Hakim Nizhami merupakan salah satu penyair epik Persia pada abad pertengahan, yang berasal dari Ganje. Sosoknya terkenal lewat dua karya tentang kisah cinta abadi, yaitu Laila Majnun dan Khusrau Syirin. Dalam kisah-kisah cinta tersebut, Nizhami menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan seorang kekasih adalah Allah Swt. Namun, Nizhami menjelaskannya lewat alur dunia percintaan sepasang manusia yang sedang dimabuk cinta.
Kisah sedih Majnun yang tergila-gila karena cinta dan kasihnya yang tidak sampai pada Laila, telah lama dibaca selama berabad-abad oleh para pujangga bahkan di berbagai penjuru dunia hingga saat ini. Begitu juga dengan kisah Ratu Syirin yang jatuh cinta kepada seorang Raja Persia yang bernama Khusrau. Namun, tangan nasib memisahkan mereka berdua hingga sang rajapun belajar tentang makna hakiki tentang apa itu cinta.
Kepedihan cinta yang gagal, dan kematian orang-orang yang dimabuk cinta membuat kisah-kisah tersebut menyayat hati bagi para pendengar dan pembacanya sampai saat ini. Dan ketika kisah tersebut menyebar luas, banyak orang mulai mengenal dan mengetahui penulisnya yang tidak lain adalah Hakim Nizhami yang ternyata merupakan seorang ulama sufi.
Melalui kisah-kisah tersebut, banyak orang akhirnya menjadi tahu bahwa pencarian sang penempuh jalan spiritual untuk bersatu dengan sang kekasih adalah suatu upaya yang menyebabkan lenyapnya identitas terbatas Sang Pencipta dalam wujud tak terbatas Sang Kekasih sebagaimana dijelaskan oleh Mojdeh Bayat dan Muhammad Ali Jamnia dalam karyanya Tales from the Land of the Sufis.
Riwayat kehidupan Nizhami sendiri tidak begitu jelas. Salah satu sumber yang bisa dijadikan rujukan tentang kehidupannya adalah bait yang terdapat dalam kisah Laila Majnun, dimana dia mengatakan bahwa dia diberi nama Ilyas pada waktu lahir, sedangkan Nizhami adalah nama panggilannya.
Tentang tahun kelahirnyapun sebagian sejarawan mengatakan bahwa Nizhami lahir pada tahun 1155 M, sementara sebagian lainnya mengatakan 1162 M di kota Ganje, yang berada tidak jauh dari kota Bakou di bekas wilayah Azerbaijan di Iran Barat laut. Hal ini sebagamana dikatakan oleh Mojdeh Bayat dan Muhammad Ali Jamnia.
Nizhami lahir dari sosok Ibu yang berasal dari suku Kurdi, sedangkan ayahnya adalah keturunan Iraq. Sehingga, tidak mengheranka, jika dia berada di lingkungan Gurun Sahara Arab dan pegunungan Kurdi Iran Barat.
Sejak masa mudanya, Nizhami sudah menempuh jalan sufi, namun tidak banyak diketahui jejak pendidikannya. Akan tetapi, Nizhami mengaku bahwa dirinya sudah berada di makam spiritual tinggi sejak usianya masih muda, karena dia juga menyinggung fakta bahwa dia pernah diajar oleh Khidir. Khidir sendiri dalam dunia Sufi dianggap sebagai sang pembimbing spiritual misterius. Nizhami juga mengatakan bahwa dia dilindungi sembilan puluh sembilan nama Allah Swt (Asmaul Husna).
Nizhami merupakan sosok yang menguasai berbagai macam ilmu pada zamannya, mulai dari matematika, hukum Islam, filsafat Yunani, hingga kedokteran.
Enam karyanya termasuk Laila Majnun serta Khusrau dan Syirin, digubah dalam bentuk puisi yang dikenal dengan sebutan Matsnawi atau berupa bait berirama, kemudian bentuk tersebut disempurnakan oleh Jalaluddin Rumi.
Meski berbentuk kisah, karya tersebut banyak mengandung pelajaran tersembunyi bagi para penempuh jalan spiritual. Tingkatan pengajarannya berkisar dari pelajaran yang diperuntukkan bagi orang-orang awam, hingga yang dikhususkan bagi para pengamal tarekat Sufi. Karyanya juga dikenal dengan gaya bahasanya yang halus, dan kosa kata yang asli bahkan terasa sulit diungkapkan dalam terjemahan.
Karyanya tentang Khusrau dan Syirin sendiri berjumlah sekitar enam ribu lima ratus bait sajak. Sedangkan Laila Majnun berjumlah empat ribu lima ratus bait sajak. Karyanya yang menjelaskan tentang Laila Majnun juga disebut sebagai Romeo Julietnya Persia, walaupun ditulis ratusan tahun sebelum karya William Shakespeare.
Sedangkan diantara karya Nizhami yang lainnya adalah Haft Paikar (tujuh keindahan) yang mengisahkan tentang tujuh macam tentang kehidupan Bahram, Raja Iran. Syarafnameh (surat kemuliaan), dan Eghbalnameh (surat keberuntungan). Karya yang kedua dan ketiga tiga menuturkan berbagai pertempuran dan penaklukan yang dilakukan oleh Alexander Agung. Selain itu, Nizhami juga menulis sebuah kumpulan puisi Ghazal dan Qasidah, akan tetapi sebagian besar karya ini hilang.
Adapun kebenaran kisah Khusrau dan Syirin masih dipertanyakan oleh para sejarawan apakah cerita tersebut benar terjadi atau hanya imajinasi Nizhami semata. Akan tetapi, di Persia pada masa dahulu memang ada seorang Raja Persia bernama Khusrau yang berkuasa pada Dinasti Sassaniyah. Selain itu, ada juga monumen sejarah berupa pahatan dua orang pria dan seorang wanita, di bukit Bistun dekat kota Kirmansyah, Iran Barat yang telah menarik banyak wisatawan Timur Tengah. Banyak para seniman yang kagum dengan karyanya, karena tema percintaan yang dikemukakannya.
Nizhami wafat tahun 1209 M dan dimakamkan di Ganje, dan diantara warisan dari Nizhami adalah ajaran-ajarannya dalam dua kisah cinta yang ditulisnya yaitu, Laila Majnun dan Khusrau Syirin. [AA]