اَلْحَمْدُ لِلّهِ، نَحْمَدُكَ اللَّهُمَّ عَلَى مَا هَدَيْتَنَا لِطَرِيْقِكَ القَوِبْمِ وَفَقَّهْتَنَا فِي دِيْنِكَ الْمُسْتَقِيْمِ، نُصَلِّى وَنُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ المُصْطَفَى، وَأَلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَ الوَفَاء. أَمَّا بَعْدُ، يَا أَيُّهَا المُسْلِمِينَ أُصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الكَرِيِمِ: يٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ آمَنُواْ قُوۤاْ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلاَئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادٌ لاَّ يَعْصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Jemaah salat Jumat yang berbahagia,
Khatib ingin membuka khutbah dengan firman Allah Swt. dalam surah ayat
يٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ آمَنُواْ قُوۤاْ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً
“Wahai manusia yang beriman, peliharalah diri kalian dan keluargamu dari api neraka!”
Ayat di atas mengajak kita untuk memelihara diri dan keluarga dari pedihnya siksa api neraka dengan ketakwaan. Ketakwaan kepada Allah Swt. harus dimulai dari diri kita, kemudian keluarga.
Jemaah salat Jumat yang dirahmati oleh Allah Swt.,
Tentang keluarga, Nabi Muhammad saw. berpesan kepada kita untuk berbuat baik kepada keluarga, diriwayatkan oleh Ibnu Abbas dalam sunan Ibnu Majah Nabi Muhammad saw. bersabda,
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ، وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِيْ
“Sebaik-baiknya kalian adalah yang paling baik dengan keluarganya, dan aku adalah orang yang paling baik bagi keluargaku.”
Jemaah salat Jumat yang dirahmati Allah,
Hadis di atas mengingatkan kita, agar dapat berbuat sebaik mungkin kepada keluarga kita, karena sebaik-sebaiknya kita adalah sosok yang terbaik bagi keluarganya. Apakah boleh berbuat baik kepada selain keluarga kita? Tetap boleh, tetapi jangan sampai kebaikan kita kepada orang lain melebihi kebaikan kita kepada keluarga sendiri. Kita boleh berderma kepada orang lain, tetapi harus lebih sering berderma kepada keluarga kita.
Ma’syiral muslimin rahimakumullah,
Terkadang dalam berkeluarga, kita—sebagai suami—sering lebih berdaulat daripada istri, sehingga kita lebih memasrahkan urusan rumah tangga dan urusan anak kepada istri sepenuhnya. Apakah suami tidak punya tanggung jawab kepada anak selain menafkahi? Tentu ada.
Jemaah salat Jumat yang dirahmati Allah Swt.
Ada kisah menarik di kitab Tanbihul Ghafilin, kala itu Amirulmukminin Umar bin Khattab mendapatkan aduhan seorang ayah perihal perilaku anaknya yang membangkang dan durhaka. Sayidina Umar pun lantas memberikan nasihat kepada sang anak—yang datang bersama ayahnya—tentang kewajiban berbuat baik kepada orang tua.
Selesai dinasihati sang anak balik bertanya kepada amirulmukminin. “Wahai Amirulmukminin! Apakah anak memiliki hak terhadap orang tua?” “Iya tentu, anak memiliki hak, termasuk hak anak adalah ayahnya harus mencari sosok ibu yang baik pekertinya—agar anaknya tidak meniru ibunya, memberikan nama yang bagus, dan mengajarinya Al-Qur’an” jelas amirulmukminin.
Sang anak pun menyampaikan kegelisahannya sebagai anak kepada amirulmukminin, “Demi Allah, ayahku tidak menikahi seorang wanita kecuali ia hanya seorang budak sindi (daerah Pakistan), ia dibeli oleh ayahku dengan harga empat ratus dirham. Ayahku juga tidak memberikan nama yang bagus kepadaku, begitupun ia tidak pernah mengajariku satu ayat pun dari Al-Qur’an!”
Setelah mendengarkan isi hati sang anak, seketika Umar bin Khattab memandang tajam kepada sang ayah, “Kamu bilang bahwa anakmu yang durhaka kepadamu! Ternyata kamu yang durhaka (tidak menjalankan kewajiban orang tua) sebelum anakmu durhaka kepadamu!”
Jemaah salah Jumat yang disayangi Allah Swt.
Cerita di atas mengingatkan kepada kita tentang peran penting seorang laki-laki dalam keluarga. Urusan anak bukan hanya urusan seorang istri saja, tetapi kita—kaum ayah—sebagai kepala keluarga memiliki peran yang signifikan terkait anak.
Sayidina Umar bin Khattab menjelaskan bahwa sebelum kita menikah pun, kita perlu memastikan bahwa ibu dari anak-anak kita merupakan wanita yang baik tindak-tanduknya. Pemberian nama yang bagus dan pendidikan agama yang baik juga menjadi tanggung jawab seorang ayah.
Terkadang kita melupakan hak-hak anak, sehingga saat anak durhaka atau membangkang kepada kita, kita muda menjustifikasi dengan stigma “durhaka” pada anak, padahal kita perlu mengevaluasi diri kita terlebih dahulu. Sudahkah kita memberikan hak-hak anak dengan baik?
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Tentu kisah menegaskan bahwa apapun yang terjadi dalam keluarga menjadi tanggung jawab kita sebagai kepala keluarga.
Semoga kita diberikan kemudahan menjalankan hak-hak anak dan istri dengan baik dan proporsional. Semoga Allah memberikan kekuatan, perasaan syukur, dan sabar dalam menjalani kehidupan di dunia ini.
أَقوْلُ قوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتغْفِرُ اللهَ ُ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَمَّا بَعدُ، فَيا أَيُّها الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفسِيْ بِتقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّها الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغيَ وَالسُّيوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بلَدِنَا هٰذَا خَاصَّةً وَمِنْ بلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ