KH. Ahmad Ishomuddin Rais Syuriah Nahdatul Ulama; Dosen UIN Raden Intan Lampung

Masuk Surga Itu Hak Mutlak Allah

1 min read

Banyak ulama mengingatkan bahwa peringkat tertinggi dari keikhlasan itu adalah berbuat kebaikan atau meninggalkan keburukan murni karena Allah, bukan karena selain-Nya. Meskipun pada peringkat di bawahnya, tidak juga dilarang beramal baik atau menghindari dosa karena mengharapkan pahala balasan kebaikan dari-Nya (berupa surga).

Perkara masuk surga, di antara kita telah meyakini bahwa hal itu disebabkan oleh rahmat Allah, bukan sebab amal perbuatan semata. Meskipun demikian, patut disayangkan bila keyakinan hati (iman) yang benar tersebut kemudian tidak memotivasi kesegeraan untuk beramal baik, atau minimal menunda-nundanya. Sebaliknya, adalah keyakinan yang keliru bila ada di antara kita yang melakukan kebaikan, namun merasa bahwa karenanya ia yakin pasti masuk surga. Yang saya sebut terakhir ini lalai bahwa Allah adalah pemilik surga itu, dan masuk surga itu hak prerogatif Allah, sama sekali bukan hak milik dirinya.

Berikut ini sebagai pengingat bagi saya khususnya, saya terjemahkan dari Kitab Khulāshat al-Tashānif fī al-Tasawwuf halaman 6-7, karya al-Imam al-Ghazali (450-505H.), yang semula berbahasa Persia, kemudian dialihbahasakan oleh al-Syaikh Muhammad Amin al-Kurdi, tokoh ulama sufi terkenal dari Mursyid Tarekat Naqsabandiyah ke dalam Bahasa Arab, sebagai berikut:

والدلائل على أن سلامة العبد بالعمل كثيرة لا تعد ولا تحصى فإن خطر لك من كلامي إن العبد يدخل الجنة بعمله لا بفضل الله ورحمته فما فهمت كلامي.

Dalil-dalil bahwa keselamatan hamba itu sebab amal (baik)nya adalah sangat banyak, tidak terbilang, tidak terhitung. Bila terlintas padamu dari perkataanku bahwa seorang hamba masuk surga sebab amalnya, bukan sebab karunia Allah dan rahmat-Nya, berarti engkau tidak memahami perkataanku.

واعلم أني لا أقول ذلك بل أقول إن العبد يدخل الجنة بفضل الله وكرمه ورحمته غير أن رحمة الله تعالى لا تصل إلى العبد

Baca Juga  Menyambut Ramadan dengan "Memuasakan" Ego

إلا إذا كان مستعدا لها ولائقا لأن يكون محلا لها. ولا يكون كذلك إلا بامتثال المأمورات واجتناب المنهيات وملازمة الطاعات والقرب والإخلاص في العمل كما يشير إليه قوله تعالى ( إن رحمة الله قريب من المحسنين ) حيث أخبر تعالى بقرب رحمته من المحسنين وقد قال صلى الله عليه وسلم ( الإحسان أن تعبد الله كأنك تراه ) فهو يفيد بعد رحمته من غير المحسنين.

Ketahuilah! Sungguh aku tidak berkata seperti itu, sebaliknya aku berkata, sesungguhnya seorang hamba masuk surga itu sebab anugerah Allah, kemurahan-Nya, dan rahmat (kasih sayang)-Nya. Hanya saja rahmat Allah ta’ala itu hanya sampai kepada hamba bila ia telah bersiap diri untuknya dan ia layak untuk menjadi tempat bagi rahmat Allah itu. Hal demikian itu hanya terwujud dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya, terus menerus berada dalam berbagai ketaatan, mendekati Allah, dan ikhlas dalam beramal, sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah,

إن رحمة الله قريب من المحسنين

“Sesungguhnya rahmat Allah itu amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”

Allah mengabarkan kedekatan rahmat-Nya kepada al-muhsinin, sedangkan Rasulullah shalla Allahu ‘alaihi wa sallama sungguh telah bersabda,

الإحسان أن تعبد الله كأنك تراه

“Al-ihsan adalah engkau sembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya”

Sabda Rasulullah shalla Allahu ‘alaihi wa sallama tersebut menjelaskan, bahwa rahmat Allah itu jauh dari ghairu al-muhsinin (orang-orang yang tidak merasa melihat Allah atau tidak merasa diawasi oleh-Nya).

فإن لم تكن مستعدا لرحمته على وجه المذكور لا تصل إليك رحمته وإذا لم تصل إليك رحمته لا تدخل الجنة.

Bila engkau tidak menyiapkan diri untuk mendapatkan rahmat-Nya sesuai apa yang telah disebutkan itu, rahmat-Nya tidak akan sampai kepadamu, (artinya) engkau tidak bisa masuk surga.

KH. Ahmad Ishomuddin Rais Syuriah Nahdatul Ulama; Dosen UIN Raden Intan Lampung