Ach. Shodiqil Hafil Santri Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura dan Dosen IAIN Kediri

[Khutbah Idul Adha] Selembar Kisah Abadi: Pengorbanan Suci dan Cinta Sejati

5 min read

Source: elwatan140.com

بسم الله الرحمن الرحيم

الله اكبر x9.

 الله أكبر كلما أحْرَمَ الحجاج من الميقات، الله أكبر كلما دخلوا فُجَاجَ مكةَ المكرمة، الله أكبر كلما طافوا بالبيت العتيق وضَجَّتِ الأصواتُ بالدعواتِ، الله أكبر كبيرا والحمد كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا، لا إله إلا الله والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد.

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ اْلأَكْبَرِ، خَلَقَ الْكَوْنَ وَدَبَّرَ، خَلَقَ اْلإِنْسَانَ ثُمَّ أَمَاتَهُ ثُمَّ أَقْبَرَ، وَأَرْسَلَ الرُّسُلَ وَأَخْبَرَ، وَأَنْزَلَ الْقُرْآنَ الْكَرِيْمَ فِيْهِ الْعِظَاتُ وَالْعِبَرُ، فَهَدَى وَأَحَلَّ وَأَمَرَ، وَنَهَى وَحَرَّمَ وَزَجَرَ، فَقَالَ فِيْ سُوْرَةِ الْكَوْثَرِ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَـنِ الرَّحِيْمِ: إِنَّآ أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ اْلأَبْتَرُ.

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ، وَهُوَ الْقَائِلُ سُبْحَانَهُ: يَوْمَ يُسْحَبُونَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ ذُوقُوا مَسَّ سَقَرَ. إِنَّا كُلَّ شَىْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ. وَمَآأَمْرُنَآ إِلاَّ وَاحِدَةٌ كَلَمْحٍ بِالْبَصرِ.

وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَهُوَ خَيْرُ الْبَشَرِ، وَصَاحِبُ الْحَوْضِ الْكَوْثَرِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ الْمُطَهَّرِ، وَعَلَى مَنْ صَاحَبَهُ وَأَزَرَهُ وَوَقَرَ، وَعَلَى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ فِيْ كُلِّ أَثَرٍ، إِلَى يَوْمِ الْمَحْشَر.

أَمَّا بَعْدُ؛ ياأيها الناس اتقوا الله رب العالمين. فالتقوى وصية الله للأولين و الآخرين، و شعار المؤمنين و دثار المتقين، قال الله تعالى فى كتابه الكريم: يا أيها الذين آمنوا اتقوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. (صدق الله العظيم)

Hadirin Jemaah Idul Adha Rahimakumullah!

Lihatlah, langit yang cerah di pagi yang indah, matahari tersenyum sumringah, semilir angin dengan ramah mengusir gerah, seakan mengajak kita untuk selalu berhamdalah. Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah yang Maha Pemurah, Tuhan yang masih memberi kesempatan kepada kita untuk beribadah, melaksanakan salat Idul Adha dengan berjemaah. Tapi apalah arti syukur tanpa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah?

Ketakwaan yang akan menjadikan kita pribadi yang mulia. Pribadi yang bisa meredam amarah di dada. Pribadi yang selalu tersenyum kepada siapa saja, dan menghadapi cobaan hidup dengan lapang dada. Pribadi yang berakhlak mulia, santun terhadap yang tua, dan ramah terhadap yang muda.

Pribadi yang menghormati kaum manula, mencintai keluarga, dan selalu berbagi dengan sesama. Subhanallah, marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah, agar hidup tidak terasa redup, agar sehat terasa nikmat, dan umur diberkahi manfaat.

Bahkan semakin bertambah usia, semakin dewasa, harusnya kita semakin bertakwa. Ajal bisa datang kapan saja, dan sebaik-baiknya bekal adalah takwa. Bukan harta, bukan tahta, bukan gelar S2 atau S3. Tetapi, takwa. Karena orang yang paling mulia di hadapan Allah adalah orang yang paling bertakwa, bukan karena sering menang lomba. Bukan juga karena berbadan gagah perkasa, atau karena berparas cantik jelita.

Tapi karena takwa. Orang yang bertakwa, tidak perlu kaya untuk menjadi mulia. Tidak perlu merasa berjasa agar dipandang manusia. Tidak perlu berdusta untuk berkuasa. Seandainya para elite Negara ini benar-benar bertakwa, maka tidak perlu ada KPK.

Jangankan berbuat, berpikir sedetik pun tidak sempat. Jangankan menjilat, mencium aroma uang haram pun langsung bertaubat. Jangankan membayar makelar, lihat pengemis di pinggiran jalan langsung istighfar. Demikianlah, siapa pun hendaknya bertakwa kepada Allah dengan sesungguhnya. Siapa yang paling bertakwa, dialah yang paling mulia.

Allah SWT berfirman:

إن أكرمكم عند الله أتقاكم إن الله عليم خبير

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. al-Hujurāt: 13)

Dalam ayat lain juga disebutkan:

وتزودوا فإن خير الزاد التقوى واتقون يا أولي الألباب

“Berbekallah kalian (dengan takwa), karena sesungguhnya sebaik-baiknya bekal adalah takwa, dan bertakwalah kepada-Ku, wahai orang-orang yang berakal.” (QS. al-Baqarah: 197)

Hadirin Jemaah Idul Adha Rahimakumullah!

Hidup terkadang seperti langit yang tak selalu biru. Kadang cerah kadang kelabu. Kadang seperti warna kupu-kupu, ada merah ada abu-abu. Juga seperti lagu, kadang indah kadang pilu. Apalagi bila kita mengingat perjalanan hidup dari keluarga Ibrahim AS yang penuh dengan perjuangan dan pengorbanan yang mengharu biru.

Baca Juga  [Idul Fitri] Sertifikasi Fitri dengan Takwa

Tentu kita masih ingat ketika seorang manusia agung, seorang khalīl Allāh, Ibrahim AS, sedang menapaki jalan terjal menuju ketinggian, menjalani detik­-detik paling menggetarkan dalam kehidupan jiwanya dan dalam segenap gelombang sejarah kemanusiaan, saat-saat ketika ia melampaui batas keraguannya dan memasuki wilayah keyakinan baru dimana ia benar-benar memutuskan untuk menyembelih putranya tercinta, Ismail AS. Dengarlah dialog antara ayah dan anak itu hingga mereka tiba pada kesepakatan besar:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ/ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ / أنِّي أَذْبَحُك َفَانْظُرْ مَاذَا تَرَى / قَالَ يَاأَبَتِ افْعَل ْمَا تُؤْمَرُ / سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ.

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu: insyaallah kau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. al-Shaffāt: 102).

Tidakkah kita melihat betapa lbrahim memanggil anaknya dengan sebutan “Bunayya: anakku tersayang?” Tidakkah kita melihat betapa Ibrahim bertanya kepada anaknya dengan hati-hati: “Cobalah pertimbangkan! Bagaimanakah pendapatmu tentang itu, nak?”

Tidakkah kita merasakan betapa Ibrahim menyembunyikan pergolakan besar yang berkecamuk di relung hatinya? Lalu lihatlah, betapa agungnya sang anak masih sanggup memanggil ayahnya dan menjawab dengan tenang: “Wahai ayahanda, lakukanlah apa yang diperintahkan Allah!” Dan betapa tegarnya sang anak ketika ia mengatakan: “Niscaya ayahanda akan mendapatiku, insyaallah, sebagai orang-orang yang sabar.”

Itulah momentum pengorbanan paling akbar dalam sejarah manusia. Itulah momentum kebesaran paling agung dalam sejarah kehidupan. Itulah hari-hari Allah! Maka dengarlah Allah berkata tentang Ibrahim AS:

وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ/ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا / قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِى / قَالَ لا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang dzalim”. (QS. Al-Baqarah: 124)

Dengarlah Allah berkata tentang Ismail AS:

وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِسْمَاعِيل / إِنَّهُ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ /وَكَانَ رَسُولا نَبِيًّا

“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang Rasul dan Nabi.” (QS. Maryam: 54)

Hadirin Jemaah Idul Adha Rahimakumullah!

Pada bulan Dzulhijjah ini, selain Haji kita juga disyariatkan untuk ber-qurban. Qurban berasal dari kata qoruba, yang berarti “dekat”. Jadi, orang yang melakukan qurban adalah orang yang ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sebagaimana yang kita ketahui ibadah qurban dalam praktiknya adalah menyembelih hewan ternak seperti unta, sapi, kerbau, atau kambing, untuk dibagi-bagikan dagingnya kepada masyarakat sekitar yang berhak menerimanya. Namun, mari kita tangkap makna filosofis dari disyariatkannya berqurban ini.

Berqurban tidak hanya menyembelih binatang, tapi lebih dari itu, berqurban adalah membunuh sifat kebinatangan dalam diri kita. Berqurban adalah bagaimana kita menjadi manusia yang bermanfaat untuk orang lain.

Berqurban adalah bagaimana kita memberikan kontribusi terhadap keberlangsungan hidup suatu umat. Berqurban adalah bagaimana kita bersungguh-sungguh untuk berbagi terhadap sesama. Berqurban tidak hanya sekedar berqurban. Apa pun bentuk pengorbanan itu harus didasari oleh nilai takwa yang tinggi terhadap Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya dalam Surah al-Hajj yang artinya:

“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhoan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah, Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Hajj: 37)

Baca Juga  [Khutbah Jumat] Seorang Muslim yang Menjadi Pewangi Bumi

Hadirin Jemaah Idul Adha Rahimakumullah!

Mari kita belajar memahami dan menangkap makna dari pengorbanan yang sesungguhnya. Karena di balik pengorbanan ada sebuah cinta. Cinta itulah yang melahirkan suatu energi positif dan kekuatan yang luar biasa dalam jiwa. Dari Siti Hajar kita bisa belajar kecintaan seorang ibu kepada anaknya, dan ketaatan seorang isteri kepada suaminya. Tidakkah kita saksikan bagaimana Siti Hajar dan bayinya harus menerima keputusan untuk tinggal di suatu lembah yang gersang, dengan ikhlas dan tanpa mengeluh? Tidakkah kita lihat bagaimana pengorbanan Siti Hajar demi mempertahankan hidup bayi mungilnya yang kehausan?

Dengan gigihnya Siti Hajar bolak-balik dari Shafa dan Marwa sampai tujuh kali demi menemukan sumber air untuk Ismail kecil yang terus menangis. Lantas apa yang menggerakkan hatinya untuk melakukan itu dengan tiada lelah dan putus asa? Tiada lain karena Cinta. Tidak cukup sampai di situ ujian Siti Hajar. Setelah Ismail cukup besar, tiba-tiba datanglah Nabi Ibrahim dengan membawa kabar perintah dari Allah SWT untuk menyembelih putranya. Lagi-lagi Siti Hajar memberi pelajaran penting bagi kita.

Siti Hajar tidak menghalang-halangi kehendak Nabi Ibrahim untuk melaksanakan perintah Allah dalam mimpinya. Siti Hajar menerima keputusan itu dengan lapang hati dan kebesaran jiwa. Siti Hajar dan Nabi Ibrahim sangat mencintai putranya, tapi mereka lebih mencintai Tuhannya, karena mereka tahu bahwa Allah yang Maha Adil dan Maha Mencintai tidak mungkin menzalimi hamba yang dicintai dan mencintai-Nya.

Dari kecintaannya kepada Allah lahirlah ketaatan. Ketaatan itu adalah wujud dari rasa cinta. Cinta harus selalu diperjuangkan, oleh karenanya cinta selalu membutuhkan pengorbanan. Sebesar apa pengorbanan yang kita berikan, sebesar itulah cinta yang kita miliki.

Hadirin Jemaah Idul Adha Rahimakumullah!

Sebagai pendidik dan orang tua, jika kita cinta kepada anak-anak kita, maka sudah seharusnya kita memberikan pengorbanan yang terbaik. Kita korbankan waktu dan tenaga kita untuk mendidik dengan ikhlas, penuh dedikasi dan tanggung jawab. Bukan karena gaji, bukan karena sertifikasi, bukan karena gengsi, tapi sungguh karena itu amanah dan ladang amal ibadah kita kepada Allah SWT. Almarhum KH. Imam Zarkasyi, Pendiri Pondok Modern Gontor, pernah berkata: “andaikata muridku tinggal satu, akan tetap kuajar, karena yang satu ini sama dengan seribu.”

Kepada para pendidik, jika anda digaji 1 juta tapi anda bekerja seperti digaji 10 juta, maka Allah yang akan membayar kekurangannya dengan kesehatan, ketenangan, kehormatan, kesejahteraan, dan sebagainya. Namun bila anda bekerja seperti orang bergaji 100 ribu, padahal anda digaji 1 juta, maka Allah pun akan menuntut sisanya dengan penyakit, masalah, kesusahan, kegalauan, dan sebagainya.

Kepada para siswa atau mahasiswa, jika anda cinta kepada guru dan orang tua anda, maka jangan sia-siakan pengorbanan mereka. Cinta harus dibalas dengan cinta. Pengorbanan hanya pantas dibayar dengan pengorbanan pula. Mereka telah mengorbankan banyak hal untuk kita, maka kita korbankan masa muda kita untuk kebahagiaan mereka.

Kita korbankan sikap kekanak-kanakan kita untuk bisa bersikap dewasa. Kita korbankan waktu hura-hura kita untuk bisa belajar serius meraih kesuksesan. Tidak peduli berapa jauh jalan salah yang anda jalani. Putar arah sekarang juga. Bangkit dan lakukan perubahan.

Hidup ini terlalu berharga jika hanya dihabiskan untuk bersantai-santai. Jangan pernah berputus asa, karena setiap tetes air hujan yang jernih berasal dari awan yang gelap. Ketahuilah, setiap orang pasti punya jatah gagal, maka habiskanlah jatah gagal itu di saat kita masih muda. Lihatlah, bagaimana Muhammad Al-Fatih menaklukkan Konstantinopel yang kini menjadi Istanbul, Turki.

Dalam sejarah diceritakan bahwa dia dan pasukannya memang hampir putus asa, setelah sebulan lebih melakukan penyerangan tanpa hasil yang berarti. Serang, gagal. Serang lagi, gagal lagi. Tapi ia pantang menyerah. Semangat mudanya menyala-nyala. Ia segera bangkit dan memulihkan semangat prajuritnya, hingga akhirnya ia pun mendapatkan kemenangan yang gemilang.

Baca Juga  Khutbah Jumat: Semangat Pemuda untuk Kesetaraan dan Anti Perundungan

Konstantinopel, sebagaimana pernah diramalkan oleh Rasulullah SAW, akhirnya berhasil ditaklukkan oleh umat Islam. Sebelum memulai peperangan terakhir, Muhammad Al-Fatih berkata kepada seluruh prajuritnya, “ingatlah, kemenangan besar hanya bisa dicapai dengan iman dan pengorbanan.” Allahu Akbar!

Hadirin Jemaah Idul Adha Rahimakumullah!

Akhirnya, marilah kita berdoa kepada Allah SWT agar senantiasa mencurahkan segenap rahmat, taufiq, hidayah, maunah dan barokahNya atas kita semua.

Ya Allah jadikan hari ini hari mustajab doa ya Allah. Berikan kelapangan bagi yang dihimpit kesempitan. Berikan kekuatan bagi yang imannya lemah. Berikan kesabaran bagi yang ditimpa musibah. Berikan jalan keluar bagi yang sedang susah. Ya Allah, berikan kepada kami nikmatnya ibadah, doa-doa yang Engkau ijabah, sisa umur yang penuh berkah. Jadikan akhir hidup kami husn al-khātimah. Amin Yā Mujibassāilin….

بارك الله لي ولكم فى القرآن العظيم، ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم، وتقبل مني ومنكم تلاوته، إنه هوالسميع العليم، أقول قولى هذا وأستغفر الله لى ولكم ولسائر المسلمين والمسلمات، والمؤمنين والمؤمنات من كل ذنب، فاستغفروه فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ، إنه هو الغفورالرحيم.

***

الحمد لله حمدا كما أمر، وأشهد أن لاإله إلاالله وحده لاشريك له، ارغاما لمن جحد به وكفر، وأشهد أن سيدنا محمداعبده ورسوله سيد الإنس والبشر، أللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه مااتصلت عين بنظروأذن بخبر (امّابعد)

فيا أيها الناس، اتقواالله تعالى وذرواالفواحش ماظهرومابطن، وحافظوا على الطاعة وحضورالجمعة والجماعة، واعلموا أنّ الله أمركم بأمربدأ فيه بنفسه، وثنى بملائكته المسبحة بقدسه، فقال تعالى ولم يزل قائلا عليما، إن الله وملائكته يصلون على النبي، ياأيها الذين آمنواصلواعليه وسلموا تسليما، أللهم صل على نور الأنوار وسر الأسرار وترياق الأغيار ومفتاح باب اليسار سيدنا ومولانا محمدن المختار وآله الأطهار وأصحابه الأخيار عدد نعم الله وفضله، أللهم وارض عن الخلفاء الراشدين، الذين قضوا بالحق وكانوا به يعدلون، أبى بكر وعمروعثمان وعلي، وعن الستة المتممين للعشرة الكرام، وعن سائر أصحاب نبيك أجمعين، وعن التابعين وتابع التابعين ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين/ واجعلنا معهم برحمتك ياأرحم الراحمين.

 أللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات برحمتك يا واهب العطيات، أللهم أعِزّ الإسلام والمسلمين وأهلك الكفرة والمشركين وأعل كلمتك إلى يوم الدين، أللهم آمِنَّاَ فى دورنا وأصلح ولاة أمورنا، واجعل اللهم ولايتنا فى من خافك واتقاك، أللهم ادفع عنا الغلاء والوباء/ والربا والزنا/ والزلازل والمحن، وسوء الفتن ما ظهر منها ومابطن، عن بلدنا هذا خاصة/ وعن سائر بلاد المسلمين عامة يارب العالمين، أللهم حبب إلينا الإيمان/ وزينه فى قلوبنا/ وكره إلينا الكفر والفسوق و العصيان/ واجعلنا من الراشدين/ أللهم أرنا الحق حقا وارزقنا اتباعه/ و أرنا الباطل باطلا وارزقنا اجتنابه/ ربنا لا تؤاخذنا إن نسينا أو أخطأنا ربنا ولا تحمل علينا إصرا كما حملته على الذين من قبلنا / ربنا ولا تحملنا ما لا طاقة لنا به/ واعف عنا واغفر لنا وارحمنا/ أنت مولانا فانصرنا على القوم الكافرين/ ربنا لا تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا/ وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهاب،/ رب أوزعنا أن نشكرنعمتك التى أنعمت علينا وعلى والدينا/ وأن نعمل صالحا ترضاه وأدخلنا برحمتك فى عبادك الصا لحين/ أللهم اجعل جمعنا هذا جمعا مباركا مرحوما / وتفرقنا من بعده تفرقا معصوما / ولاتجعل فينا ولامعنا ولا بيننا شقيا ولامحروما / ربنا آتنا فى الدنيا حسنة وفى الآخرة حسنة وقنا عذاب النار …

عباد الله، إن الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذى القربى،/ وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي، يعظكم لعلكم تذكرون، فاذكرواالله العظيم يذكركم، واشكروه على نعمه يزدكم، واسئلوه من فضله يعطكم، ولذكرالله أعزوأجل وأكبر، والله يعلم ما تصنعون.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ach. Shodiqil Hafil Santri Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura dan Dosen IAIN Kediri