyber bullying, trafficking, dan penipuan online yang dapat merugikan banyak pihak (Wulan et al., 2021).
Maka dari itu, sosialisasi agama memiliki peran yang signifikan dalam mengatasi kejahatan internet pada anak di bawah umur, karena tidak hanya memberikan pemahaman tentang norma-norma agama yang dapat mencegah perilaku menyimpang, tetapi juga membantu anak-anak menggunakan media digital dengan bijak, memahami etika berinternet, serta menjaga kepentingan umum dan kerukunan antarumat beragama.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat dipahami bahwa pentingnya sosialisasi agama dalam mengatasi kejahatan internet pada anak di era digital. Sosialisasi agama memiliki peran yang krusial dalam mengedukasi masyarakat tentang norma-norma agama sebagai pencegah perilaku menyimpang.
Selain itu, sosialisasi agama membantu mengawasi penggunaan media digital, mengajarkan anak-anak menggunakan sosial media dengan bijak, dan memahami etika berinternet. Hal ini penting untuk mengurangi konten negatif dan perundungan siber yang merugikan anak-anak.
Selanjutnya, sosialisasi agama juga membantu dalam menjaga kerukunan antarumat beragama dan memahami kepentingan umum dalam menghadapi gangguan yang disebabkan oleh kejahatan online. Oleh karena itu, sosialisasi agama memiliki peran yang signifikan dalam melindungi anak-anak dari kejahatan internet serta membantu mereka memahami nilai-nilai yang diinginkan dalam kehidupan mereka. [AR]