Moh. Mufid Dosen Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Alumnus Universitas al-Ahgaff Yaman, Penulis Buku Islam Teduh: Menyelami Nasihat Spiritual M. Said Ramadhan al-Buthi

Pentingnya Menyadari Bahaya Dosa yang Tak Tampak

1 min read

Kita seringkali berbicara tentang kemaksiatan yang zahir (tampak) di tengah masyarakat. Pelaku maksiat jenis ini, sejatinya mudah untuk diampuni Allah dengan cara bertaubat dan kembali kepada-Nya.

Misalnya, seseorang telah berbuat zina, mencuri, minum alkohol, konsumsi narkoba, dan maksiat lainnya akan tetap diampuni Tuhan selama yang bersangkutan mau bertobat dengan sungguh-sungguh. Dengan begitu, Allah akan menghapus dosa-dosanya selama tobatnya dilakukan dengan sepenuh jiwa.

Padahal, dibanding kemaksiatan zahir di atas, sejatinya jauh lebih berbahaya lagi kemaksiatan batin (tidak tampak). Karena kemaksiatan jenis ini yang tertanam dalam relung jiwa. Ia akan menjadi penyakit hati yang sulit disembuhkan.

Misalnya, seseorang yang bersifat takabur. Bagaimana mungkin ia bisa bertaubat, jika takabur sudah menjadi karakter dan sifat yang mendarah daging dalam dirinya. Demikian halnya, sifat dengki, buruk sangka, ujub, riya dan penyakit hati lainnya. Meskipun ia tidak tampak, namun pengaruhnya begitu besar.

Sikap takabur memang banyak faktornya. Bisa jadi disebabkan kekayaan, kecerdasan, jabatan dan lainnya. Demikian juga sifat dengki kepada orang lain bisa disebabkan merasa iri terhadap nikmat yang diberikan Tuhan kepada orang lain yang tidak diberikan kepada dirinya.

Manusia akan sulit untuk menghilangkan penyakit hati yang ada dalam dirinya. Sebab, dosa-dosa seperti ini tidak terlihat, sehingga seringkali justru banyak yang meremehkannya. Inilah yang disebut dengan dosa batin (tin al-itsm).

Lalu bagimana cara mengatasinya?

Dalam hal ini, M. Said Ramadhan al-Būtī pernah mengatakan begini dalam ceramahnya:

“Orang fasik bisa saja konsumsi minuman keras atau melakukan perbuatan haram lainnya. Akan tetapi, bisa saja dalam sekejap ia menyesali perbuatannya dan bertobat kepada Allah swt. Namun, bagaimana dengan pemilik sifat takabur, dengki, hasud dan penyakit hati lainnya?”

Baca Juga  Hikmah Lockdown di Masa Rasulullah

Kemudian al-Buti melanjutkan:

“Ketika kita terhijab (terhalang) dari Allah swt, karena sifat-sifat tercela ini (dosa batin), maka kita harus merobek hijab itu dan mencabik-cabik sifat tercela agar ia tidak tumbuh subur di dalam hati kita. Maka teruslah meminta kepada Allah agar disembuhkan dan dihindarkan dari sifat-sifat tersebut. Lalu, istikamahlah dalam kebaikan dan senantiasa mencari rida Allah swt.”

Inilah obat penyakit hati yang mampu menggerogoti dan mengotori jiwa manusia. Itu sebabnya, bahaya dosa batin jauh lebih diwaspadahi daripada dosa lahir. Karena ketaatan pun jika dikotori dengan dosa batin menjadi tidak berarti di mata Allah.

Yang perlu digarisbawahi di sini adalah bukan berarti kita diperbolehkan untuk meremehkan dosa-dosa yang tampak. Hal itu karena kita harus berusaha sekuat tenaga agar menghindar dari perbuatan dosa, baik yang lahir maupun yang batin sekaligus. Meskipun pada saat yang sama, tidak mungkin ada manusia yang terlepas dari dosa, karena manusia adalah tempatnya salah dan khilaf.

Jadi, bahaya dosa batin harus lebih diwaspadahi. Jangan sampai penyakit hati berupa sifat takabur, dengki, hasud, riya dan lainnya tertanam dalam diri kita. Dan, jikapun penyakit itu mulai menjangkiti dalam diri, maka bersegeralah untuk menyadarinya dan memohon pertolongan kepada Allah agar terbebas darinya. [MZ]

Moh. Mufid Dosen Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Alumnus Universitas al-Ahgaff Yaman, Penulis Buku Islam Teduh: Menyelami Nasihat Spiritual M. Said Ramadhan al-Buthi