Ahmad Syahrul Ansori Alumni Ponpes Mambaus Sholihin, Gresik.

Kisah Alqamah, Antara Mendahulukan Ibu atau Istri

2 min read

Khutbah I

أَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ بَعَثَ النَّبِيَّ بَهْجًا، أَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ جَعَلَنَا اَزْوَاجًا، اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِي وَفَّقَنَا بِالْاِسْلَامِ سِرَاجًا، نَحْمَدُ عَلَى مَا أَنْعَمَ، وَنَشْكُرُ مَا مَنَّ. نُصَلِّى وَنُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ المُصْطَفَى، وَأَلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَ الوَفَاء. أَمَّا بَعْدُ، يَا أَيُّهَا المُسْلِمِينَ أُصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الكَرِيِمِ: وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُوۤاْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِٱلْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ ٱلْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيماً

Jemaah salat Jumat rahimakumullah,

Hari ini, Terkadang kita terjebak permasalahan spekulatif sekaligus menjebak. Salah satu pertanyaan tersebut misalnya adalah “Siapakah yang kita dahulukan antara ibu atau istri?” yang seakan mengharuskan kita memilih salah satu dari keduanya.

Alih-alih menjawab, Khatib mengajak untuk mencari jawaban tersebut melalui kisah Alqamah.

Jemaah salat Jumat yang dirahmati Allah,

Dikisahkan dalam kitab Tanbigul Ghafilin, pada masa Nabi Muhammad saw. ada seorang pemuda yang rajin bersedekah dan beribadah. Ia adalah Alqamah. Alkisah, menjelang ajalnya, ia sakit keras dan saat naza’ ia mengerang kesakitan tidak karuan.

Sang istri kemudian memberitahukan kondisi sang suami kepada Nabi Muhammad saw, berharap beliau berkenan untuk mendoakan dan menuntun sang suami membaca kalimat tahlil.

Nabi kemudian mengutus empat sahabatnya; Ali bin Abi Tholib, Bilal bin Rabbah, Salman, dan Ammar menuju tempat Alqamah.

Setiba di rumah Alqamah, mereka sadar bahwa Alqamah sedang naza’. Mereka menuntun Alqamah untuk membaca kalimat tahlil. Tanpa dinyana ternyata, Alqamah tidak bisa melafalkan tahlil. Melihat kondisi tersebut, Bilal pun kembali dan melaporkan kondisi Alqamah kepada Nabi.

Nabi bertanya kepada para sahabat, “Apakah Alqamah memiliki orang tua?” Sahabat lainnya menjawab, bahwa Alqamah masih memiliki ibu yang sudah tua. Kemudian, Bilal diperintah untuk menghadap kepada ibunya sembari menyampaikan salam dari Nabi.

Jemaah salat Jumat yang dirahmati Allah,

Ibu Alqamah menyadari kehadiran Bilal atas perintah Nabi Muhammad saw. Sang ibu pun tidak sampai hati jika Nabi Muhammad saw yang akan mendatanginya. Sang ibu mengambil tongkat sembari berjalan perlahan menghadap Nabi Muhammad saw.

Baca Juga  Khutbah Jumat: Semangat Pemuda untuk Kesetaraan dan Anti Perundungan

Nabi Muhammad saw. memperingatkan ibu Alqamah saat ia tiba.

Berkatalah jujur, kalau engkau membohongiku Allah Swt. akan menurunkan wahyu! Apa yang terjadi dengan Alqamah?

Hadirin salat Jumat rahimakumullah,

Sang ibu menceritakan kebaikan-kebaikan sang anak, sosok yang rajin beribadah, rajin salat, suka berpuasa, dan senang bersedekah. Hampir tergolong sebagai muslim yang baik dan saleh.

Nabi lantas melanjutkan pertanyaan berikutnya kepada sang ibu.

Bagaimana hubunganmu dengan Alqamah?” Seketika sang ibu menjawab dengan nada emosional.

Wahai Rasullullah, sungguh aku sangat benci padanya!

Kenapa bisa demikian?” Nabi meminta keterangan dari sang ibu.

Hadirin yang diberkahi oleh Allah Swt.,

Mari kita renungkan persaksian ibu Alqamah, dan sabda Nabi Muhammad saw.

Karena ia (Alqamah) lebih mementingkan istrinya, mengikuti kehendak-kehendak istrinya, bahkan ia berani membangkang padaku!”

Setelah mendengarkan penjelasan Ibu Alqamah, Nabi pun bersabda,

شُخْطُ اُمّهِ حَجَبَ لِسَانَهُ عَنْ شَهَادَةِ أنْ لَا اِلَهَ اِلَّا الله

Kemarahan ibunya menghalangi lisannya untuk dapat melafalkan, La Ilaha Illa Allah

Seketika, situasi semakin dramatis Nabi memerintahkan sahabat Bilal untuk mengumpulkan kayu bakar. Sang Ibu heran dengan maksud Nabi mengumpulkan kayu bakar guna membakar sang anak, lalu ia pun protes sebelum Bilal menjalankan perintah sang Nabi,

Wahai Nabi Muhammad, Alqamah adalah anakku, ia adalah buah hatiku. Mengapa engkau akan membakarnya di hadapanku; bagaimana aku bisa menanggung kesedihanku?

Wahai ibu Alqamah, sungguh azab Allah itu lebih pedih dan kekal. Sungguh kelapangan hatimu membuat ia diampuni oleh Allah, ridailah anakmu! Sungguh demi Zat yang memegang nyawaku, tidak ada manfaatnya ia salat dan sedekah selagi engkau membencinya!

Baca Juga  [Khutbah Idul Adha] Selembar Kisah Abadi: Pengorbanan Suci dan Cinta Sejati

Jemaah salat Jumat yang dicintai Allah,

Dari kisah tersebut, kita dapat mengambil hikmah bahwa Nabi sangat menegaskan betapa pentingnya berbuat baik kepada orang tua. Saking pentingnya, Allah berulang kali berpesan dalam Al-Qur’an untuk berbakti pada orang tua. Salah satunya dalam Surah Al-Isra’ ayat 23:

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُوۤاْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِٱلْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ ٱلْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيماً

Tuhanmu telah memerintahkan agar engkau jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua. Jika keduanya atau salah satunya mencapai usia lanjut, maka jangan sekali-kali engkau katakan kepada mereka “ah” dan membentak mereka. Berbicaralah kepada keduanya dengan perkataan yang baik!

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Ibu Alqamah pun bersimpuh di hadapan Rasulullah seraya memohon,

Wahai Rasulullah, aku bersaksi atas nama Allah, atas nama engkau wahai Rasulullah, dan atas orang-orang yang hadir. Sungguh aku rida memaafkan Alqamah.

Berkat kebesaran hati dan rida sang ibu, Alqamah pun kemudian dapat melafalkan kalimat  tahlil sesaat sebelum hembusan nafas terakhirnya. Masyallah, Maha besar Allah yang mensyariatkan bakti kepada orang tua.

Setelah pemakaman Alqamah, Nabi Muhammad saw. berdiri di pusaranya seraya bersabda:

يَا مَعْشَرَ المُهَاجِرِينَ وَالأَنْصَارِ، مَنْ فَضَّلَ زَوْجَتَهُ عَلَى أُمِّهِ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ، وَلَا يُقْبَلُ مِنْهُ صَرْفٌ وَلَا عَدْلٌ يَعْنِى الفَرَائِضَ وَالنَّوَافِلَ

Wahai kaum Muhajir dan Ansor. Barang siapa yang lebih mementingkan (urusan) istri daripada sang ibu maka ia mendapatkan laknat Allah, perbuatan dan amalnya tidak diterima yakni ibadah fardu dan ibadah sunah.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Pesan Nabi kala di samping pusara Alqamah mengingatkan kita sebagai kepala keluarga sekaligus anak, agar dapat berbakti kepada orang tua dan tidak membangkang pada orang tua, beruntung bisa membahagiakan dua sosok wanita mulia; sang ibu dan istri.

Islam menata sedemikian rupa hak orang tua dan hak istri. Kedua sosok wanita mulia itu, ibu dan istri wajib kita bahagiakan sesuai kapasitas dan kemampuan masing-masing, sungguh keduanya adalah kunci kebahagian dunia dan akhirat. Seorang istri tidak berhak menginterupsi sang suami untuk berbakti pada orang tua, seorang suami yang baik tentu harus memberikan hak istri secara adil.

Baca Juga  Khutbah: Lelah dalam Menghadapi Suatu Masalah? Tenang, Kemudahan Pasti Akan Ada

Hadirin salat Jumat yang dirahamati oleh Allah Swt.,

Khatib menutup khutbah dengan kalam hikmah,

تَرْكُ الدُّعَاءِ لِلْوَالِدَيْنِ يُضَيِّقُ الْعَيْشَ عَلَى الوَالِدِ

Meninggalkan doa untuk kedua orang tua, adalah sebab kesusahan kehidupan seorang anak.

Semoga Allah Swt. memberikan pertolongan kepada kita untuk menjalankan kewajiban sebagai anak sekaligus suami dengan baik dan adil.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَاء. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا وَ بَلَدِ فَلَسْطِيْنَ خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْر

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر.

Ahmad Syahrul Ansori Alumni Ponpes Mambaus Sholihin, Gresik.