Sebagian orang meyakini bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7, meski demikian masih banyak terjadi perdebatan perihal waktu yang tepat Islam masuk ke Indonesia. Dugaan besar mengemukakan bahwa Islam masuk ke Indonesia sebelum abad ke-11, dengan alasan bahwa sudah banyak pedagang muslim dari Timur sebelum abad ke-11. Mereka tidak hanya berdagang, akan tetapi menyebarkan ajaran Islam di tanah Jawa.
Masifnya penyebaran ajaran Islam tidak lepas dari peran para penyebar Islam (baca: wali) yang dipercaya hingga kini sebagai orang yang memiliki andil besar terhadap perkembangan Islam di tanah Jawa. Para penyebar agama Islam di Jawa lebih dikenal dengan sebutan Wali Songo yang terdiri dari Sunan Ampel, Sunan Giri, Maulana Malik Ibrahim, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Gunung Jati, Sunan Drajat dan Sunan Muria.
Diantara faktor yang menjadikan Wali Songo memiliki pengaruh besar terhadap masyarakat sehingga mereka mau memeluk agama Islam adalah karena keistimewaan yang mereka miliki. Misalnya, mereka memiliki kemampuan yang di luar kebiasaan manusia pada umumnya dan tidak bisa dijangkau dengan akal sehat, karomah. Hal ini menjadi salah satu pemicu yang membuat masyarakat percaya terhadap ajaran yang mereka bawa. Selain itu, dakwah yang mereka lakukan tidak dengan cara pamemaksaan
Islam yang dibawa oleh para Walisongo tidak pernah menghilangkan budaya yang berkembang di suatu daerah, mereka justru mengkombinasikan sebuah kesenian, budaya dengan nilai-nilai keislaman.
Setidak-tidaknya, ada beberapa strategi yang dilakukan oleh Walisongo dalam melakukan dakwah penyebaran ajaran Islam (Hatmasyah: 2015). Pertama, pembagian wilayah dakwah. Pembagian dakwah ini dilakukan tidak lain agar Islam bisa tersebar di kalangan masyarakat secara luas. Pembagian lokasi dakwah dipilih secara betul mengingat bahwa kondisi geologis disuatu daerah begitu beragam. Misalnya saja: Maulana Malik Ibrahin, sebagai wali perintis, mengambil wilayah dakwahnya di Gresik. Setelah beliau wafat, wilayah tersebut dikuasai oleh Sunan Giri.
Kedua, Sistem dakwah dilakukan secara persuasif dengan pengenalan akidah, hal tersebut bisa kita dapati ketika Sunan Ampel dan kawan-kawan melakukan pendekatan dalam upaya dakwah kepada Adipati Arya Damar Dari Palembang, berkat keramahan dan kebijaksanaan Raden Rahmat, akhirnya Raden Arya bersedia masuk Islam beserta keluarganya, kemudian diikuti oleh hampir seluruh rakyatnya.
Ketiga, memberantas ideologi yang bertentangan dengan ajaran Islam, tentu strategi ini menjadi strategi penting dalam dakwah Wali Songo. Mengingat agama yang berkembang pada saat itu, bukanlah agam Islam, maka mengenalkan agama Islam kepada masyarakat harus dengan berbagai strategi agar ajaran Islam menjadi pdeoman hidup masyarakat.
Keempat, pendekatan dengan para tokoh disuatu tempat. Dengan mendekati para tokoh yang berpengaruh di suatu daerah/tempat, para Wali Songo mudah diterima oleh masyarakat, hal tersebut juga dilakukan dalam rangka menghindari konflik yang akan terjadi dengan berbagai resiko penolakan.
Kelima, berusaha menguasai kebutuhan pokok masyarakat, dengan menguasasi kebutuhan pokok masyarakat, para Wali Songo bisa melakukan dakwah dengan cara tersebut, adapun berbagai kebutuhan pokok masyarakat, seperti: air, bidang pertanian, hingga kebutuhan yang lain.
Akhirnya, dari sekian strategi dakwah yang dilakukan oleh Wali Songo dalam menyebarkan Islam di Jawa, saya meyakini bahwa alih-alih dengan cara pemaksaan untuk memeluk Islam, mengenalkan Islam secara persuasif dan dengan cara lemah lembut menjadi cara dakwah yang paling efektif dan dapat diterima oleh banyak orang. [AA]