Khutbah I
اَلْحَمْد للهِ وَاسِعِ الْفَضْلِ جَزِيْلِ النِّعَمِ بَاعِثِ نَبِيِّهِ محمد صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِجَوَامِعِ الْكَلَامِ، وَبَدَائِعِ الْحِكَمِ. أَرْسَلَهُ لِلنَّاسِ كَافَّةً بَشِـيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيًا إِلَيْهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا، فَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَأَدَّى الْأَمَانَةَ وَجَاهَدَ فِيْ رَبِّهِ جِهَادًا كَبِيْرًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، وَعَلَى آلِهِ الَّذِيْنَ أَذْهَبَ اللهُ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرَ تَطْهِيْرًا، وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ كَانَ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ فِيْ الْاِقْتِدَاءِ نُجُمًا نِيْرًا. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يٰأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوباً وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوۤاْ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Jemaah salat Jumat rahimakumullah,
Sebagai Pembuka khutbah, khatib berpesan untuk berusaha meningkatkan ketakwaan kepada diri khatib pribadi khususnya, dan kepada jama’ah umumnya.
Hari ini, kita sedang diterpa berbagai problematika masyarakat, termasuk berbagai isu menjelang tahun politik juga menambah hiruk-pikuk dinamika sosial masyarakat, ketimpangan hukum, diskriminasi kelompok minoritas, dan maraknya perundungan.
Ma’asyiral muslimin yarhamkumullah,
Bulan lalu kita disuguhkan fenomena miris, terjadi perundungan terhadap guru dari para siswanya di salah satu daerah. Allah SWT berfirman dalam surah al-Hujurat ayat 13:
يٰأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوباً وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوۤاْ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Wahai Manusia! Sungguh kita ciptakan kalian, dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Agar kalian dapat saling mengenal. Sungguh yang paling mulia di antara kalian adalah yang paling bertakwa, sungguh Allah Maha Mengetahui, juga Mahateliti.”
Ayat ini menjelaskan bahwa sejatinya kita sebagai manusia adalah sama, bahwa yang membedakan antara kita dengan yang lain adalah ketakwaan kita di hadapan Allah SWT, seperti yang dikemukakan oleh Syekh Nawawi al-Bantani dalam tafsirnya, bahwa semua manusia asalnya dari satu pasangan, Nabi Adam dan Siti Hawa Alaihima al-salam. Sehingga semua manusia sama tanpa perlu kebanggaan pada nasab keturunan. Demikian penjelasan pada Marah Labid.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Kalau pada tahun 1948 M. nilai-nilai hak manusia baru didemonstrasikan dalam piagam The Universal Declaration of Human Rights, pada abad ke-7 Nabi Muhammad SAW sudah mendeklarasikan hak-hak persamaan manusia, dalam Nabi Muhammad SAW bersabda sedang duduk di atas unta,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ أَلَا لَا فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى عَجَمِيٍّ وَلَا لِأَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ إِلَّا بِالتَّقْوَى خَيْرُكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Wahai Manusia! Sungguh Tuhan kalian satu, bapak kalian satu! Ingatlah bahwa tidak lebih utama bagi orang Arab daripada orang Ajam (selain Arab), begitupun tidak juga lebih utama yang berkulit hitam daripada berkulit kemerahan. Kecuali ia yang bertakwa, yang paling baik diantara kalian adalah yang paling bertakwa!”
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Hadis ini menjelaskan kepada kita bahwa seluruh manusia adalah sama; memiliki hak sama, memiliki nasab yang berpusat pada Nabi Adam, dan Siti Hawa. Kita semua sama, baik si miskin dan si kaya, baik si pintar dan si bodoh, baik yang sehat dan sakit, baik si pejabat dan rakyat, baik si tua dan si muda, baik laki-laki dan perempuan, baik si sehat dan si difabel. Semuanya sama di hadapan Allah SWT, hanya kadar ketaqwaan yang membedakan di sisi Allah.
Jamaah sidang Jumat yarhakumullah.
Persamaan hak sebagai manusia harus kita sadari betul, bahwa di antara kita semuanya sama. Namun boleh jadi, di antara kita ada sebagian saudara kita yang memeiliki kebutuhan khusus dan keterbatasan fisik, difabel. Bagaimanapun mereka memiliki hak yang sama, sebagai warga negara juga sebagai insan ilahi.
Bahkan hari ini kita disuguhkan dengan keagungan Allah SWT, bahwa kita yang sempurna secara fisik, tidak lebih beruntung seperti saudara-saudara kita yang difabel. Banyak dari mereka yang memiliki prestasi, dan kemampuan di atas kita.
Sungguh sebagai pemuda, khatib merasa perlu mengingatkan diri khatib juga kepada para pemuda, untuk selalu bersyukur dengan kesehatan jasmani yang kita peroleh. Bahwa dari sebagian saudara kita ada yang ditakdir memiliki kebutuhan khusus, difabel, maka kita tetap harus menghormati hak dan membantu untuk pemenuhannya sehingga tidak mengalami diskriminasi.
Jangan sampai kita menganggap remeh, hina bahkan mencemooh saudara kita itu! Allah SWT berfirman dalam surat al-Hujurat ayat 1:
يٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ آمَنُواْ لاَ يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰ أَن يَكُونُواْ خَيْراً مِّنْهُمْ وَلاَ نِسَآءٌ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰ أَن يَكُنَّ خَيْراً مِّنْهُنَّ وَلاَ تَلْمِزُوۤاْ أَنفُسَكُمْ وَلاَ تَنَابَزُواْ بِٱلأَلْقَابِ بِئْسَ ٱلاسْمُ ٱلْفُسُوقُ بَعْدَ ٱلإَيمَانِ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُوْلَـٰئِكَ هُمُ ٱلظَّالِمُونَ
“Wahai orang-orang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-ngolok kaum yang lain, karena boleh jadi mereka (yang dicemooh) lebih baik daripada mereka (yang mencemooh). Jangan pula perempuan-perempuan (mencemooh) perempuan yang lain, karena boleh jadi mereka (yang dicemooh) lebih baik daripada mereka (yang mencemooh). Janganlah kamu mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruknya panggilan adalah panggilan fasik setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”
Ma’asyiral muslimin yarhakumullah,
Pesan dari ayat tersebut, sebagai manusia beriman sedapat mungkin memegang teguh nilai-nilai persamaan. Terlebih para pemuda, generasi millennial, karena pemuda adalah aset masa depan bangsa dan agama. Sang bijak bestari mengingatkan kita wahai para pemuda,
اِنَّ فِى يَدِ الشُبَّانِ أَمْرَ الأُمَّةِ وَفِى أَقْدَامِهَا حَيَاتَهَا
“Sungguh urusan umat tergantung pada kepemimpinan kalian, dan sungguh keberlangsungan umat pula tergantung pada derap langkah para pemuda!”
Maka pemuda sebagai generasi penerus merupakan pemegang kunci atas keberlangsungan negara dan agama, khatib menyerukan kepada hadirin, bersama berperan menjaga hak-hak sesama dengan tidak mudah melemparkan bullying kepada teman, bahkan kepada orang tua atau guru.
Bersama untuk menjaga kesetaraan tanpa perundungan, siapa lagi kalau bukan para pemuda yang mengambil peran ini, karena perundungan dan pembulian adalah sebuah kezaliman.
Kita harus katakan, “No!” untuk perundungan dan bullying.
Sebagai penutup khutbah, khatib mengutip bestari dari Mu’jam al-Adiba’,
مَا وَهَبَ اللهُ لِامْرِئٍ هَبَّةً # أَفْضَلَ مِن عَقْلِهِ وَمِن أدَبِهِ
هُمَا حَيَاةُ الفَتىَ فَاِنْ فُقِدَا # فَاِنَّ فَقْدَ الحَيَاةِ أَحْسَنُ بِهِ
“Tidak ada pemberian yang lebih utama dari Allah kepada seseorang, melainkan akal dan budi pekertinya. Andai seorang pemuda hidup tanpa akal dan budi pekertinya, maka sungguh kematian lebih baik untuknya!”
Semoga kita semua diberi pertolongan untuk bersyukur, mendayagunakan akal pikiran untuk kemaslahatan, memiliki budi pekerti yang baik dan dapat beribadah secara istiqomah. Amin ya rabbal alamin
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هٰذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ