Muhammad Sya’dullah Fauzi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Arab UIN Sunan Kalijaga; Sedang Mengabdi di PP Wahid Hasyim Yogyakarta

Iqra’ Sebagai Kunci Pendidikan

2 min read

Pendidikan (التربية) merupakan salah satu aspek yang sangat ditekankan dalam ajaran Islam. Semua ajaran Islam pasti selalu mengandung nilai pendidikan. Nabi Muhammad Saw. menjadi Nabi terakhir pembawa risalah Islam juga diutus melalui proses pendidikan. Nabi menerima wahyu pertama dengan proses pendidikan melalui bimbingan malaikat Jibril. Wahyu pertama yang turun juga bukanlah perintah untuk bersyahadat, shalat, atau puasa. Wahyu pertama yang turun justru adalah perintah untuk membaca, Iqra! (QS: al-alaq :1).

Perintah pertama tentang membaca mengajarkan kita bahwa manusia akan mencapai puncak kesuksesannya, baik kesuksesan duniawi maupun ukhrawi. Menurut ilmu Nahwu, lafaz “Iqra” (إقرأ) pada ayat 1 surat al-alaq tersebut sejatinya adalah berbentuk fi’il muta’addi (kata kerja transitif), yaitu bentuk kata kerja (perintah) yang membutuhkan objek.

Akan tetapi, dalam ayat tersebut, justru tidak disebutkan satu objekpun. Sementara Ulama berpendapat bahwa, tidak disebutkannya objek dalam ayat tersebut memberi arti bahwa perintah membaca tersebut mengandung makna yang luas. Allah tidak membatasi kita untuk hanya membaca teks saja. Membaca realitas, membaca peristiwa dan fenomena sosial juga perlu dilakukan oleh umat Islam.

Namun, ada hal penting lain yang perlu disadari dari wahyu pertama tersebut. Bahwa perintah membaca haruslah berangkat dari keimanan dan sebisa mungkin harus mampu membawa kita kepada peningkatan keimanan. Hal ini dapat dilihat dari ayat setelahnya yaitu باسم ربك الذي خلق “dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakanmu” (QS; al-alaq: 2) .

Aktifitas “membaca” tanpa dilandasi dengan keimanan akan rentan mengantarkan pembaca kepada kesombongan. Perintah membaca dalam ayat ini menunjukkan peran penting sebuah proses pendidikan. Pendidikan, dengan makna luas, hanya akan terjadi apabila kita memiliki kemampuan untuk “membaca”. Baik itu membaca ayat-ayat kauniyah, maupun membaca ayat-ayat qauliyah. Baik itu membaca fenomena sosial, maupun membaca teks sekalipun.

Baca Juga  Antara Radikalisme dan Agama

Ini memberi arti juga bahwa untuk dapat dikatakan sebagai proses pendidikan, ia harus dilandasi dengan keimanan. Proses pendidikan yang dilandasi dengan keimanan akan melahirkan manusia-manusia yang memiliki kualitas spiritual, intelektual, dan sosial yang mapan. Karena pada dasarnya, pendidikan harus mampu meningkatkan ketiga hal tersebut.

Ketika seseorang mengenyam pendidikan formal setinggi apapun, akan tetapi tanpa mengalami peningkatan dalam ketiga aspek tersebut (spiritual, intelektual, dan sosial), sejatinya ia belum mencapai level pendidikan. Ia hanya melewati proses “perburuan” ilmu pengetahuan. Karena sejatinya pendidikan tidak hanya terjadi dalam bangku lembaga-lembaga formal. Titik pendidikan bukan tentang kuantitas material, akan tetapi seberapa berpengaruh proses pendidikan yang dilalui seseorang terhadap peningkatan kualitas kemanusiaan seseorang.

Pendidikan dan keimanan merupakan dua hal yang tak dapat dipisahkan. Keduanya saling memberikan implikasi. Keimanan merupakan dasar dari sebuah proses pendidikan, dan proses pendidikan yang akan meningkatkan kualitas keimanan. Para penyelenggara pendidikan, pendidik, dan peserta didik di lembaga formal harus sepenuhnya menyadari hal ini. Karena pendidikan merupakan titik perbedaan antara manusia dengan makhluk yang lainnya.

Pendidik harus terus bertransformasi agar tak hanya menjadi sosok yang pintar memahamkan peserta didik saja. Lebih dari itu, pendidik juga harus mampu menjadi sosok yang mampu menginspirasi peserta didiknya untuk mencapai derajat keimanan yang berkualitas. Singkatnya, sudah saatnya pendidik tidak hanya menyampaikan mampu mauidzoh hasanah saja, tetapi juga mampu untuk menjadi uswatun hasanah bagi peserta didiknya.

Begitu juga dengan peserta didik, ia harus memiliki kesadaran penuh terhadap pentingnya “membaca” dalam sebuah proses pendidikan. Peserta didik yang telah mencapai derajat tertentu dalam sebuah proses pendidikan tidak seharusnya merasa lebih dari orang lain yang tidak mengenyam lembaga pendidikan formal. Bisa jadi justru yang tidak megenyam lembaga pendidikan formal justru dia lah yang benar-benar melalui proses pendidikan.

Baca Juga  How Bucin Deal with Public Diplomacy

Walhasil, sebagai umat Islam, kita diwajibkannya untuk mencari ilmu untuk meningkatkan kualitas keimanan dan kemanusiaan kita. Mencari ilmu merupakan proses pendidikan. Dan pendidikan hanya akan terjadi apabila kita memiliki kemampuan yang mapan untuk “membaca”. Yakni, kemampuan membaca yang dilandasi dengan keimanan, serta mampu mengantarkan juga kepada peningkatan keimanan. (mmsm)

Iqra’!!! 

Muhammad Sya’dullah Fauzi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Arab UIN Sunan Kalijaga; Sedang Mengabdi di PP Wahid Hasyim Yogyakarta