Ust. El Fajri Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya

Ngaji Sullam Al-Tawfiq [8]: Salat Jamaah dan Salat Jum’at

2 min read

BismillāhirrahmānirrahīmAlhamdulillāhi thumma al-salāt wa al-salām ‘alā rasūlillāhWa ilā Allah narju rahmatahu wa ra’fatah.

Pada kesempatan ini, kita akan mengupas tentang salat jum’at dan salat jamaah. Mualif kitab Sullam al-Tawfiq menulis sebagai berikut:

الجَماعَةُ على الذُّكُورِ، الأَحْرارِ، المُقِيمِينَ، البالِغِينَ غَيْرِ المَعْذُورِينَ، فَرْضُ كِفايَةٍ؛ وفي الجُمُعَةِ فَرْضُ عَيْنٍ عليهم، إذا كانُوا أَرْبَعِينَ، مُكَلَّفِينَ، في أَبْنِيَةٍ، وعلى مَنْ نَوَى الإقامَةَ عِنْدَهُمْ أَرْبَعَةَ أيّامٍ صِحاحٍ، وعلى مَنْ بَلَغَهُ نِداءُ صَيِّتٍ مِنْ طَرَفٍ يَلِيهِ مِنْ بَلَدِها.

Shalat berjamaah hukumnya fardhu kifayah [tidak berdosa jika salah satu dari mereka telah melakukaknnya] bagi laki-laki yang merdeka, mukim atau bertempat tinggal tetap (bukan musafir), baligh yang tidak terkena udzur. Adapun dalam shalat Jumat bagi mereka hukumnya fardhu ain jika telah mencapai empat puluh orang yang seluruhnya mukallaf dalam satu tempat. Diwajibkan pula bagi yang berniat tinggal selama empat hari berturut-turut, dan yang mendengar suara adzan dari arah tempat didirikannya shalat jumat.

Dari kutipan ini, setidaknya kita bisa merangkum bahwa mualif kitab menerangkan dua hal tentang kewajiban, yaitu fardu kifayah dan fardu ain. Yang pertama, fardu kifayah adalah sebuah kewajiban yang akan gugur jika telah ada yang melakukan. Dalam konteks ini, misalnya, jika dalam satu daerah, komplek atau dusun, ada dua orang yang telah melakukan salat jamaah, maka gugur sudah kewajiban seluruh orang yang ada di dusun tersebut untuk melakukan kewajiban berjamaah.

Yang kedua, fardu ain, adalah sebuah kewajiban yang harus dilakukan oleh masing-masing individu. Tidak boleh diwakilkan dan tidak pula gugur ketika ada orang yang telah melakukan. Contoh fardu ain ini, seperti ditulis oleh mualif, adalah tentang salat jum’at. Salat ini hukumnya fardu ain bagi setiap laki-laki, kecuali mereka yang terkena uzur, seperti ketika sedang sakit atau sedang melakukan safar (perjalanan).

Baca Juga  Anak (Hasil) Zina Wajib di Akui Nasab Oleh Ayah Biologisnya

Adapun syarat salat jum’at dan rukun khutbah jum’at sebagaimana ditulis oleh mualif adalah:

وشَرْطُها: وَقْتُ الظُّهْرِ، وخُطْبَتانِ قَبْلَها فيه يَسْمَعُهُما الأَرْبَعُونَ، وأنْ تُصَلَّى جَماعَةً بِهِمْ، وأنْ لا تُقارِنَها ولا تَسْبِقَها جُمُعَةٌ بِبَلَدِها.

وأَرْكانُ الخُطْبَتَيْنِ: حَمْدُ اللهِ، والصَّلاةُ على النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عليه وسَلَّمَ، والوَصِيَّةُ بَالتَّقْوَى، فيهما وآيَةٌ مُفْهِمَةٌ، في إحْداهُما؛ والدُّعاءُ لِلْمُؤْمِنِينَ، في الثّانِيَةِ.

وشُرُوطُهُما: الطَّهارَةُ عَنِ الحَدَثَيْنِ، وعَنِ النَّجاسَةِ في البَدَنِ والمَكانِ والمَحْمُولِ له، وسَتْرُ العَوْرَةِ، والقِيامُ، والجُلُوسُ بَيْنَهُما، والوِلاءُ بَيْنَهُما وبَيْنَ الصَّلاةِ، وأنْ تَكُون بِالعَرَبِيَّةِ.

Syarat salat Jumat adalah: waktu zhuhur, membaca dua khutbah sebelum shalat yang dapat didengar oleh 40 orang, dan dilakukan secara berjamaah di satu tempat tidak bersamaan dengan shalat jum’at yang lain.

Adapun rukun dua khutbah Jum’at adalah memuji pada Allah [bisa dengan membaca Alhamdulillah], shalawat kepada Nabi, berwasiat dengan menganjurkan takwa kepada Allah di dalam kedua khutbah, membaca satu ayat Al-Quran di salah satu khutbah, dan memanjatkan doa untuk orang-orang mukmin pada khutbah kedua.

Syarat dua khutbah Jum’at adalah: suci dari hadas besar dan kecil, suci dari najis di badan, tempat dan barang yang dibawa, menutup aurat, berdiri, duduk di antara kedua khutbah, bersegera antara dua khutbah dan shalat, dan rukun-rukun khutbah harus dalam bahasa Arab.

Dari kutipan di atas, kita bisa menengarahi bahwa corak fikih mualif mengikuti mazhab fikih syafi’iyyah, di mana dia mensyaratkan minimal 40 orang laki-laki dalam setiap salat jum’at dengan dua khutbah. Dan rukun-rukun khutbah, mulai dari pujian kepada Allah hingga doa untuk orang-orang mukmin, harus dibaca dalam Bahasa Arab.

Selain itu, mualif juga menerangkan tentang etika seorang makmum, sebagai berikut:

Baca Juga  Tadarus Litapdimas (7): Mengembangkan Model Pembelajaran Tafsir Sains Terpadu (SIRSAINSDU)

يَجِبُ على مَنْ صَلَّى مُقْتَدِيًا في جُمُعَةٍ أو غَيْرِها: أنْ لا يَتَقَدَّمَ على إمامِهِ في المَوْقِفِ والإحْرامِ، بَلْ تُبْطِلُ المُقارَنَةُ في الإحْرامِ، وتُكْرَهُ في غَيْرِهِ إلّا التَّأْمِينَ، ويَحْرُمُ تَقَدُّمُهُ بِرُكْنٍ فِعْلِيٍّ، وتَبْطُلُ بِرُكْنَيْنِ، وكَذا التَّأَخُّرُ بِهما لِغَيْرِ عُذْرٍ، وبِأَكْثَرَ مِنْ ثَلاثَةِ أَرْكانٍ طَوِيلَةٍ له.

وأنْ يَعْلَمَ بِانْتِقالاتِ إمامِهِ، وأنْ يَجْتَمِعا في مَسْجِدٍ أو ثَلاثِمِائَةِ ذِراعٍ، وأنْ لا يَحُولَ بينهما حائلٌ يَمْنَعُ الاسْتِطْراقَ، وأنْ يَتَوافَقَ نَظْمُ صَلاتَيْهِما، وأنْ لا يَتَخالَفا في سُنَّةٍ تَفْحُشُ المُخالَفَةُ فيها، وأنْ يَنْوِيَ الاقْتِداءَ مَعَ التَّحَرُّمِ في الجُمُعَةِ، وقَبْلَ المُتابَعَةِ وطُولِ الانْتِظارِ، في غَيْرِها، ويَجِبُ على الإمامِ نِيَّةُ الإمامَةِ في الجُمُعَةِ والمُعادَةِ، وتُسَنُّ في غَيْرِهِما.

Bagi seorang makmum yang sedang melaksanakan shalat jum’at diwajibkan agar tidak mendahului shalatnya imam dalam tempat berdiri dan takbiratul ihram, bahkan shalatnya batal apabila takbiratul ihramnya bersamaan dengan imam, dan makruh dalam hal-hal lainnya yang dilakukan secara bersamaan dengan imam, kecuali dalam membaca amin. Begitu juga haram makmum mendahului imam dengan satu rukun fi’li (perbuatan) dan shalatnya batal jika mendahului imam dengan dua rukun, juga mengakhirkan dua rukun dari imam dengan tanpa udzur, dan dengan melebihi tiga rukun yang sangat lama.

Makmum harus tahu pergerakan imam dengan melihatnya atau mendengar suaranya atau melihat sebagian barisan yang dilihatnya, dll. Keduanya harus berada dalam satu masjid atau jarak [antara imam dan makmum] mencapai tigaratus hasta. Di antara keduanya tidak ada penghalang yang mencegah bisa lewat secara langsung. Harus sama jenis shalat keduanya [maka tidak sah makmum shalat subuh pada imam yang shalat jenazah]. Tidak boleh berbeda dalam sunnah yang sangat mencolok [seperti makmum melakukan tahiyat awal sedangkan imam tidak melakukannya]. Bagi makmum wajib niat mengikuti imam yang disertakan ketika membaca takbiratul ihram dalam shalat Jumat dan sebelumnya atau sebelum lamanya menunggu di dalam selainnya salat jum’at. Bagi imam yang melaksanakan salat jum’at dan salat mu’adat [salat yang diulangi] wajib niat menjadi imam, dan disunnahkan niat sebagai imam pada selain salat jum’at.

Dari kutipan di atas, poin penting dalam praktik salat berjamaah adalah seorang makum tidak diperbolehkan mendahului seorang imam. Ibarat sebuah kelompok, seorang anggota boleh untuk mengingatkan pimpinan, jika dia lupa. Namun tidak boleh mendahuluinya. Ajaran Islam tentang berjamaah ini pada dasarnya memberi tuntunan kepada kita agar dalam setiap berkelompok hendaknya ada seorang pemimpin yang dipercaya.

Baca Juga  Cerpen: Gara-gara Mandi di Air Terjun Sedudo

Nabi sendiri dalam urusan kecil, seperti bepergian, juga menganjurkan untuk satu di antaranya menjadi pemimpin.

إذَا خَرَجَ ثَلَاثَة فِي سَفَرٍ فَليُؤَمِّرُوا اَحَدَكُم

Apabila tiga orang melakukan perjalanan, hendaknya mengangkat seorang sebagai pemimpin. [HR. Abu Daud]

Demikian. Semoga kita diberi kemudahan untuk mengamalkan semua perintah-Nya.

Wallāhu a‘lam bi al-sawāb

Ust. El Fajri Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya