Akhmad Siddiq Dosen Studi Agama-agama, bergiat di Moderate Muslim Institute UIN Sunan Ampel Surabaya

Ater-Ater, Tradisi yang Merekatkan dan Mendekatkan Masyarakat Madura

2 min read

Pada momen-momen tertentu yang dianggap penting, masyarakat Madura mementaskan sebuah tradisi bernama ter-ater. Sebuah tradisi yang mengekspresikan keramahtamahan, solidaritas dan soliditas sebagai sebuah bangsa. Biasanya, tradisi ter-ater dilakukan pada hari-hari penting sosial keagamaan, seperti Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, Maulid Nabi dan Muharram. Tradisi ini dilakukan dengan cara saling memberi dan mengantar makanan antar tetangga, kerabat atau handai taulan.

Masyarakat Madura secara turun temurun mewarisi tradisi ini sebagai ritual sosial-keagamaan. Karena identitas keislaman yang kental dalam masyarakat Madura, sebagian orang merujuk akar tradisi tersebut kepada norma-norma agama Islam yang mendedahkan anjuran bersedekah dan saling memberi antar sesama. Ater-ater lahir sebagai ekspresi kesalehan dan ketaatan umat Muslim Madura terhadap ajaran Islam. Misalnya, anjuran agama untuk berbuat baik dan saling tolong menolong antar tetangga. Rasulullah bersabda, “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah memuliakan tetangganya.” (HR.Bukhari Muslim)

Kebertetanggaan (neighborhood) seperti ini sejak lama telah mengakar kuat dalam kultur masyarakat Madura sebagai bangsa pelaut. Kurt Stenross dalam disertasinya The Seafarers and Maritim entrepreneurs of Madura (2007) secara implisit menjelaskan kokohnya perilaku guyub masyarakat Madura. Militansi dan etos kerja mereka yang disimbolkan sebagai asapo’ angin abhental ombha’ (berselimut angin berbantal ombak) tidak bisa dilepaskan dari kultur saling tolong dan saling bantu.

Budaya atatolong (saling membantu) dan gotong-royong dengan tetangga merupakan karakter dasar masyarakat Madura. Dalam struktur sosial masyarakat Madura, tetangga ditempatkan sebagai elemen terdekat dalam landskap kehidupan sosial. Di dalam salah satu peribahasa Madura, tetangga dipandang sebagai “orang yang akan mengurusi pekuburan kita” (sapah se ngobhurakinah mon benni tatanggeh).

Tetangga adalah orang yang paling dekat dengan kita, mendengar keluh kesah, curhat, atau teriakan kita. Dengan kata lain, kedekatan geografis dengan tetangga telah ikut andil menumbuhkan budaya saling tolong dan saling bantu. Teritori berperan besar dalam konteks ini. Bagi masyarakat Madura, tetangga diyakini bisa mengisi—atau menggantikan—peran saudara dan kerabat yang tinggal jauh terpisah dari rumah kita.

Baca Juga  Buku-buku yang Menghakimi Ritual Nahdliyyin

Dalam pusaran gaya hidup modern, kebertetanggaan seringkali menjadi hal yang terlupakan. Individualisme menjelma sikap hidup yang menggeser peran-peran kebertetanggaan hingga batas paling ekstrem. Masyarakat modern cenderung bersikap eksklusif terhadap tetangga, sebab hubungan yang mereka bangun tidak lagi berdasar pada kedekatan geografis, tetapi lebih kepada kedekatan emosional dan pertimbangan pragmatis.

Kata John Raines (2009), masyarakat modern lebih mengacu kepada gaya hidup pertemanan (friendship) daripada kebertetanggaan (neighborhood). Bagi mereka, struktur pertemanan dibangun lebih berdasar pada intimitas dan pertimbangan-pertimbangan pragmatis, bukan kalkulasi geografis. Dalam struktur masyarakat modern, seseorang akan cenderung bersikap acuh terhadap tetangga yang tidak ia kenal dekat serta tidak memiliki hubungan kerja, tetapi bersikap sebaliknya kepada teman kerja meski ia tinggal dalam jarak yang jauh secara geografis.

Budaya ter-ater memangkas jarak antara keduanya. Ia menjadi media komunikasi yang merekatkan kebertetanggaan (neighborhood) menjadi tak terpisahkan dengan pertemanan (friendship). Menjadi tetangga, bagi masyarakat Madura, adalah sekaligus menjadi teman. Kedekatan geografis adalah sekaligus kedekatan emosi. Dalam tradisi ter-ater, intimitas terbangun di atas dua unsur penopang: geografi dan emosi. Ater-ater melahirkan sebuah sikap hidup baru, yakni persaudaraan (brotherhood) yang menggabungkan unsur kedekatan teritorial dan kedekatan pertemanan ke dalam satu attitude.

Sikap kebertetanggaan dalam tradisi Ater-ater secara simbolik telah berhasil menepikan sentimen superioritas-inferioritas. Orang yang miskin tidak malu untuk mengantar makanan mereka kepada tetangga yang lebih kaya, dan meraka yang kaya tidak arogan untuk pamer makanan kepada tetangga yang lebih miskin. Komposisi makanan dalan hantaran ter-ater tidak menjadi fokus, melainkan nilai silaturrahmi dan keterjagaan hubungan antar tetangga dan handai taulan.

Meski demikian, pada momen-momen tertentu komposisi makanan dalam tradisi ter-ater disesuaikan dengan konteks dan pakem tradisi lokal. Di bulan Muharram, misalnya, makanan dalam ter-ater adalah tajin sorah, yakni bubur beras bersantan yang atasnya ditaburi irisan telor goreng, kacang dan mie. Sementara di bulan Safar ter-ater berisi tajin safar, yaitu bubur dua warna (putih dan coklat) yang terbuat dari tepung beras dan gula merah.

Baca Juga  Qada' dan Qadar Dalam Pandangan Gus Baha'

Praktik dari tradisi ter-ater juga berevolusi. Dulu, secara konvensional masyarakat Madura melakukan ter-ater dengan menggunakan talam (nampan) berisi piring-piring yang memuat makanan dan diusung di atas kepala. Kebiasaan tersebut mewariskan kemampuan membawa barang di atas kepala—tanpa menggunakan tangan—yang hingga saat ini masih bisa kita lihat pada penjual sate keliling. Belakangan, sebagian masyarakat Madura beralih menggunakan rantang (wadah makanan bertingkat) sebagai tempat untuk membawa ter-ater.

Yang menarik, meski sebagian orang mulai naik motor untuk mengantar ter-ater, sebagian yang lain masih melakukan tradisi itu dengan cara berjalan bersama (long march) menuju rumah kiai lokal, misalnya, terutama pada hari raya Idul Fitri atau Idul Adha. Iring-iringan perempuan pengantar ter-ater tersebut mengingatkan kita bahwa warisan budaya senantiasa harus dikawal dan dirawat agar tetap lestari. []

Akhmad Siddiq Dosen Studi Agama-agama, bergiat di Moderate Muslim Institute UIN Sunan Ampel Surabaya

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *